Chapter 15: Free Time

1.2K 123 11
                                    

Don't forget to vote ❤ and comment...

Enjoy~







Gue nyampe rumah sekitar jam delapan malam karena gue harus ke kontrakan gue yang lama buat ngambil beberapa berkas murid yang masih di sana. Sebenarnya pas perjalanan gue agak-agak takut gitu, kalau di rumah sudah ada dr. Dio. Tapi ternyata dia belum pulang, mengingat mobilnya juga belum kelihatan. Gue nggak mau sok dramatis, tapi kenyataannya begitu gue sampai di kamar gue langsung rebahan sebentar sambil menghembuskan napas lega berkali-kali.

Karena gue kelaparan, gue putuskan untuk membuat makan malam. Biar nggak kebanyakan dan boros, gue sekalian bikin buat dua porsi plus buat sekalian sarapan. Biar besok pagi nggak perlu terlalu ribet masak.

Melihat ada daging sapi di kulkas, gue putuskan membuat beef teriyaki dan biar seimbang, gue buatin tumis brokoli sama baby corn. Gue sempetin juga bikin puding buat di taruh di kulkas. Jadi nggak ribet kalau nanti mau nyari kudapan kalau gue begadang karena ada tugas dari kepala sekolah.

Walaupun membuatkan makanan buat dia, tapi gue nggak berniat sama sekali buat makan bareng dengannya. Jadi gue nggak perlu nunggu dia pulang dan makan duluan baru setelah itu masuk ke kamar buat menyiapkan bahan ajar besok.

Gue baru saja keluar bebersih dari kamar mandi, tapi dia masih belum datang juga. Padahal sudah hampir jam sepuluh. Gue jadi bertanya-tanya, sebegitu padatnya kah jadwal dia? Dia berangkat sebelum subuh dan sampai jam 10 belum juga kembali? Workaholic banget kayaknya.

Gue mengecek handphone dan ada beberapa pesan masuk.

"Sehun, Haechan, Pak Suho... tunggu! dr. Dio?

Gue buka pesan darinya.


the Ice King

Dokter Azkadio:

[Malam ini sepertinya saya tidak bisa pulang, karena tiba-tiba ada operasi darurat.]

[dr. Boa meminta saya ada di operasi tersebut.]

[Pastikan rumah terkunci semuanya sebelum kamu tidur.]


Gue cek, pesan itu dikirimkan olehnya jam tujuh malam tadi. Bisa jadi, saat ini dia sedang berada di ruang operasi.

"Lah, gimana makanan gue? Sayang banget ah. Gue anter aja kali ya? Sekalian ketemu sama bang Chen. Kangen sama dia."

Gue bergegas membereskan semuanya dan memesan taxi online. Gue nggak mau pakai motor gue karena tadi pantat gue udah tepos gara-gara perjalanan dari kontrakan lama ke sini sambil bawa banyak barang.

"Hai, Anna! Loh? Pengantin barunya kok nggak di rumah sih? Malam-malam malah kesini," Mbak Luna nyapa gue dari jauh begitu melihat gue memasuki rumah sakit.

"Hai mbak Luna. Betah amat di rumah sakit?" tanya gue.

Dia tertawa, "Lagi skejul jaga UGD nih. Ngapain kesini? Nyariin suaminya yaa?" godanya.

Gue senyum maksa.

"Mbak, bang Chen di ruangannya kan ya? aku ke sana dulu ya?"

Gue pun pamitan sama mbak Luna yang lagi jaga itu. Gue harus melewati koridor yang lumayan sepi dan panjang, dan gue juga sudah terbiasa sama "mereka" yang berkeliling dan tersebar di seluruh rumah sakit, terutama di area gelap.

My Super Perfectionist Husband  [completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang