Chapter 21: Oasis

1.3K 137 17
                                    

Jangan lupa vote+comment ya.... 

Vomment kalian bikin gue makin semangat ngegarap work ini







[Still Azkadio's Point of View]




Sedari tadi gue lihat semua dokter di sini sudah mulai sibuk dengan beberapa pasien yang bahkan sejak pagi sudah mendatangi rumah sakit ini untuk berobat. Banyak sekali pasien yang mengalami sakit akibat perpindahan cuaca yang cukup ekstrim seperti sekarang ini.

Gue menunggu si anak magang itu untuk mengambilkan beberapa perban yang diperlukan. Dan... melihat Anna malu dan salting luar biasa membuat gue nggak bisa menahan senyum. Gue terpikirkan untuk sengaja melakukan pengujian, bagaimana reaksinya kalau ada perempuan lain yang mencoba menyentuh gue kayak gimana. Apalagi si Nayla ini gue sempet dengar-dengar kalau dia memang sedikit penasaran sama gue.

Saat Nayla memeriksa tangan gue, ternyata benar, dia penasaran dan bahkan menyentuh gue dalam waktu yang lama. Gue pura-pura cuek dengan itu, namun sambil melihat dan memastikan kepada ekspresi Anna. Kira-kira akan seperti apa responnya saat melihat Nayla ini memegang dan mengelus tangan gue.

"Nggak disangka, kulit dr. Dio ternyata lembut juga, walaupun urat di tangannya banyak menojol," Nayla mengomentari tangan gue.

Bagus! Kebodohan cewek ini bakalan bantu gue buat tes respon Anna.

"Excuse me?" sela Anna dengan nada suara yang agak meninggi. "Bisa nggak, mbaknya ini fokus aja menangani luka suami saya?"

"Ah, maaf," kata Nayla singkat.

Gue mengulum senyum. Entah kenapa, menyenangkan sekali melihat responnya yang sedikit marah begitu tahu kalau Nayla menyentuh gue dengan maksud mengagumi. Gue tahu, dia mungkin udah nggak terlalu mau ikut campur lagi gue suka sama siapa atau gimana. Tapi, kepedulian dia dalam mengurusi gue sejak semalam, kekesalan dia dengan ulah si Nayla, dan wajah betenya yang sekarang membuat gue jadi... sedikit bisa punya harapan?

Bolehkah gue memiliki harapan kalau suatu saat nanti dia menerima gue lagi?

Ataukah harapan itu terlalu tinggi buat gue, mengingat dosa besar yang sudah pernah gue lakukan dulu terhadap Anna? Tapi gue benar-benar berharap suatu saat memiliki kesempatan untuk memperbaiki seluruh kesalahan yang pernah gue lakukan. Bahkan gue berharap bisa menggantikan posisi Sehun di hatinya.

Karena bagaimanapun juga, sejak awal Anna-lah yang masih menempati posisi istimewa di hati gue. Pacar pertama gue, dan cewek pertama yang pernah mengisi hari-hari gue. Sejak masalah itu berlalu, belum ada satu pun perempuan lain yang bisa menggantikan posisinya.

Kenapa?!

Kalian semua mau bilang gue nggak tahu diri?!

Memangnya gue mau ngikutin kalian semuanya? Even if lo semua pada ngelarang gue sama Anna, benci sama gue karena mengambil Anna dari Sehun, gue masih akan mencoba memperjuangkan dia. Sebodo amat lo semua nggak ngedukung gue, gue akan tetap berjuang buat dia.

Tapi...

Sepertinya kalian benar. Gue udah bukan laki-laki yang sama seperti dulu dalam pandangan Anna. Gue nggak akan semudah itu masuk ke dalam hatinya lagi karena gue sudah meninggalkan sayatan luka di sana. Gue sebagai dokter tentu tahu, menyembuhkan luka fisik seseorang memang mudah, tapi luka batin? Tentu tidak akan segampang itu, karena dia akan selalu membekas.

My Super Perfectionist Husband  [completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang