BAB 36

12.4K 880 22
                                    

Lima tahun yang lalu, di masa lalu Nean.

Seorang cowok memakai jaket kulit memarkirkan motornya, wajahnya yang nampak dingin dan sangar masuk ke dalam restoran milik ibu kandungnya, Chalista Alterio.

Hari-hari ini begitu melelahkan, setelah pulang kuliah dia langsung ke sini. Sebelum masuk, dia melihat ada seorang gadis memakai seragam SMA dengan rambut menggunakan bandana lucu berwarna pink baby. Memberikan anak kucing berwarna putih itu es krim coklat miliknya.

"Kok nggak mau cing? Ini enak loh, kamu dikasih susu sama ini apa bedanya. Kan ini cuma dibekuin," celetuknya.

Perkataan gadis itu sangatlah polos, membuat Nean mengernyitkan dahi kebingungan. Dia pun langsung masuk ke dalam ruangan ibunya, yang sedang memperhatikan gadis bersama kucing itu lewat jendela.

"Mama.." panggil seorang cowok hingga wanita yang sudah mulai menua itu tersenyum ke arahnya, dengan merentangkan tangan memeluk wanita yang paling Nean cintai. Iya itu adalah Nean.

"Udah makan?" tanya Chalista dengan senyuman lembut, dan wajahnya yang masih terlihat cantik.

"Harusnya Nean yang nanya gitu, bukan mama." Chalista terkekeh mendengarnya.

"Udah kok, mama lagi asik liatin gadis SMA itu gemesin banget," kata Chalista menunjuk gadis itu.

"Dia kalo udah pulang sekolah pasti suka nongkrong di seberang sana."

Ketahuilah di seberang restoran mewah milik Chalista adalah sebuah Cat's Cafe, yaitu kafe yang di dalamnya banyak kucing menggemaskan, dan membuat kita tidak tahan untuk mengelus.

Nean pun memperhatikan gadis itu yang nampak semangat memberikan makanan kucing di dalam tas sekolahnya, mungkin sengaja dibawa. Senyumannya yang sangat manis dan tulus membuat jantung Nean berdetak melihatnya.

"Senyumannya sama kayak mama," gumam Nean terdengar oleh Chalista.

"Oh, masa sih?" Chalista memang suka merasa, dirinya memang mirip dengan gadis yang selalu memberikan kucing di luar makanan.

Gadis itu sangat manis sekali.

"Dia ngasih es krim ma ke kucing, stres kali," celetuk Nean membuat ibunya terkekeh.

"Jangan gitu, Nean. Siapa tahu jodoh," katanya terkekeh geli.

"Nggak ada."

"Tapi nggak ada yang tahukan takdir kayak gimana?"

Brak!!

Keduanya melihat kaget ke arah luar saat gadis itu terserempet motor karena mengejar anak kucingnya. Chalista melihat di luar sepi dan tidak ada yang menolong berinisiatif, apalagi melihat gadis itu menangis dengan terisak karena lututnya berdarah.

Chalista yang memiliki hati lembut seperti malaikat, menghampirinya yang malang. Sedangkan Nean mengikuti dan melihat dengan jarak lumayan jauh hingga kehadirannya tidak disadari.

"Kamu kenapa? Yaampun, hati-hati. Jangan terlalu asik sendiri," kata Chalista dengan seorang satpam yang membantunya.

"Aduh ini sakit banget nyut-nyutan hiks!" isakannya dengan pelan, hal itu terlihat oleh Nean.

Bahkan tangisannya sama seperti ibunya, begitu polos dan menggemaskan. Chalista pun dengan teliti membersihkan luka gadis itu, dan membalutnya dengan perban.

"Udah beres. Masih sakit nggak?" tanyanya mengusap rambut gadis itu.

Dia menggelengkan kepala dengan wajah polos dan linangan air mata di pipi.

The Cruel BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang