Bab 30

2.1K 59 0
                                    

Suasana kelas pagi ini terasa sama seperti biasanya, tetapi tidak dengan suasana hati salsa. Ia justru seperti patung selama pelajaran berlangsung bahkan kedua sahabatnya pun yang menanyai keadaan salsa hanya dibalas bahasa tubuh salsa seperti mengangguk dan menggeleng.

Sejak kemarin malam setelah sepulang dari pasar malam ia memang hanya berdiam diri dikamarnya. Ia belum bisa merelakan Nathan pergi jauh darinya. Bahkan kemarin ia merutuki ucapannya sendiri. Bagaimana bisa ia bilang 'iya' tapi hatinya berkata 'tidak'.

bahkan ia masih ingat filosofi dari karin bahwa 'mulut bisa saja berbohong tapi tidak dengan hati, mungkin hati lebih jujur daripada mulut sendiri.'

Hari ini dan dua hari seterusnya mungkin nathan tidak akan masuk kesekolah dikarenakan ia dan orangtuanya sangat sibuk mengurusi kepindahannya nanti. Jujur, salsa merasa kesepian tanpa ada nathan disini. Ia rindu dengan kata konyolnya yang membuatnya tertawa, sikap cueknya,dan juga wajahnya yang selalu datar.

Andai saja waktu bisa diputar, salsa lebih memilih tidak saling mengenal dengan nathan daripada ia harus mengenalnya dan juga berpisah dengannya. Bisa dibilang ia egois karna ia ingin nathan tetap disini. Tapi, bagaimana lagi. Toh dengan berjalannya waktu ia bisa melewati semua keadaan ini. Lagipula ia juga masih punya kedua sahabatnya yang bisa ia ajak bercanda ria.

bahkan sedaritadi ia juga tidak melihat kedua sahabat nathan sama sekali, apa mungkin mereka juga merasakan hal yang sama sepertinya? pikirnya.

Kini Cindy dan Karin pun memandang Salsa dengan pandangan kekhawatiran. Mereka sebenarnya juga sudah tau masalah ini dari Andi dan Kevin. Untuk itu mereka berinisiatif untuk menghibur salsa disaat saat hari itu terjadi. tapi, bagaimana lagi. Mereka sudah mencoba untuk mengajak bicara salsa sedaritadi dan ia hanya meresponnya dengan bahasa tubuh.

Cindy pun memandang karin dengan maksud 'bagaimana ini?'. Karin pun juga membalasnya dengan mengendikan kedua bahunya.

Akhirnya bel yang ditunggu semua murid pun tiba. kelas yang sedaritadi ramai pun menjadi sepi karna ditinggal oleh para penghuninya. tapi, tidak dengan ketiga gadis itu. Mereka tetap berdiam diri dikelas walaupun sebenarnya karin dan cindy sangatlah lapar. ereka tidak mungkin setega itu dengan sahabatnya. Mereka tidak mungkin meninggalkan salsa yang terpuruk demi mencari makanan dikantin.

Tiba tiba suara bangku seseorang berbunyi menandakan bahwa orang itu pergi meninggalkan bangkunya. Lalu orang itu pun menghampiri cindy dan karin.

"Cin, Rin. yuk ngantin!!" ajak Salsa sambil tersenyum manis. sontak Cindy dan Karin pun terkejut karna tiba tiba Salsa yang sedaritadi memasang wajah datarnya kini beralih menjadi senyuman yang manis. Karin dan Cindy pun memandang satu sama lain sekilas dan menghadap Salsa dengan anggukan kecil. Kini mereka bertiga berjalan menuju kekantin sebelum jam istirahat mereka habis.

               -------------------------

"Sa, lo mau mesen apa biar gue pesenin" tanya Karin ragu ragu. Salsa pun mendongak menghadap wajah Karin dan berdiri mensejajarkan badannya dengan Karin.

"Biar gue aja yang mesen. Lo sama Cindy disini aja. Bentar ya?" ucap Salsa dan segera berlalu pergi dari hadapan mereka.

Karin pun melongo dengan sikap Salsa begitu juga dengan Cindy. mereka pun bingung dengan sikap Salsa yang berubah ubah. Tadi, masang wajah datar, cuek dan sekarang ia tersenyum manis dan memesankan makanan untuk mereka bertiga. Mereka berharap salsa bisa kembali seperti sekarang ini.

3 menit berlalu kini datanglah seorang gadis dengan membawa nampan yang berisikan 3 mangkuk bakso dan disusul dengan bapak penjual yang membawa 3 jus mangga.

"Makanannya datang" seru Salsa sambil menurunkan mangkuk itu dari nampan.

"Makasih ya pak udah bantuin bawa" ucap salsa.

"Iya neng" jawab bapak itu dan segera berlalu pergi dari hadapan mereka.

Akhirnya perut kosong mereka segera terisi dengan makanan yang dibawa oleh salsa tadi.

          -----------------------------------

"Kalian kenapa sih ngeliatin gue terus?" tanya salsa disela sela makannya. Ia merasa tidak nyaman karna sedaritadi Cindy dan Karin melihatnya dengan tatapan yang seakan ingin mengintimidasinya.

"Lo kenapa?" tanya Cindy serius. Salsa yang sedang ingin menyuapkan baksonya terpaksa ia hentikan dan menatap balik Cindy.

"Gue gak kenapa napa kok" jawab Salsa enteng dan melanjutkan makannya.

"Jangan sok baik baik aja Sa. lo emang gak cocok jadi pembohong" ujar karin. Salsa pun mencoba menelan salivanya yang terasa berat. Ia kini merasa jadi tersangka yang ditanyai tentang kejahatannya.

"Lo bisa nyembunyiin perasaan lo dari semua orang, tapi tidak dengan kita. I can feel what do you feel sa. So, jangan pernah tutupi perasaan lo dari kami" timpal karin. Salsa menatap Karin dan Cindy bergantian. Ia menghela nafasnya berat.

"Ya kalian bener. Gue emang bukan Drama Queen yang bisa melakukan drama dan kebohongan. Kalian juga bener gue juga gak bisa nutupi perasaan gue sama lo berdua. Tapi, gue melakukan ini semua cuma ingin melupakan masalah gue dan mencoba untuk bersikap baik baik saja. Tapi, sekarang kalian udah tau semuanya kan?" jelas Salsa dengan mata berkaca kaca.

Cindy dan Karin pun merasa bersalah dengan apa yang mereka lakukan. Bukannya mereka ingin melihat salsa kembali terpuruk. Tapi, mereka hanya tidak ingin Salsa menutupi semua kesedihannya dari mereka. Mereka pun berpindah tempat disamping Salsa dan mencoba menenangkannya.

"Gue minta maaf Sa. Gue gak bermaksud bikin lo sedih kayak gini. Gue cuma mau lo berbagi keluh kesah lo sama kita. Gue gamau lo hadapin sendiri masalah lo" ucap Cindy. 

Air mata yang sedaritadi Salsa tahanpun akhirnya lolos dari mata indahnya. Ia pun juga mengerti dengan maksud kedua sahabatnya itu. Akhirnya air matanya pun keluar begitu deras. Mereka benar, ia tidak sanggup menghadapi masalah ini sendiri. Tetapi, disisi lain ia juga tidak ingin menyusahkan orang lain.

Akhirnya tangisannya pun pecah dipelukkan cindy. Cindy pun juga membalas pelukan Salsa sambil mengelus rambutnya. Begitu juga karin, ia juga ikut merasakan kesedihan yang dirasakan oleh sahabatnya itu.

"Maafin gue yang gamau ngasih tau perasaan gue. Tapi, gue gak sanggup buat bicara ini sama kalian. Gue terlalu lemah, hati gue terlalu rapuh. Gue gak pernah seperti ini sebelumnya. Tapi, ketika dia datang dan merubah segalanya. Gue gak bisa cin. hiks hiks" ucap Salsa yang masih memeluk sahabatnya itu.

"Lo gak salah Sa. Lo gak mungkin selemah itu, yang gue tau lo itu perempuan kuat. Jadi, lo harus hadapin keadaan ini sa. Lo pasti bisa, kita berdua juga ada sama lo. Gue siap jadi tempat nyurahin semua isi hati lo." ucap cindy.

Salsa pun melepas pelukannya dan menatap kedua sahabatnya dengan tatapan bangga. Salsa beruntung mempunyai kedua sahabat yang sudah ia anggap seperti saudaranya sendiri. mungkin tanpa kehadiran mereka, hidup Salsa sangatlah tak berarti.

"Entah kenapa gue gabisa liat Nathan pergi. Gue ingin Nathan masih tetap disini. Tapi gue gabisa nglakuin apa apa. Hidup gue terasa hampa tanpa Nathan" ucap Salsa jujur.

"Bagaimanapun keadaanya, sesulit apapun kondisinya. Lo harus tetap tabah dan jangan egois. bagaimanapun orang lain juga punya kehidupannya masing masing. mereka juga masih punya perjalanan yang panjang, termasuk juga Nathan. Lo harus bisa relain nathan walaupun lo sulit buat nglepasinnya. Lo juga harus bisa berfikir dengan positif. Nathan disana karna ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Dan berdoalah yang terbaik untukknya" tutur Karin. Salsa pun juga mencoba meresapi kebenaran dari perkataan Karin.

Karin memang benar. Nathan disana karna ingin melanjutkan pendidikannya dan ia tidak berhak melarang itu. Toh, ia juga ingin hal terbaik untuk Nathan.

"Makasih kalian udah buat gue sadar akan sesuatu. Gue bangga punya sahabat kayak kalian" ucap Salsa sambil tersenyum.

"Ciie udah baikan lagi ya sekarang. Gue juga bahagia kok punya sahabat kayak kalian. Sini sini ayo pelukan dulu" ucap Cindy. Akhirnya mereka bertiga pun berpelukan seperti teletubies.

Salsa hanya ingin berdoa dan berharap kepada tuhan agar hidupnya kelak akan bahagia. Mungkin kali ini ia bisa bersabar dengan semua ujian dari tuhan.

Love Choice (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang