Chapter 8: Prewedding photo

1.4K 140 20
                                    

Don't forget to vote ❤ and comment...









Sesampainya di sekolah keesokan harinya, Haechan yang menumpang motor gue akhirnya berpisah karena dia harus lurus ke kelasnya sedangkan gue harus absen dulu di ruang guru. Begitu masuk ruang guru, gue udah disambut sapaan hangat dari Yuta sensei dan pak Umin.

"Assalamu'alaikum, Bu Anna," sapa Pak Umin sopan.

"Wa'alaikumussalam, Pak Umin."

"Ohayou, Anna Sensei," sapa Yuta sensei tak kalah sopan, dengan logat Jepangnya yang khas tentunya.

"Good morning too, Yuta Sensei. Apa kabar mbak Ana dan baby Anata?"

Dia tersenyum sangat manis. "Anata-chan baik-baik saja. Ana juga baik. Kapan hari Anata cari aunty-nya. Kapan Anna main ke rumah saya lagi?"

Gue diam sejenak, berpikir apa kira-kira jawaban yang pas untuk Yuta Sensei.

"Sensei tahu sendiri kan kalau saya juga lagi sibuk persiapan buat acara sekolah. Gini aja, nanti pas acara, Sensei bawa aja mbak Ana sama baby Anata. Nanti saya bisa ketemuan sama mbak Ana dan baby Anata disini."

"Jangan, nanti repot kamunya."

"Nggak papa, Sensei. Biar nanti saya ajakin keliling. Jadi mbak Ana sama sensei bisa quality time."

"Begitu ya? memangnya kamu tidak keberatan ngajakin Anata-chan?"

"Nggak masalah. Anata juga kan udah deket sama aunty-nya ini, jadi nggak masalah dong."

Yuta sensei sumringah. Gue juga ikut senang karena setidaknya acara malam HUT sekolah akan terasa lebih ramai dengan kedatangan keluarga kecil Yuta Sensei.

Tiba-tiba sebuah tangan kekar menggelayut di pundak gue.

"Anak orang diajakin mulu. Kapan gitu ngajakin anak sendiri?!" teriak Chanyeol di kuping gue.

Karena suaranya kencang nggak kira-kira, gue langsung pukul dia pakai sikut, "Telinga gue sakit, Chan!"

Yang dipukul hanya nyengir innocent. Sedangkan pak Umin dan Yuta Sensei hanya bisa mengulum senyum menyaksikan tingkah kami berdua.

Baru gue mau beranjak ke kantor BK, handphone gue bunyi. Di layar tidak tertera nama siapapun, hanya ada nomor yang gue nggak kenal.

"Anna, ini saya, Dio."

Gue mau tutup teleponnya tapi sebelum sempat gue tutup, terdengar sahutan di ujung sana.

"Tunggu sebentar, jangan di tutup. Saya mau menyampaikan informasi penting."

"Apa?" tanya gue malas dengan nada yang kelihatan judesnya.

"Bubar sekolah pukul 3 sore saya tunggu di depan sekolah kamu. Papa menyuruh saya hari ini membawa kamu untuk foto pre-wedding di tempat yang sudah di tentukan beliau."

"kenapa nggak nolak aja sih?" protes gue sengit.

Terdengar desahan napas di ujung sana. "Andai saya bisa menolak permintaan papa kamu, saya tidak akan menelepon kamu seperti ini, Anna."

My Super Perfectionist Husband  [completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang