BAB 7

26.9K 1.5K 59
                                    

Wahai hati, simpanlah baik-baik rasa gundah ini. Jika kau tidak mampu menyanggupi konsekuensi patah hati bila nanti terjadi.

***

Gerungan motor bersahutan di belakang mobil yang sedang mereka tumpangi dan menghadang jalan mereka untuk pergi, melihat geng motor dan mendengar suara gerungan itu mengingatkan Kezia pada satu peristiwa beberapa bulan lalu.

Saat dirinya dijadikan sebuah hadiah pemenang balapan liar Nean dan Kenzo, bulu kuduk Kezia merinding seketika. Betapa takutnya dia saat ini, matanya yang indah menatap Nean mencari perlindungan.

"Nean kamu ada masalah yah sama mereka?" tanya Kezia, Nean menggertakan giginya hingga rahang kokoh itu mengeras. Dia menggelengkan kepala tanda tidak mengetahui apapun.

"Lo tunggu di sini jangan keluar, sekali lo langgar gue kasih lo ke mereka." Ancaman Nean itu begitu berpengaruh terhadap Kezia, cowok ini tidak memperdulikan perubahan apa yang dialaminya mendengar penuturan tersebut.

Wajahnya tiba-tiba pucat menahan rasa takut, hanya ada satu hal yang dipikirannya; Nean akan menyerahkan Kezia layaknya barang kepada mereka, layaknya Kenzo memberikan Kezia kepada Nean cuma-cuma.

"Minggir mobil gue mau lewat," celetuk Nean.

Lalu dia menghampiri gerombolan itu dan mendekat ke arah motor yang berbeda dari mereka semua, dia menganggap jika orang memakai motor sport warna biru adalah leader-nya. Hingga pria itu membuka helem yang dia kenakan, terkejutlah Nean di sana melihat siapa yang dia temui.

"Denzel?" panggil Nean menutupi keterkejutannya.

"Ngapain lo nutupin jalan bangsat!" marah Nean dengan tajam.

Denzel hanya terkekeh pelan, "Lo juga tahu sendiri apa yang terjadi."

Setelah itu Nean melihat ke arah gerombolan geng motor berbeda mengepung keduanya.

"Sial! Lo ngejabak gue setan?!" maki Nean marah pada Denzel yang mulai sewot mendengar tuduhan Nean.

"Idih geer lo, Kambing!"

"Terus siapa mereka?"

"Hanya tikus kecil, mudah buat ngusir mereka. Gue lagi ada urusan sama bocah di sana," katanya dengan seriangaian tajam, menjadi menakutkan dan tidak jauh berbeda dengan Nean.

Tentu saja karena mereka adalah sepupu dekat, Denzel adalah anak dari adik ayahnya. Hubungan mereka memang tidak pernah akur dan selalu berselisih, dan mungkin ini bukan waktu yang tepat untuk mengajak Denzel berkelahi.

Ada yang lebih penting dari ini.

Mereka mendekat mengepung Nean dan Denzel, yang sudah siap-siap menerima serangan mendadak. Kedua cowok ini bagaikan sebuah api saling membara yang bisa kapan saja meledak tanpa terduga.

Layaknya macan menerkam saat keduanya merasa lapar atau terancam, kedua cowok berbahaya.

"Mau apa lo?" tanya Denzel sengit. "Cari neraka? Tujuan lo tepat. Karena gue bisa ngirim lo ke neraka secara kilat."

"Gue nggak butuh orang sok jagoan, gue ke sini karena ada urusan sama dia!" orang itu menunjuk Nean dengan wajah menantang seolah lawannya ini adalah sampah yang tidak berguna.

"Gue nggak kenal dan nggak pernah punya urusan sama gembel macam lo semua." Tunjuk Nean satu persatu, rahangnya mengeras dia tidak suka ditunjuk seperti itu.

"Urusan gue sama lo belom kelar yang kemarin, sekarang nyari perkara baru?" celetuk Denzel kesal hingga dia membanting helem yang dia pakai ke muka orang yang menyerang mereka.

The Cruel BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang