Bab 3

3.8K 141 3
                                    

Pagi pun tiba, sinar matahari yang mulai menampakkan sinarnya itu hampir membangunkan seseorang yang masih merengkuh sambil menutupi wajahnya dengan selimutnya, orang itu adalah Salsa.

tok.tok.tok

Terdengar suara ketukan pintu dari luar. Dan munculah seorang wanita paruhbaya dengan celemek yang membalut ditubuhnya orang itu adalah Bi Jinah--pembantu di rumah Salsa. Bi Jinah pun menggelengkan kepalanya melihat anak majikannya yang masih saja tidur dengan nyenyaknya.
"Non Salsa bangun non, udah pagi nanti telat lo!" kata bi Jinah sembari mengguncang pelan tubuh Salsa.

"Iya bi, bentar 5 menit lagi" ujar Salsa yang masih menutup matanya.
"Udah hampir siang lo non. Nanti telat."

"Iya bi" akhirnya Salsa menyerah  dan mendudukan diri sambil mengumpulkan seluruh nyawanya lalu segera bergegas pergi ke kamar mandi.

Tak lama kemudian.

"Bi Salsa berangkat dulu ya. Assalamualaikum" ucap Salsa sambil menyalimi tangan bi Jinah. Salsa memang sudah terbiasa melakukan itu karna ia menganggap Bi Jinah sebagai ibu keduanya setelah almarhum mamanya.

Ketika Salsa ingin keluar dari rumahnya. Dia nampak sangat terkejut karna kedatangan seseorang secara tiba tiba dihadapannya.

"Nathan??" ucap Salsa bingung. Ternyata seseorang itu adalah Nathan. Nathan menatap Salsa yang kebingungan itu dengan wajah datarnya.

"Udah kan? sekarang yuk berangkat" ucap Nathan sambil menggandeng tangan milik Salsa.

Ketika Nathan ingin memberikan helm pada Salsa. Ia mengernyitkan dahinya melihat ekspresi salsa yang sepertinya sedang kebingungan itu. Nathan hanya memutar bola matanya malas.

"Gue dipaksa mama gue buat jemput lo. Kalo mama gak maksa, gue juga gak bakalan mau" ucap Nathan yang seakan mengerti dengan ekspresi wajah Salsa.

"Oh jadi lo kesini kepaksa?" ucap Salsa sambil berkacak pinggang dan menatap tajam Nathan.

"Gak usah banyak nanya. Mending sekarang kita kesekolah daripada telat gara gara berantem sama lo." Ujar Nathan. Ketika Salsa ingin membalas perkataan Nathan. Tiba tiba dari arah belakang muncul suara seseorang yang menginterupsi mereka.

"SALSA" panggilan itu membuat kedua orang yang sedaritadi adu mulut pun menengok kebelakang.

"Lo udah siap kan? yuk berangkat" orang itu adalah Vibra yang juga ingin menjemput Salsa.

Salsa melirik Nathan sekilas dan beralih menatap Vibra sambil tersenyum.
"Oh iya udah yuk!" ucap Salsa. Disaat Nathan ingin mengucapkan sesuatu Salsa segera memotongnya.

"Gue berangkat sama Vibra, Nat."

Nathan pun hanya bisa menghela napasnya sebal dan menatap Vibra yang juga menatapnya. Salsa pun segera naik ke motor Vibra.

"Duluan Nat" ucap Vibra sambil tersenyum miring dari balik helmnya. Nathan pun yang tahu senyum kemenangan dari Vibra hanya bisa mendengus kesal. Entah kenapa Nathan sangat tidak suka karna Salsa lebih memilih Vibra daripada dirinya.

Ia pun mengacak rambutnya kasar. Tanpa pikir panjang Nathan pun segera menyalakan motornya dan pergi  dari rumah besar milik Salsa.

Akhirnya Nathan pun tiba disekolah. Ia segera memarkirkan motornya dan segera menuju kekelas. Ada rasa kesal yang mengganjal dihati Nathan karna Salsa lebih memilih berangkat bersama Vibra daripada dengannya yang sedaritadi menunggunya.

Diperjalanan menuju kekelas. Banyak sekali para siswi yang menyapanya, bukan hanya adik kelasnya. Bahkan, kakak kelasnya dan seangkatannya juga ikut menyapa dirinya. Namun, Nathan tidak menanggapi sapaan mereka. Dan hanya memasang wajah datarnya.

Setibanya ia dikelas ia langsung menaruh tasnya tanpa menghiraukan Salsa dan temannya yang nampak asik mengobrol itu. Lalu ia segera bergegas pergi keluar dari kelasnya tanpa melirik kearah Salsa sama sekali dan membuat Salsa heran dengan nathan. "Nath?" panggil Salsa.

"Hmm" dehem Nathan tanpa menoleh kearah Salsa.
"Gapapa kok cuma manggil" ucap Salsa.

"Oh buang buang waktu aja" ujar Nathan dingin dan segera meninggalkan Salsa yang menatap punggung Nathan dengan berbagai pertanyaan yang muncul dibenaknya. Apakah mungkin nathan marah padanya karna tadi?

                               ****

"Kenapa lo?" tanya Kevin yang melihat temannya itu tiba tiba duduk dengan wajah yang berbeda.
"Gapapa" jawab Nathan.

"Dibalik kata gapapa pasti ada sesuatu. Lo punya masalah ya Nat? kalo punya mendingan lo cerita deh" ujar Andi.

"Gue dijodohin sama ortu" jawab Nathan pelan.

"APA??" ucap mereka kompak dengan ekspresi yang tidak biasa, mata yang melebar, dan juga mulutnya yang menganga membuat Nathan pun berdecak sebal dengan reaksi kedua temannya itu,

"Ck biasa juga kali. Lebay banget."

"Siapa orang yang mau dijodohin sama lo?" tanya Andi tanpa menghiraukan dumelan Nathan.

"Salsa" jawab Nathan

"HAH??" ucap mereka bersamaan lagi dan itu membuat Nathan mendengus sebal dan mengusap wajahnya kasar.

                                ****

Disisi lain pun Salsa juga memberitahu pasal perjodohan yang papanya buat dengan kedua sahabatnya tapi, ia tidak memberitahu mereka dengan siapa ia akan dijodohkan.

"Lo beneran mau dijodohin Sa?" tanya Cindy memastikan. Salsa pun hanya menghela nafas dan mengangguk.

"Sebenarnya gue gak mau tapi mau gimana lagi. Udah terlanjur juga. Gue kesel banget sumpah."

Love Choice (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang