BAB 23

15.4K 1.1K 78
                                    

"Kau tahu, aku sangat menyukai bintang," kata seorang gadis memakai sweater tebalnya yang berwarna biru langit, rambut dicepol menggemaskan. Dia menunjuk bintang paling bersinar di sana, membuat cowok di belakang yang memeluk pinggangnya ikut mendongkak.

"Aku lebih menyukai orang di hadapanku," kata cowok tersebut tersenyum manis dan mengecup rambutnya berwarna hitam pekat. Pipi gadis itu langsung memerah mendengarkan kalimat kekasihnya, sangat menggemaskan.

"Aku ingin menjadi salah satu dari bintang itu, kau tahu aku seperti selebriti yang terkenal. Bersinar dengan angkuhnya nanti," kata gadis bernama Luna tersebut membalikan badannya memeluk leher Nean sangat mesra dan penuh rasa malu. Nean tidak tahan karena kegemasannya.

"Kau memang bintang di hatiku," katanya menggombal, mencolek dagu Luna gemas. Hingga gadis itu terkekeh lucu.

"Aku senang deh bisa kenal sama kamu. Kebayang kalo Luna nggak kenal Nean," katanya dengan lirihan yang masih terdengar oleh Nean. "Aku mencintaimu," lanjutnya mengecup rahang tegas Nean.

"Nean," panggil seseorang di belakangnya, dia adalah gadis yang ada di masa sekarangnya. Gadis yang menatap dirinya bersama gadis lain terluka, matanya merah dan berada dalam keadaan kacau.

"Kezia," lirih Nean langsung melepaskan pelukannya dari Luna dan menghampiri gadisnya. Apa yang dipikirannya adalah terpenting dia harus bersama Kezia, rela meninggalkan Luna demi Kezia.

"Kezia," lirih Nean saat matanya mulai mengerjab sadar ke alam nyata, mimpi itu membangunkannya.

Dia merasakan kepalanya sangat pening dan ngilu, pandangan matanya mencoba fokus menatap dinding berwarna putih gading. Bau obat tercium, mengingatkan dirinya akan kecelakaan itu.

Nean berusaha menghilangkan rasa sakit di kepalanya dengan menggeram kecil, menyentakan seorang gadis di sampingnya.

"Nean! Akhirnya lo sadar," kata Tisella sangat senang mengusap tangan Nean lembut.

Bukan, bukan gadis itu yang Nean harapkan. Dia menginginkan Kezianya di sini, bukan gadis lain.

"Kezia di mana?" tanya Nean pelan, Tisella tertegun mendengar pertanyaan Nean.

Kalimat pertama yang keluar adalah menanyakan keberadaan Kezia kepadanya, Tisella merasakan dadanya terhimpit sakit.

"Gue panggilin dokter," kata Tisella mengalihkan pembicaraan, langsung keluar dari ruangan meninggalkan Nean sendirian dengan pikiran yang masih banyak menghantuinya.

Seberapa lama dia tertidur, jangan bilang dia tertidur selama berbulan-bulan, karena tubuhnya terasa kebas. Seperti cerita novel saja, saat melihat ponsel Tisella tergelatak di sana membuat dirinya untuk mengambil. Melihat tanggal yang jika dihitung dia tertidur selama satu minggu lamanya.

Hal yang membuat dirinya tertarik adalah walpaper kunci Tisella, foto dirinya dengan gadis itu waktu dulu. Ternyata gadis itu masih menyimpan dan mengingatnya selama satu tahun lamanya, seharusnya dia sadar.

Mereka adalah saudara, Tisella anak dari adik ayahnya. Sama seperti Denzel.

Ayahnya mempunyai tiga bersaudara, dan dia anak pertama. Adik kedua ayahnya adalah Tante Melina, ibu dari Tisella. Lalu ketiga adalah Pamannya yang notabane ayah Denzel. Mereka selalu bersama dari dulu, sampai ketiganya mempunyai jalan hidup masing-masing.

Mempunyai kesibukan dan lupa akan kebersamaan mereka, berbeda dengan Tisella. Gadis yang dianggap Nean seperti adiknya sendiri semakin tumbuh dewasa sifatnya jadi aneh, dia seolah menganggap Nean adalah laki-laki yang disukanya.

Sampai Tisella pernah menyatakan cintanya kepada Nean, membuat cowok itu terheran akan sikap Tisella. Ini gila, karena mereka adalah saudara yang masih mempunyai ikatan keluarga dekat. Dia tidak segila itu, mencintai keluarganya sendiri.

The Cruel BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang