Chapter 41: Problem

1K 155 41
                                    

Don't forget ⭐ yaaa.....



"Saya nggak akan pernah bawa Rendi kesini. Karena saya nggak mau Rendi jadi ikut rusak, seperti kamu."

Lelaki itu lalu berbalik, memakai kembali kemejanya, lalu menyambar tas dan sneli yang sudah tersampir rapi. Dan tanpa sepatah kata pun, lelaki itu meninggalkan istrinya yang masih dalam kondisi shock.

Menyadari kalau suaminya benar-benar marah, Anna berusaha mengejarnya sambil memanggil.

"Mas! Maksudnya apa? Kenapa mas bilang saya rusak?!"

Dio masih lempeng dan berjalan menuju garasi. Bersiap membuka pintu mobil.

"Mas! Istrimu sedang tanya. Tolonglah dijawab!"

Masih belum ada jawaban sama sekali.

"Mas mau kemana?!" Nada suara Anna meninggi. Kesal karena tidak mendapat jawaban yang seharusnya.

"Ada operasi cito. Saya disuruh hadir." Dia menjawab begitu dengan sangat singkat.

Anna tahu betul, kalau operasi cito adalah operasi darurat. Tapi ini sudah hampir tengah malam. Tidak adakah dokter lain yang bisa menemani selain suaminya itu? Ia masih ingin berbicara dengannya perihal kata-kata jahat yang sempat keluar dari mulut suaminya tadi.

"Mas jangan pergi! Malam ini dan besok kan waktunya masih libur setelah semingguan nggak ada jeda sama sekali. Bisa nggak, dokter lain aja yang gantikan?" Anna mencoba membujuk suaminya.

"Maaf, tidak bisa."

"Ya tapi Anna juga butuh mas disini, Anna kangen, Mas!"

"Kamu pikir yang punya rumah sakit itu saya sehingga bisa seenaknya memutuskan?"

"Ya tapi kan mas baru aja sampe tadi jam tujuh, masa sekarang harus pergi lagi, sih?"

Dio seperti tidak mendengarkan istrinya, malah masuk ke dalam mobil dan menyetir keluar dari garasi, lalu dengan kecepatan yang cukup tinggi, meninggalkan istrinya yang kini terlihat marah dan hendak menangis.

Kata-kata Dio yang ketus itu membuat Anna sakit hati. Ia masih begitu bertanya-tanya, apa yang terjadi sebenarnya. Dengan penuh curiga, ia mencoba menghubungi kakaknya.

"Bang Chen, habis gini katanya ada operasi Cito? Gagal jantung apa gimana, bang? Kok mendadak banget tengah malam begini."

"Hah?! Asli gue gak paham, Dek. Maksudnya apa? Ngomongnya pelan-pelan dong," tanya Chen dari seberang sana.

"Mas Dio, barusan berangkat ke rumah sakit, katanya ada operasi cito."

"Operasi cito? Setahuku nggak ada, Dek. Papa udah balik tadi, urusan pasien gagal jantungnya udah kelar kok, dibantu sama dr. Chris tadi."

"Yaudah, nanti kalo bang Chen ketemu sama mas Dio, kabarin Anna ya bang?"

"Iya Dek. Sebenernya ada apa sih?"

"Nanti kalo waktunya udah pas, Anna kasih tau abang."

"Terus nanti abang kudu gimana, deh?"

"Ya pastikan dia ada di rumah sakit atau enggak, soalnya kan dia pamitnya di rumah sakit. Nanti abang tolong lihatin juga dia beneran ada operasi atau enggak."

"Yaudah dek. Ada lagi?"

"Enggak bang, makasih."

Akhirnya Anna menutup telepon dengan kakaknya itu. lalu beranjak menuju ke kamarnya, dengan pikiran yang berkecamuk. Ada apa gerangan dengan suaminya yang tiba-tiba marah tanpa alasan dan mengatainya dengan kalimat buruk? Bagaimana pun juga, Anna sedih dibilang seperti itu oleh suaminya. Namun di sisi lain, ia lebih khawatir dengan suaminya yang kini nggak tahu ada dimana. Benarkah ia menuju rumah sakit?

My Super Perfectionist Husband  [completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang