Nean menatap seorang gadis terbaring lemah, ada rasa nyeri dalam hatinya melihat dia jatuh sakit karena demam.
Tangan kekarnya menggenggam tangan mungil itu, warna kulitnya kuning langsat layaknya orang asia. Beda dengan Kezia, dia bewarna putih pucat seperti orang Eropa.
"Cepet sumbuh, gue nggak mau lo sakit," gumam Nean menatap cairan infus di tangan Angel.
"Lo tahukan titipan? Satu hal amanat yang kita terima, bersedia menopang beban akan sebuah tanggung jawab besar. Dan bagi gue lo tanggung jawab yang besar, Ngel." Tak lama kepalanya mendekat menuju bibir pucat milik Angel, namun dengan jarak yang menipis, Nean terhenti.
Ada sesuatu yang menahannya, dan ada sesuatu saat dia mencium gadis lain. Dia terpikirkan Kezia di sana, dengan yakin dia beralih mengusap keningnya dengan lembut.
Pikirannya menjadi gusar jika mengingat Kezia, dan sampai kapan Nean akan terus mengikatnya tanpa alasan yang jelas?
Nean melangkahkan kaki pergi meninggalkan ruangan Angel namun dia menoleh beberapa detik melihat gadis itu terbaring dengan mata tertutup lelah. Di lubuk hatinya dia memang tidak tega untuk meninggalkan gadis lemah dan serapuh Angel, tanpa keluarga dan sosok pelindung selain dirinya.
Angel dan Kezia sama-sama membutuhkan bahu untuk bersandar dan perlindungan dari Nean.
Dan sekarang tanggung jawab Nean menjadi berat, sebenarnya dia bisa saja untuk melepas salah satunya, terkecuali Angel. Sedangkan Kezia, dia bagaikan menggenggam sebuah air yang tetap akan sulit dia pegang erat, tetapi akan mudah dirasakan.
Pintu itu dia tutup dengan rapat menimbulkan bunyi khas, dia akan berjalan meninggalkan rumah sakit tersebut. Tetapi matanya melihat sosok yang sangat dia kenali dan tidak ingin dia temui seumur hidupnya, tangannya tiba-tiba mengepal begitu juga wajahnya menjadi tegang.
Dia adalah Kenzo, memakai kaos polos bewarna putih dan celana jeans sobek sama bar-barnya seperti Nean. mereka terdiam berhadapan dengan jarak beberapa meter, terdiam kaku dengan mata yang saling menatap.
"Masih hidup lo ternyata?" Kenzo menaikan alisnya sinis, Nean diam tidak menyahuti pertanyaan sampah yang keluar dari mulut saudara laki-laki Kezia.
"Bacot lo sampah," gumam Nean melangkahkan kaki pergi meninggalkan tempat terkutuk ini, dan lebih terkutuknya ada Kenzo yang sudah lama menghilang kembali di waktu yang tidak tepat.
Sebuah tangan menahanya lalu diikuti dengan suara Kenzo,
"Dimana adek gue?"
"Peduli apa lo sama dia? Lo nggak pantes dianggap abang karena buat taruhan dengan imbalan adek lo sendiri," kata Nean menghempaskan tangan Kenzo dengan kasar.
"Dan lo nggak pantes dianggap cowok kalo udah main tangan sama cewek. Dan gue ingetin sama lo, jangan sakitin dia karena gue akan bawa Kezia jauh dari lo. Lo nggak tahu cerita dibalik semua kejadian ini. Inget, apa yang lo liat dan rasakan tanpa lo ketahui kenyataan, bukan berarti lo menyimpulkan sesuatu dengan asumsi lo sendiri. Lo boleh benci gue, tetapi bukan berarti lo menghakimi."
Kenzo pergi meninggalkan Nean yang terpaku dengan pikirannya sendiri. Apa yang dia alami saat ini begitu membingungkan, entah dengan Kezia, Angel, Kenzo, dan begitu pun yang lainnya. Semua saling berhubungan dengan masa lalu dia dengan seseorang di masa lalu.
Kepala Nean serasa ingin meledak seketika. Kini permainannya tidak sadar sudah menjadi bumerang bagi kehidupannya kelak nanti di masa mendatang.
Hanya waktu yang akan menjawab semuanya, namun bukan berarti Nean diam. Dia benci dengan yang namanya penyesalan, dan Nean tidak ingin mengalaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cruel Boyfriend
RomanceKezia Scarllethisya gadis yang dijadikan bahan taruhan untuk pemenang balapan liar, sampai akhirnya cowok bernama Nean berhasil mendapatkannya begitu mudah. Bukan tanpa sebab Nean nekat mengikuti pertandingan itu demi mendapatkan Kezia. Sesuatu hal...