Keping Kedua

854 114 42
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak like/

vote ya⭐⭐ ....

Komen juga kalo kamu suka sama story ini.

Enjoy it~







"Ajariku caranya merelakan kehilangan tanpa harus membenci."





Kata pepatah hidup itu tidak hanya soal menerima, namun juga soal memberi dan melepaskan. Dalam konteks yang sederhana, pepatah itu akan memiliki banyak interpretasi. Namun dalam konteks yang lebih kompleks, didalam benakku hanya berlaku satu makna: kamu harus berkorban lebih banyak.

Manusia memang seistimewa itu karena selalu membutuhkan manusia lainnya untuk bisa terus menghadapi kerasnya laju kehidupan. Memberi dan menerima, membutuhkan dan dibutuhkan, memahami dan dipahami, semua memang sudah menjadi hukum alam yang tak dapat dibantah.

Sama halnya dengan cinta. Manusia tentu akan bahagia jika dirinya tak hanya memberikan cinta, namun juga mendapatkan timbal balik berupa cinta juga. Tak ada yang lebih indah dan membahagiakan di dunia ini selain dari perasaan kedua insan yang saling berbalas. Bukankah Tuhan memang menciptakan kita untuk saling mencintai?

Dan seperti yang sudah menjadi ketetapan-Nya, saat kita menerima, maka kita harus siap melepas sebesar yang kita terima.

Rumit?

Tidak. Karena kita selalu tahu apa yang kita terima pada hakikatnya bukanlah milik kita sendiri. Maka sesungguhnya ikhlas adalah sebuah sikap terbaik.

Mengapa terbaik?

Karena sesungguhnya, hanya sedikit saja manusia yang bisa sekeren itu menunjukkan sikap terbaiknya untuk ikhlas menerima segala yang disayangi diambil oleh-Nya. Maka dari itulah Tuhan senantiasa memberikan janji bahwa nantinya orang-orang keren tersebut akan mendapatkan ganjaran bahagia yang luar biasa.

Mari kita runtut, ada dikelompok yang manakah diri kita masing-masing? Apakah ada digolongan orang yang mau ikhlas menerima segala kehilangan dengan kebesaran hati, ataukah menjadi golongan orang-orang yang sulit melepas dan sulit menerima dengan kelapangan hati.

Sebagai asumsi dan contoh, kita tentu bahagia memiliki orang tua yang menyayangi kita dan dari mereka kita mendapatkan seluruh cinta dan kasih. Namun kau harus selalu siap jika suatu saat mereka tidak menemani kita lagi. Pertanyaannya adalah, apakah kamu benar-benar siap kehilangan mereka berdua?

Contoh kedua. Kita mungkin sekarang ini memiliki harta yang lebih dari cukup. Entah milik sendiri atau pun milik orang tua kita. Namun kita harus selalu sadar bahwa sewaktu-waktu, tidak selamanya harta itu akan menemani kita. Pertanyaannya adalah, apakah kamu sudah siap jatuh miskin dan tak bisa mendapatkan apapun yang kamu inginkan?

Kalau kalian masih belum bisa merasakan kesulitannya, mari kita menggunakan contoh yang lebih dekat dengan diri kita sendiri. Kalian semua punya mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, dan segala kelengkapan fisik lainnya yang sudah di anugerahkan Tuhan untuk kita. Pertanyaannya adalah, siapkah kalian jika seandainya Tuhan mengambil salah satunya?

Siapkah kamu jika sewaktu-waktu kalian tidak dapat melihat lagi?

Siapkah kamu jika sewaktu-waktu kakimu tak bisa lagi berdiri dan mengantarmu ke tempat tujuan?

Atau... siapkah jika sewaktu-waktu jantungmu berhenti dan tidak dapat memompa darahmu ke sekujur tubuh?

Semuanya sama hukumnya, tak ada yang beda. Sebanyak kita menerima, sebanyak itu pulalah kita harus siap melepaskannya karena pada hakikatnya semuanya milik Sang Pencipta yang Maha Perkasa.

My Super Perfectionist Husband  [completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang