BAB 11

18.6K 1.3K 69
                                    

Sorot mata itu berkilat dengan tajam, melihat mobil fortuner berhenti di depannya. Munculah Ray bersama Kezia, tangan Nean mengepal mencoba untuk menekan emosinya, dia harus terlihat baik-baik saja.

Kemarahan Nean di depan Ray adalah bentuk kelemahannya. Sahabat yang dulu selalu ada menjadi pengkhianat. Tangan Nean memeluk pinggang Kezia posesif di hadapan Ray yanghanya tersenyum manis ke arah gadisnya. Gadisnya? Entahlah Nean tidak ingin Kezia bersama lelaki lain.

"Terimalah hukumannya setelah ini," desis Nean masih terdengar di pendengaran Kezia membuat bulu kuduknya merinding, lalu terfokus kembali kepada Ray.

"Sama-sama," kata Ray dengan senyuman manis karena sudah mengantar Kezia sampai pada tangan Nean.

Nean tidak memberikan senyuman dan sapaan terimakasih. Baginya ucapan maaf dan terimakasih adalah hal penting dan tak berlaku untuk orang tidak penting.

Jangan lupakan sosok nya yang angkuh dan tidak pernah ingin mengalah, tidak heran jika Nean bersikap tidak acuh.

"Kezia, kamu jangan lupa istirahat, aku tahu kamu sibuk semester akhir. Tapi jangan lupain kesehatan, aku pamit yah."

Kezia hanya membalas senyuman tanpa mau melambaikan tangan, ia takut Nean marah. Namun, hebatnya laki-laki di sampingnya tidak berkata kasar dan menyakiti dirinya di depan orang lain lagi.

Walaupun begitu, ketakutan justru melanda Kezia, tenangnya Nean sebuah tanda tanya yang sangat menakutkan untuk dijawab nanti.

Ray pergi dari hadapan mereka berdua. Nean menarik Kezia ke dalam apartemen miliknya dan mnutup pintu dengan kencang.

Kezia tahu kesalahannya saat ini, walau ini juga bukan disebut ulahnya tapi dia sudah melanggar aturan Nean. cowok itu akan mengamuk dan entah apa yang terjadi pada dirinya malam ini.

"Gue nggak suka lo senyum sama cowok lain, termasuk si Brengsek itu," desis Nean berhadapan dengan Kezia.

"Gue tahu tampang lo cantik, tapi lo nggak cukup gue 'ikat'? Mau embat juga orang itu?! Mikir lo mau jadi cewek apaan?!" tekan Nean diakhiri nada bentakan membuat Kezia semakin ketakutan.

"Gue nggak suka milik gue sama cowok lain, dan peringatan buat Alex juga Ray."

"Tapi Ray dia—,"

"Lo mau bilang Ray malaikat lo?! Modal topeng lo percaya?" tanya Nean dengan sentakan yang keras hingga Kezia terkejut.

Hentakan jantungnya memacu cepat. Napasnya memburu ketakutan, dia tidak bisa dibentak bahkan diintimidasi seperti ini, disaat seperti inilah sisi lemah itu datang.

"Heh, tatap gue!" Nean menarik dagu Kezia dengan kasar yang membuatnya mendongkak ke arahnya.

"Jangan belajar buat jadi jalang kecil, kalaupun ingin lebih baik jual diri lo sama gue," desis Nean yang sudah keterlaluan.

Plak!

Tanpa sadar tangan mungil itu menampar Nean dengan keras hingga laki-laki di depannya merasakan sengatan yang membuatnya tidak nyaman. Kezia kelepasan untuk menampar Nean, tapi ucapannya tidak cukup membuat harga dirinya tidak dihargai, ada hati yang tersakiti mendengar kalimat itu.

Air mata tidak mampu dibendung gadis malang ini, dia sudah pasrah apa yang terjadi selanjutnya.

"Udah pinter ngelawan baby?" tanya Nean tersenyum menakutkan.

Sampai tangan kekar itu menarik rambut Kezia dengan sangat kasar dan menyakitkan. Rasanya seperti rontok, perih. Tangis tidak dapat dia bendung, suatu bentuk perwakilan betapa hancur hatinya setelah dihina dan betapa lelahnya fisik sudah disiksa seperti dulu.

Nean asalnya berubah tidak pernah menyakitinya hanya kalimat ancaman yang keluar, menjadi Nean dulu. Si iblis tidak berperasaan.

"Nean lepasin sakit," cicit Kezia dengan tangisan yang hanya isakan kecil.

"Sakit? Gue nggak perduli. Jalang kecil kayak lo malah ngelunjak gue baikin kemarin," ucap Nean membuat tangis Kezia semakin menjadi.

"Kezia nggak kayak gitu, lepasin tangan kamu. Sakit Nean, ampun," lirih Kezia menahan perih ditambah pusing kepalanya yang mendera seketika.

Dia rasa migren akibat jambakan Nean sangat kencang dan tidak pernah memberinya kesempatan untuk melepaskan kesakitan ini.

Mendengar lirihan Kezia Nean melepaskan jambakannya, namun bukan berarti gadis ini bebas. Dia meraih tengkuk Kezia dengan jambakan yang sama seperti tadi, hingga Kezia lebih mendongkak dan selanjutnya Kezia merasakan benda lembut menyapu bibirnya namun permainan sangatlah kasar.

Dia mengigit, menekan, dan melumat sangat kasar. Kezia merasakan asin saat mereka berciuman, Nean memberikan luka di bibirnya dengan mengigit kencang bibir bawahnya.

Kezia terus menangis dan melengguh kesakitan, terbungkam oleh aktivitas Nean. lututnya lemas dan badannya terasa seperti agar-agar. Tidak hanya itu saja, pusing yang menderanya kembali berdenyut sakit hingga pandangan mata yang tadinya buram menggelap, sebelum dia jatuh ke dalam alam bawah sadarnya Nean sempat berkata,

"Jadilah jalang, asal jangan pernah bermain hati."

Setelah itu gelap sempurna, dia kehilangan kesadaran. Kezia pingsan.

Paginya dia terbangun dengan keadaan yang kurang fit. Matanya melihat sekitar sampai sosok tubuh yang hanya mengenakan celana hitam panjang dan bertelanjang dada sedang duduk di sampingnya.

Menatap tajam ke arah Kezia, walau ada sedikit hembusan napas lega dari Nean. kezia memejamkan kembali matanya mencoba menghilangkan rasa takut kemarin malam sampai air mata kembali lolos dari kelopak mata indahnya.

Sebuah tangan kekar menghapus air matanya lembut, tapi Kezia enggan untuk berkata apapun. Jujur bibirnya masih terasa perih bekas kemarin malam, dan Kezia hanya ingin diam tidak melakukan kesalahan.

"Jangan ulangin lagi, lo tahu gue kalah sama emosi gue sendiri," ucapnya dengan nada datar dan dingin.

Kezia membuka matanya dan beranjak duduk tegak, menatap manik Nean dan dia tidak pernah melihat keseriusan jika cowok itu ingin menjaganya. Tidak ada penyesalan dalam diri Nean, seolah Kezia boneka yang hanya dimainkan sesuka hati, selepasnya dia dicampakan, jika butuh dia kembali ditarik.

"Sebenarnya tujuan kamu buat bawa aku apa?"

"Apa bener omongan kamu, kalau aku dijual sama Kenzo?"

"Kenapa kamu mau aku jadi hadiah balapan liar saat taruhan sama Kenzo?"

"Apa aku memang seperti perempuan murahan? Dijadikan barang taruhan seperti tidak ada harganya?"

Pertanyaan Kezia tidak ia jawab, Nean lebih baik diam. Kebungkaman Nean membuat batin Kezia tersakiti, orang-orang di sekitarnya mempermainkan kehidupannya sendiri, bahkan Kenzo dia pergi seolah meninggalkan tanggung jawab sebagai kakak.

"Gue nggak bakalan taruhan sama Kenzo, kalau dia nggak nyerahin lo ke gue," katanya pelan.

Apa maksud ucapan Nean tadi? Apa benar Kenzo menyerahkan adiknya sendiri secara cuma-cuma?

"Apa maksud kam—,"

Cup.

Nean mengecup bibirnya sekilas dan menjilat luka akibat ulahnya kemarin malam. Dia tidak menjauhkan jarak antara dirinya dan Kezia, hidung mereka bersentuhan napasnya saling beradu.

"Hati lo milik gue," desis Nean di depan bibir Kezia.


***

Yey akhirnya dapet update, nyuri waktu juga hahaha. Jangan lupa vote dan koment, hal kecil kalian termasuk penyemangat buat ku loh wkwkwkwk, see u.

© DESSCHYA
Senin 30 Desember 2019

The Cruel BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang