Special Chapter

1.2K 126 176
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak like/vote ya⭐⭐ ....

Komen juga kalo kamu suka sama story ini.

Enjoy it~




"Jingga di bahumu. Malam di depanmu. Dan bulan siaga sinari langkahmu. Teruslah berjalan. Teruslah melangkah. Kutahu kau tahu. Aku ada."

― Dee, 




"Biar aku aja yang selesaikan sisanya," terdengar suara berat yang Anna hafal betul pemiliknnya.

Perempuan dengan apron ungu tua itu kemudian berbalik dan mendapati suaminya di belakangnya, masih dengan kemeja yang sama dengan yang dipakainya di pagi hari tadi ketika pamit berangkat ke rumah sakit.

"Mas kan baru datang, masih capek. Biar Anna aja yang selesaikan ini. Mas mandi dulu sana, gih."

"Kenapa? Aku bau? Tidak suka ya?" selidik suaminya.

Anna tertawa. "Justru karena bau keringet Mas Dio adalah favorit aku, maka lebih baik Mas mandi dan berganti baju sebelum aku ngelakuin yang aneh-aneh loh."

Dio tidak menuruti kata-kata istrinya. Ia malah terlihat mencoba menantang istrinya agar kalimat yang diucapkan istrinya menjadi kenyataan.

"Ayo coba sini, Mas pengen tahu kira-kira hal aneh apa yang akan kamu lakukan kalau kamu nyium bau keringet aku?"

Lelaki itu mendekatkan tubuhnya kepada tubuh istrinya. Anna mundur hingga pinggangnya menempel di pantry, tempat dimana ia tadi mulai mengirisi bahan-bahan yang akan dimasaknya. Dio tidak berhenti hingga tubuh Anna benar-benar menempel dan terpojok. Lalu dengan gerakan yang seolah disengaja, ia membuka dua kancing kemejanya yang paling atas dengan gerakan sedikit ala-ala slow motion, sambil matanya tak lepas menatap istrinya yang menahan napas karena terlalu fokus melihat dirinya melepaskan kancing kemejanya.

Tepat disaat dua kancing sudah terbuka dengan sempurna, aroma suaminya yang sangat maskulin itu akhirnya menyapa indera penciumannya. Ia sempat oleng sejenak karena bau itu membuatnya melakukan hal yang tak terduga, yaitu mencium leher Dio sekilas. Tentu saja itulah yang diinginkan oleh Dio. Bak gayung bersambut, ia pun segera mencium bibir istrinya dengan penuh perasaan cinta. Dari ciuman itu, ia berusaha untuk menunjukkan bahwa ia teramat sangat mencintai istrinya.

Anna sempat larut dan kini berada di bawah kendali penuh suaminya.

"Mau di kamar atau disini aja?" tanyanya kepada sang istri.

Anna tidak menjawab. Sebagai jawaban, kedua tangannya yang tadi memeluk pinggang Dio malah berpindah ke dada lelaki itu. Kini jemarinya berusaha melepas kancing kemeja itu secara perlahan, satu persatu. Dio tidak tinggal diam. Ia berulang kali mencium dan menjilati telinga Anna dengan lembut, sampai-sampai napas terengahnya terdengar di telinga Anna.

Jemari Anna tiba di kancing terakhir, yakni kancing paling bawah. Tapi ia kemudian berhenti dan tidak membuka kancing terakhir itu karena ingat akan sesuatu.

"Kenapa berhenti?" tanya Dio.

"Nggak bisa, Mas. Jangan dulu."

"Kamu lagi period?"

Anna menggeleng.

"Terus kenapa? Apa mau di kamar aja?"

Anna masih menggeleng. Ia malah berbalik membelakangi suaminya dan pura-pura serius lagi memotongi sayuran. Namun Dio tidak bisa diabaikan.

My Super Perfectionist Husband  [completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang