BAB 6

29.8K 1.6K 14
                                    

"Lo jangan macem-macem," kata Nean membuat Kezia menganggukan kepalanya mengerti. Nean meraih dagu Kezia mencium keningnya dan bibirnya sekilas di hadapan banyak orang, seketika Kezia melepaskan perlakuan gila Nean.

Tangannya mencengkram jaket yang Nean kenakan, wajahnya yang merah bertambah merah menggemaskan.

Dia menatap sekeliling dengan tatapan malu, apalagi wanita yang sempat memuja Nean membuka mulutnya lebar-lebar karena syok. Tidak menyangka akan apa yang dilakukan cowok di depannya ini kepada Kezia, begitu terang-terangan.

Nean melakukan itu bukan karena keinginannya, melainkan sebuah alasan; agar semua orang tahu jika Kezia miliknya seorang.

"Kalau udah beres telepon gue," katanya dengan pelan meninggalkan Kezia yang tengah mematung dengan wajah merona, tanpa sadar Nean terkekeh melihatnya.

Seandainya saja mereka ada di apartemen Nean akan mengcium wajah menggemaskan itu habis-habisan. Tanpa dia sadari Kezia selalu membuatnya tersenyum sendirian walau lengkungan itu terlihat tipis bahkan tidak bisa dibilang senyuman.

Hingga di lorong dia bertemu seseorang yang pernah dia hajar habis-habisan, keduanya saling melempar tatapan berbeda. Nean menatap nyalang hingga dia menahan rasa benci itu dengan mengepalkan tangannya, entah sejak kapan jika dia melihat Alex rasanya ingin menghajar kembali hingga habis-habisan.

Namun, Alex menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan tetapi terlihat jelas terasa ada tatapan benci walau tidak terlalu kental. Keberadaan Nean di kampusnya tidak membuatnya heran, dia sudah mengetahui kemarin jika gadis yang diganggu kemarin adalah pacar Nean.

Dia memang selalu menggoda gadis di kampus namun jika dia tahu kebenaran tentang Kezia Alex tidak mungkin mengganggunya, karena dia milik Nean.

Bahkan Alex menyesal telah melakukan tindakan senonoh pada Kezia. Langkah kakinya mendekat ke arah Nean yang diam menatap tajam.

"Nean, gue mau minta maaf. Gue nggak maksud buat lo marah keadaan gue emang lagi mabuk parah," katanya dengan tegas tanpa melembutkan lirikan tajamnya.

"Lo sama aja kayak Ray, sahabat bangsat lo," celetuk Nean tidak peduli, sedangkan Alex nampak tidak suka dengan ucapan itu.

"Gue ya gue, kami beda dan jangan samakan gue sama dia."

"Lo berdua nggak ada bedanya, sama-sama sampah!" tekan Nean pergi meninggalkan Alex dengan wajah yang tegang dan mood hancur.

Hingga langkahnya sempat terhenti saat mendengar ucapan Alex menggema di lorong sepi.

"Lo salah anggep gue brengsek, karena ada yang lebih brengsek dideket lo!"

🐊🐊🐊

Beberapa bulan lagi Kezia akan menghadapi skripsi, otomatis dirinya akan selalu disibukan dengan laporan akhir yang harus dia kerjakan sebagai penentu kelulusan. Rajin ke perpustakaan, dan menemui dosen pembimbingnya.

Terkadang rasa lelah selalu hinggap beserta dengan kelakuan Nean membuat ruang geraknya sempit, sifat posesifnya tidak berubah walau dia tahu kesibukan kuliahnya yang sudah tidak waras.

Tapi tidak mematahkan semangat seorang Kezia, tujuan kuliahnya adalah mempunyai gelar sarjana dengan waktu tepat.

Untuk sekarang dia tidak ingin meminta kepada Nean untuk dijemput, Kezia meluangkan waktunya untuk di perpustakaan membaca buku dan sibuk mengetik laporan.

Telinganya tersumpal earphone agar pikirannya tidak terlalu kaku, terkadang dia menggerakan badan seperti menghentakan kaki pelan, kepala mengangguk-ngangguk, dan bibirnya bergerak lirih.

The Cruel BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang