Chapter 42: Memories About You

1.1K 162 95
                                    

Don't forget tap ⭐⭐⭐ya.....



Sampai sore harinya, sang suami yang ditunggu-tunggu kabarnya masih belum menampakkan batang hidungnya karena ia masih menenggelamkan diri ke dalam kesibukan—yang sebenarnya dia buat-buat. Laki-laki itu berusaha untuk mengubur kekesalannya terhadap istrinya dengan cara merawat pasien sebanyak mungkin, bahkan jika itu bukan pasiennya.

Dio tahu itu tidak baik. Tapi dia tentu akan tetap melakukannya karena kalau ia membiarkan emosi menguasai batinnya, dia akan menjadi-jadi. Dan ia tidak mau Anna menjadi korban lagi untuk yang kedua kalinya.

Ya, dia sadar sepenuhnya bahwa apa yang dilakukan kepada istrinya kemarin adalah hal yang sangat keras dan kesannya sangat jahat. Namun ia juga merasa hal itu harus ia lakukan mengingat istrinya sudah melakukan hal yang sangat tidak disukainya.

Setelah begadang mengurus pasien di IGD dan juga berkeliling membantu anak-anak koass yang ditemuinya, Dio akhirnya merasa kelelahan. Ia mencoba untuk tetap mengurus apa yang bisa diurusnya, namun tidak bisa. Tubuh yang sudah dipaksanya bekerja hampir tanpa tidur itu akhirnya mecapai limitnya.

Dengan rasa pegal yang menyelimuti seluruh tubuhnya, ia melangkah gontai menuju mess yang ada di ujung rumah sakit. Mess itu memang disediakan bagi dokter yang tidak sempat istirahat di rumah, atau untuk anak koass dan perawat yang memang ada jadwal jaga.

Setelah mendapatkan kunci dari penjaga mess, Dio menuju kamar yang kuncinya sudah di genggamannya. Setelah mencuci wajah kusut ala kadarnya itu, ia merebahkan diri di kasur tingkat yang sempit itu. Tepatnya di bagian yang bawah, karena dirinya merasa ribet jika harus memilih yang atas.

Pikirannya masih tertinggal. Seharusnya ia kini sudah di rumah, menemani istrinya makan malam. Bukan tergeletak tepar karena sejak 36 jam terakhir ini dia hanya bisa tertidur selama satu jam saja.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Emang apa salahnya Anna ngambil les musik sama Chanyeol? Peringkat Anna nggak bakalan turun, Pa!"

"Kamu jangan kasih contoh buruk ke Haechan! Papa nggak mau Haechan juga jadi suka musik seperti kamu dan Cendikia!"

"Itu terserah haechan mau gimana, Pa! Papa nggak ada hak buat melarang kita menekuni apa yang kita sukai! Anna akan tetap memperjuangkan mimpi Anna, sekalipun papa, bahkan seluruh dunia menghalangi Anna dan membenci Anna, Anna akan tetap maju untuk mencapainya."

"Jangan buat papa menyesal membesarkan kamu, Anna!"

"Silakan kalau menyesal, tapi Anna nggak akan pernah menyesali keputusan Anna. Cinta itu bukan paksaan, Pa. Semakin papa memaksa, semakin Anna akan membenci apa yang papa paksakan. Anna pergi belajar musik dulu, Pa. Ayo Chan!"

"Anna! Berhenti!"

Tapi anak gadis itu tidak mempedulikan papanya yang memanggil seperti kesetanan.

"You should back, An. Don't make papa angry, just back," Chanyeol berusaha meyakinkan temannya agar menuruti kata-katanya. Sejujurnya, papa Yunho begitu menakutkan. Tapi gadis itu sama sekali tidak goyah. Tubuh kecilnya masih mantap berjalan menuju depan rumahnya.

"Kalau kamu tidak mau mendengar papa, jangan pernah pulang lagi ke rumah ini!"

Gadis itu berhenti melangkah, diikuti teman laki-laki tingginya. "Ya udah, Anna tidur di rumah Chanyeol aja, ngapain pusing-pusing balik ke rumah, yang ada Anna bakalan makin stres denger papa marah-marah melulu."

My Super Perfectionist Husband  [completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang