Chapter 36: Strong Bond

1.1K 131 69
                                    

[Sehun Point of View]




Dingin semakin mengigit. Matahari masih malu menampakkan dirinya bahkan sampai sesore ini dan aku yakin sesaat lagi dia akan pergi meninggalkan siang tanpa jejak, mempersilahkan malam menguasai bumi. Walaupun sudah beberapa tahun tinggal di negeri empat musim seperti Inggris dan juga Jerman, aku sebenarnya masih belum terlalu terbiasa dengan musim dingin Eropa. Mungkin karena memang genku dominan Melanesoid dibandingkan Kaukasoid. Tapi entahlah, dua musim milik tanah kelahiranku rasanya lebih menyenangkan walaupun harus bersiap dengan segala bencana yang sering mengiringi kehadiran dua musim itu. Banjir dan tanah longsor di penghujan, asap tebal karena kebakaran hutan di musim kemarau.

'brrr....'

Irene, perempuan yang sedang menemaniku ini sedang kedinginan. Kulihat wajahnya memucat menahan hawa dingin.

"Rene, kesini," panggilku.

Ia yang sedang menikmati pemandangan dari balkon cafe ini akhirnya menoleh.

"Iya, sini," tegasku.

"Kenapa?" tanyanya setelah berdiri di depanku yang terduduk di depan kursi roda. "Mau ke toilet? Atau ada yang ingin kamu pesan selain Vanilla Lattenya?"

Kugelengkan kepalaku, lalu kuraih telapak tangannya dan kugenggam dua-duanya. "Sudah tahu lagi winter, kenapa nggak bawa sarung tangan, sih?"

Dia tersipu, pipinya sedikit memerah.

"Aku tadi beneran buru-buru banget, Sean. Nggak sempat ngambil sarung tangan, padahal sudah disiapin sama mom. Untung saja nggak lupa pakai syal. Kalau sampai lupa juga, bisa mati kedinginan."

"Aku masih ada sarung tangan di sakuku. Nih, pakai."

Kurogoh saku dari mantelku dan kutemukan sarung tangan yang kumaksud, lalu kuberikan kepada perempuan itu.

"Kalau aku yang pakai, kamu pakai apa, dong?"

"Kalau aku yang pakai, kamu pakai apa, dong?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tersenyum, "aku bisa pakai saku mantelku. Saku mantelku lebih besar dibandingkan kepunyaanmu. Jadi tanganku masih bisa masuk," kataku menerangkan.

Sejenak ia ragu, namun kemudian keraguannya menghilang. Dipakainya sarung tangan milikku itu, lalu di usap-usapkan kedua telapak tangannya untuk merasakan kehangatannya.

"Nanti kubalikin setelah kucuci, okay?"

"Santai saja. Oh iya, mereka datang jam berapa, Rene?"

"Sepertinya sedang dalam perjalanan. Kun sudah menyelesaikan tugasnya tiga puluh menit yang lalu."

Kuanggukkan kepalaku tanda mengerti. Dia kembali melangkah menuju ke dekat balkon untuk mengamati situasi lagi di sekitar, terutama di bawah sana. Dia sudah mengantisipasi kedatangan Anna dan dr. Dio sejak awal.

My Super Perfectionist Husband  [completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang