Chapter 60: All of My Life

1.1K 143 138
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak like/

vote ya⭐⭐ ....

Komen juga kalo kamu suka sama story ini.

Enjoy it~



Disarankan untuk mendengarkan lagu ini sambil menghayati lirik tersebut. Sebagai pengiring chapter terakhir ini.




Anna merasakan hembusan angin halus menerpa wajahnya, membuatnya membuka mata. Ia terbaring diatas padang rerumputan yang ia tak tahu ada dimana. Wajahnya kebingungan tatkala ia duduk dan mencoba mengedarkan pandangan ke sekitar. Sejauh mata memandang, ia hanya melihat hamparan rumput yang luas.

Ia terduduk diam, mencoba untuk mengingat sesuatu namun ia masih belum menemukan setitik pencerahan. Sampai tak lama kemudian ia mendengar sebuah suara tawa yang Anna tahu itu adalah tawa dari seorang anak kecil.

Mengingat dia saat ini hanya berada disini sendirian dan tidak mungkin jika ia harus terus berada dalam kondisi tanpa clue, ia akhirnya berdiri lalu berusaha mengejar anak kecil yang suara tawanya masih terdengar itu.

Ia mengikuti, berusaha memikirkan dengan baik dari manakah arah sumber suara tawa itu. Kakinya masih terus melangkah. Satu demi satu, menyusuri rerumputan, hingga tak lama kemudian ia menemukan ada sebuah pondok tak jauh dari sana.

Pondok itu tidak besar, namun terlihat sangat indah. Bangunannya sepenuhnya dari kayu. Tak nampak unsur modernisasi apapun dari bangunan itu selain dari kayu yang disusun sedemikian rupa hingga menjadi sebuah pondok yang terlihat kokoh namun hangat. Dari atapnya terlihat sebuah cerobong yang mengeluarkan asap putih. Sudah pasti ada seseorang di dalam sana.

Perlahan, lengan pucatnya mengetuk pintu kayu tersebut. tak lama berselang, keluarlah seorang gadis kecil yang cantik. Matanya bulat, berbinar. Bibirnya tatkala tersenyum terlihat indah, karena membentuk sebuah hati. Pipinya pun juga tak kalah lucu. Bulat, namun terlihat lebih menggemaskan karena ia bisa melihat pipi ranum itu berwarna kemerahan. Jika saja bukan orang asing, Anna sudah pasti tak akan bisa menahan dorongan untuk tidak mencubit atau bahkan mencium pipi gadis kecil itu.

Tapi tunggu!

Melihat wajah dari gadis kecil di hadapannya itu, Anna merasa bahwa wajahnya sangat familier seperti wajah dari seseorang yang dikenalnya. Namun sekeras apapun ia mencoba mengingat, tetap saja ia tidak berhasil mengingatnya. Tentu saja, bagaimana bisa ia mengingat asal usulnya jika dirinya saja tidak tahu sekarang ini sedang ada dimana.

"Siapa?" tanya gadis kecil itu dengan suara riangnya. Suaranya mampu memecahkan keheningan.

Anna bingung bagaimana menjelaskannya. Namun wajah bingungnya cukup membuat gadis kecil di hadapannya mengerti.

"Masuk. Tante boleh istirahat disini," Gadis kecil itu memersilahkan Anna untuk masuk ke dalam. Tak lama berselang, gadis kecil itu masuk ke dalam lalu keluar sambil membawa secangkir teh herbal hangat beserta satu toples kue dengan nampan.

"Tante pucat sekali. Diminum tehnya supaya badan tante hangat."

Anna tersneyum, lalu mengambil cangkir itu dan mulai meminumnya. Benar, air teh herbal hangat itu membantunya merasa sedikit hangat dan ia merasa seperti hidup. Ia menyentuh pipinya, lalu kehangatan menjalar melalui telapak tangannya.

My Super Perfectionist Husband  [completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang