BAB 20

17.8K 1.1K 52
                                    

Kezia sedang duduk di balkon membaca salah satu novel favoritnya, dengan segelas coklat panas kesukaannya. Bersantai menghabiskan waktu di tanggal merah ini, hari sudah menjelang sore.

Matanya tidak fokus kepada beberapa kata yang berjajar rapih, tapi fokusnya tidak ada di sana. Kezia sedang berada di kamarnya, iya Kezia berada di kamarnya yang Nean siapkan khusus untuknya. 

Setelah tiga hari yang lalu Kezia pergi bersama Nean ke pasar baru, cowok itu tidak pulang ke apartemennya. Dia tiba-tiba menghilang paginya dan tidak memberikan kabar, hanya ada satu pesan.

Kezia tidak boleh pergi, dan memutuskan pulang ke rumah karena ajakan Kenzo. Nean kurang percaya dengan pria tersebut, sama dengan Kezia, dia masih tidak percaya kepada Kenzo. 

Semenjak Kenzo mengusirnya dari rumah secara tidak langsung membuat Kezia sedikit was-was kepada kakak kandungnya. Tetapi jika dia terus menghindar seperti ini, Kezia tidak akan tahu apa yang terjadi di antara dirinya, Kenzo, dan orang tuanya. 

Semua yang berada di sekeliling Kezia sekarang adalah teka-teki tidak mampu ditebak.

Kezia ingin menuntaskan segalanya.

Dia melirik ponselnya yang bewarna pink baby, sudah tiga hari menunggu pesan dari Nean. Bahkan Kezia mengharapkan cowok tersebut menghubunginya, tetapi tidak ada kabar sama sekali. Kezia merasa Nean akan meninggalkannya, dan melepaskannya.

 Mungkin cowok itu di sana sedang bersenang-senang dengan perempuan lain, selain dirinya. Dia tidak terlalu mengenal Nean dalam, dari mana asalnya, apa makanan kesukaannya, dan seperti apa Nean selagi dirinya.

"Kamu ke mana sih?" tanya Kezia menatap sendu ponselnya, menerka-nerka isi otaknya.

 Hingga otak kecilnya memikirkan sesuatu yang tidak pernah dia duga sebelumnya. Saat dia sedang mengalami galau, tiba-tiba ponselnya berbunyi membuat Kezia tersadar.

Nomor yang tidak pernah lagi meneleponnya selama satu bulan ini, dan sempat menghilang. Orang yang dulu dia anggap baik dan pahlawan bagi Kezia, ternyata lebih buruk dari Nean.

Ray kembali menghubunginya, Kezia menyesal tidak menuruti keinginan Nean untuk mengganti nomor.

Dia mengingat cowok itu lagi. 

Kezia mengangkat teleponnya dengan ragu, dia mengigit bibirnya cemas.

'Halo, Kezia kamu apa kabar?'

"Baik," kata Kezia dengan gugup.

'Kamu nggak pernah hubungin aku lagi. Kenapa?'

Tiba-tiba seperti ini, Kezia heran dengan Ray. "Kamu tiba-tiba telpon aku, ada apa?"

'Kamu kok kayak nggak suka gitu sama aku, kayaknya nggak suka aku telpon. Yaudah aku tutup.'

"Eh, jangan! Nggak kitu Ray."

'Aku sangat menyukai suaramu manggil nama aku. Aku pengen ketemu sama kamu.'

Hening. Hanya ada suara angin dan hembusan napas kasar di ponselnya, Kezia tidak bisa menemui Ray disaat dirinya keadaannya seperti bersama Nean. 

Entah kenapa Kezia sangat menjaga perasaan Nean, padahal cowok itu selalu menyakitinya dengan begitu dalam. Membuatnya tersiksa dan pernah bermain tangan, tapi Nean berubah tidak seperti dulu.

 Ada setitik cahaya buat Kezia mengubah sikap Nean.

"Ray maaf aku—,"

'Mungkin kau akan penasaran dengan seseorang bernama Luna, bukan? Datanglah dikafe biasa dulu kita datengin jam tujuh malam.'

The Cruel BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang