Chapter 55: People Come and People Go

940 135 71
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak like/vote ya⭐⭐ ....

Komen juga kalo kamu suka sama story ini.

Enjoy it~





"Ibuuuuuuuuu......" begitulah kira-kira beberapa teriakan yang bisa Anna dengar saat memasuki ruang kelasnya. Dia sedang dituntun oleh Haechan. Terlihat juga Haechan membawa dua ransel, di dada dan juga di punggungnya. Satu miliknya dan satunya lagi milik kakaknya.

Muridnya berbondong-bondong ke depan kelas mendekatinya, memastikan kondisi ibu kesayangan mereka baik-baik saja dan sudah betul-betul sehat. Saking ramainya, Haechan sampai terpental dari sisi Anna karena didorong oleh beberapa anak perempuan—yang ternyata lumayan ganas jika mereka bersatu—hingga akhirnya murid-murid lainnya lah yang mengelilingi Anna.

"Kampret emang!" Haechan mengumpat, lalu berdiri sambil membersihkan bokongnya yang tadi sempat menyentuh lantai saat dirinya terjengkang. Ia juga mengambil salah satu ransel yang tergeletak di lantai karena terlempar saat dirinya mendarat di lantai dengan nggak ada keren-kerennya sama sekali.

"Ibu beneran udah sehat? Dedek bayinya gimana?" tanya Jeno yang sudah memasang tampang prihatin.

Tampang Jeno saat bertanya sungguh menggemaskan.

Anna mengelus pucuk kepala Jeno yang jauh lebih tinggi darinya itu. "Ibu udah nggak apa-apa, Jeno. buktinya udah bisa masuk nih."

Tiba-tiba Felix merangsek kedalam kerumunan teman-temannya itu. "Bu? Anak kita nggak papa, kan?" Ucapnya dengan panik.

"Yeeeuuuu!!!!" Beberapa orang termasuk Sanha, Jisung dan Mark menjitak kepala Felix beramai-ramai. Felix meringis sambil mengusapi bekas jitakan teman-temannya itu.

Dari belakang Lucas mendekati Felix lalu tangannya menoyor kepala Felix dari belakang sambil ngomong dengan suara husky-nya, "Lo kagak ikut nanam benih, goblok! Sok pake ngaku anak kita segala sama bu Anna. Elo tuh tipikal manusia yang bakalan kepeleset pertama kali ke kerak Jahannam pas melewati jembatan Shirotol Mustaqim!"

"Astaghfirullah.... " teman-temannya nyebut. "Tobat lo, Lix!"

Felix hanya meringis sambil menggaruk kepalanya yang sesungguhnya tidak gatal itu.

"Sudah-sudah. Kalian kembali ke kursi masing-masing, ya? Setelah ini kita mulai pelajarannya."

"Yaaah....." anak-anak mengeluh dengan kompak saat mendengar KBM akan dimulai.

"Kok lemes gitu, sih? Katanya kangen sama ibu? Kok pas ibu ajar malah pada males begini? Jangan-jangan yang bilang kangen itu hoax?"

"Bukan gitu, Bu. Ai si ibu teh sensitip pisan kayak alat tes kehamilan."

Barusan yang ngomong adalah Jaemin. Dan kalimatnya barusan mengundang sebuah jitakan dari Jeno.

Sambil mengusap bekas jitakan Jeno, Jaemin menerangkan, "kirain mah kita bakalan free gitu loh, Bu. Kan biar ibu nggak kecapekan banget ngajar kita," Kali ini Jaemin nyeletuk. "Ini lagi si setan pucet ngapain lo jitak kepala gue?"

Jeno mengeluarkan eye smile-nya dengan sangat manis. "Sengaja gue jitak biar otak lo yang geser itu bisa balik ke tempatnya. Jadi lo kalo mikir bisa bener lagi, gitu."

"Otak gue kagak geser, Jeno bego!"

"Oh iya, kagak geser sih. Kan elo kagak punya otak."

Jaemin mendengus. 

My Super Perfectionist Husband  [completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang