Nean kembali membawa Kezia menuju apartemennya, ada alasan dia tidak ingin Kezia tinggal di rumahnya sendiri. Tentu saja karena gadisnya tinggal sendirian, orang tuanya jarang pulang mengurus kerjaan di luaran sana. Kini di tempat tidurnya Nean mengusap rambut panjang dan halus milik Kezia yang kini sedang tertidur dengan paha Nean menjadi bantalan.
Tangisan Kezia sempat berhenti saat Nean kembali ke rumahnya untuk menjemput pulang setelah menghajar Alex, dengan kondisi memar-memar dan bekas biru menghiasi wajah tampannya, ini semua ulah Alex menyerangnya balik.
Nean merasakan tangan lentik Kezia menyentuh permukaan wajahnya, mulai dari rahang kokohnya, mata dan hidung mancungnya. Tanpa sadar Kezia menyentuh luka Nean hingga cowok itu meringis dan menahan tangan Kezia dengan mencekalnya. Kezia yang menyadari itu langsung diam menatap mata Nean yang tajam, dia bangun dari posisinya menjadi duduk.
Menatap Nean khawatir lewat mata yang terlihat sedikit sembab. "Masih sakit? Mau ambilin es batu lagi, yaudah aku ambilin dulu ke dapur yah."
Hendak pergi Nean langsung menarik tangan Kezia kembali hingga duduk dipangkuannya, posisi ini membuat Kezia gugup sekaligus malu.
Dia menundukan kepalanya tidak ingin menatap manik mata tajam layaknya seokor elang sedang mencari mangsa. Kezia merasakan tangan kokoh itu menyentuh dagunya membuat dia mendongkak melihat ke arah Nean. Wajahnya bersemu merah karena jarak antara mereka begitu dekat bahkan hidung mereka hampir bersentuhan.
"Nggak perlu gue cuma butuh lo."
"Tapi kalau lukanya tambah sakit gimana?" cicit Kezia dengan suara kecilnya menyembunyikan kegugupan.
"Ada lo yang nyembuhin luka gue," kata Nean dengan enteng membuat Kezia terheran-heran, Nean menunjuk luka-luka diwajahnya dengan telunjuknya.
"Coba lo cium, pasti udah nggak sakit lagi," lanjutnya.
"Emang bisa?" tanya Kezia polos, Nean hanya menganggukan kepalanya.
Dengan yakin Kezia mencium seluruh wajah Nean membuat sensasi tersendiri. Kecupan-kecupan itu terasa lembut bagi Nean, dan dia menyukai setiap perlakuan Kezia tanpa sadar kepadanya saat ini. Tangan besar Nean menjepit kedua pipi Kezia agar gadis itu berhenti mengecup permukaan wajahnya, Kezia langsung menurut dan menatap wajah Nean apalagi mata itu terlihat menyembunyikan sesuatu.
Terlihat berkabut seperti sedang menahan kemarahan untuknya. Perlahan wajah keduanya mendekat dan tidak terasa Kezia merasakan bibirnya dikecup lembut kesekian kalinya oleh Nean, begitu memabukkan membuatnya lupa akan daratan.
Tangan kecilnya memegang bahu Nean tanpa sadar begitu erat, hingga beberapa saat mereka menyudahi aktivitasnya.
"Kamu bohong, itu nggak bikin kamu sembuh, dasar modus!" pukul Kezia mengerucutkan bibirnya membuat Nean terkekeh dan tangannya nakal menampar bokong Kezia hingga gadis itu memekik terkejut.
"Ih Nean!" geramnya dengan wajahnya yang merajuk manja, Nean tersenyum melihat reaksi Kezia.
Dia tidak bisa membohongi dirinya sendiri jika Kezia begitu manis dan menggemaskan di matanya, apalagi kecantikan alami yang dimilikinya sangat natural dan polos.
"Lo bikin gue gemes, babe," katanya dengan serak.
"Jangan tunjukin ekspresi itu pada lelaki lain!" perintah Nean tegas membuat Kezia menganggukan kepalanya.
Beberapa menit setelahnya mereka terdiam tidak ada percakapan di antara mereka, Kezia hanya bersandar nyaman di bahunya dengan mata yang sudah terlihat lelah dan berat perlahan gadis itu menguap menahan rasa ngantuk.
"Aku ngantuk Nean," lirih Kezia menenggelamkan kepalanya dicerukan leher Nean.
"Tidurlah jangan ditahan."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cruel Boyfriend
RomanceKezia Scarllethisya gadis yang dijadikan bahan taruhan untuk pemenang balapan liar, sampai akhirnya cowok bernama Nean berhasil mendapatkannya begitu mudah. Bukan tanpa sebab Nean nekat mengikuti pertandingan itu demi mendapatkan Kezia. Sesuatu hal...