Chapter 48: Stalker

1K 141 106
                                    

[Author POV]




Baru lima menit tertidur, Anna sudah mendengar suara gemerasak di ruangannya. Dia mencoba membuka matanya lalu menebarkan pandangan dengan awas ke seluruh ruangan perawatannya di rumah sakit itu. Perasaan di awasi masih membayangi pikirannya. Hal itu membuatnya tidur dengan pikiran tidak nyaman sehingga harus tertidur dalam waktu pendek dan terbangun kembali berkali-kali.

Jam di dinding menunjukkan pukul sepuluh malam lewat enam belas. Mama, Haechan serta bang Chen sudah pulang ke rumahnya sejak pukul delapan malam lewat dua puluh. Mereka berhasil membawa Haechan yang sebelum pulang sudah menunjukkan drama karena dia seolah tidak ingin meninggalkan Anna. Padahal dia begitu karena kalau pulang, dia tidak ingin menghadapi mamanya yang tentu akan menagihnya untuk menguras kolam ikan di taman belakang rumahnya di keesokan harinya.

Masa ya, dia tuh udah pamitan sama Anna dan Dio, udah nyium kening Anna dan salim sama Dio juga, udah ngomong sana ngomong sini biar Anna cepetan sembuh dan lain-lain, tapinya dia masih nyangkut deket ranjang Anna. Pas di panggil Chen kagak mau keluar-keluar, terus pas dijemput dalem kamar dia malah ngedeprok di samping ranjang. Iya lesehan begitu, terus pasang tampang melas sambil tangannya tuh megangin kaki ranjang. Pas di tarik sama Chen, dia malah mengeratkan pelukannya ke kaki ranjang. Terus dia juga natep Dio dengan tampang bak anak kucing kelaperan sambil bilang, 'Bang Dio... Haechan tuh nggak mau dipulangin sama mereka.'

Astaga... Udah persisan kayak anak bocah diajak pulang main sama emaknya tapi nggak mau.

Terima aja sih, Chan... udah nasib, nggak bakalan bisa menghindar.

Setelah tiga puluh menit kepulangan Haechan yang penuh drama, Dio masih menemani istrinya itu. Dia bahkan mengupaskan buah apel dan pear, lalu menyuapkannya juga kepada istrinya. Beberapa kali Anna butuh apapun juga dia siaga mengambilkannya. Ah, bapak satu itu memang betul-betul suami siaga. Anna merasakan kebahagiaan bak ratu, dilayani oleh suami tercinta. Hanya saja setelah itu, ada keramaian di UGD karena kedatangan banyak pasien korban kecelakaan beruntun. Hal itu membuat Dio mau tidak mau harus turun tangan membantu para korban, mengingat dokter yang stand by di malam hari begini tidak sebanyak siang hari. Walaupun shift-nya sudah berakhir, ia tidak mungkin membiarkan para korban itu menunggu untuk ditangani karena jumlah antara korban dengan tenaga medis yang menangani tidak seimbang.

Dan disinilah Anna. Terdiam sendirian, tanpa ada siapapun yang menemaninya, dan dengan perasaan seperti di awasi.

Perlahan, ia mengambil ponselnya yang tergeletak di nakas lalu membuka aplikasi youtube dan menonton beberapa live perform-nya EXO. Dia juga mencoba mengalihkan fokusnya dengan melihat konten kuliner dan dapur. Sesibuk apapun ia mengalihkan pikiran negatifnya, tetap saja isi pikirannya adalah yang tidak-tidak.

Srek!

Reflek, Anna tentu menatap ke arah sumber suara barusan.

Ada mata!

Anna melihat ada sepasang mata dengan warna merah menyala yang seolah menatapnya dari ujung ruangan.

Asem! Lo jangan dateng sekarang, kek! Gue nggak lagi mau ketakutan gara-gara lo!

Iya, itu tadi Anna yang sedang berbicara dengan sedikit suara berbisik. Dia sedikit memaki, karena dia nggak sadar kalo kondisinya sedang hamil –mungkin. Kalo dia tahu dia hamil, pastinya dia bakalan lebih halus ngomongnya.

Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka dan menampakkan Dio—Masih dengan snelinya—dan dengan wajah yang sedikit lelah.

"Malam, Sayang... Maaf ya, kamu jadi saya anggurin."

My Super Perfectionist Husband  [completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang