Bab 18

2K 67 0
                                    

Pusing, itulah yang dirasakan salsa sekarang. Ia mencoba untuk membuka matanya dan menyesuaikan cahaya yang masuk. Dan yang pertama kali ia lihat adalah kamarnya sendiri. Ia tidak ingat sama sekali, yang terakhir kali ia ingat adalah nathan yang sedang memeluknya.

Salsa yang mengingat itu hanya tersenyum tipis. Ia bersyukur nathan menolongnya waktu itu, jika tidak. Ia tak tau apa yang akan terjadi padanya.

Suara pintu kamar salsa pun terbuka. Dan ia mendapati seseorang yang membawa nampan berisi makanan dan obat.

"Lo udah bangun?" Tanya nathan. Dan dibalas anggukan kecil salsa.
"Nih,gue bawain makanan sama obat." Ucap nathan sambil menaruh nampan itu ke meja. Ketika nathan ingin beranjak dari kasur salsa. Salsa mencekal tangan nathan. Nathan pun segera menoleh.

"Ada apa? Lo butuh sesuatu?" Tanya nathan bingung. Salsa hanya menggeleng dan matanya memandang lurus kedepan dengan pandangan kosong. Nathan pun akhirnya khawatir dengan keadaan salsa segera kembali duduk di sebelah salsa.

"Lo kenapa? Hm" tanya nathan.
"Nat, gue takut. Gi-gimana kalo di-dia bawa gue lagi?" Ucap salsa sambil menangis. Nathan pun segera membawa salsa ke pelukannya dan menenangkan gadis itu.

"Lo gak usah takut. Gue disini kok." Jawab nathan tersenyum tulus. Salsa pun merasa hatinya menghangat dengan ucapan nathan. Ia juga nyaman berada di pelukannya. Entah mengapa,ia merasa masalahnya hilang begitu saja, ketika nathan memeluknya.

"Nat, lo gak sekolah?" Tanya salsa sambil mengusap hidungnya yang merah. Justru, itu malah membuat nathan gemas dengannya. Nathan pun akhirnya terkekeh. "Gue izin kok. Lo juga udah gue ijinin".

"Mendingan lo tidur gih. Biar cepet sembuh" suruh nathan pada salsa.
"Iya. Nat, ma-makasih ya!" Ucap salsa sambil tersenyum. Nathan hanya mengangguki dan segera pergi dari kamar salsa.

Nathan segera memasuki kamarnya dan mengacak rambutnya.
"Siapa yang berani nglakuin ini ke salsa?"
"Sampai gue tau siapa dalangnya. Gue gak akan biarin orang itu bebas" geram nathan.

                ---------------------------
"Lo yakin mau sekolah sa?" Tanya nathan khawatir. Karna salsa tetaplah salsa. Ia sangat keras kepala. Salsa mengangguk.

"Iya. Lagipula gue juga gapapa. Gue bosen dirumah."
"Terserah deh. Tapi kalo ada apa apa bilang gue" suruh nathan.
Cowok itu langsung pergi dari kamar salsa dan melangkah menuju ruang keluarga sambil menunggu salsa. Ia membuka handphonenya dan terdapat pesan tidak jelas dari sahabatnya. Ia pun terkekeh dan menggeleng kecil.

"Yuk, nat!" Ajak salsa dan diikuti nathan dibelakangnya.

                --------------------------
Sesampainya di sekolah. Salsa mendahului nathan yang masih berada di parkiran. Ia berjalan menuju ke kelasnya. Seperti biasanya, berbagai sapaan selalu ada untuk salsa.
Ketika ia hendak memasuki kelasnya. Seseorang dari belakang sedang memanggil namanya.
"Eh vib, kenapa?" Tanya salsa. Orang yang memanggilnya itu adalah sahabatnya. Yaitu vibra.

"Sa, lo kemaren gapapa kan? Ada yang luka gak?" Cerocos vibra. Salsa terkekeh. "Seperti yang lo liat. Gue gapapa kok. Nathan yang nolongin gue kemaren. Justru, yang nanya itu gue. Lo juga gapapa kan?" Tanya salsa.

"Syukur deh lo gapapa. Gue baik baik aja kok" jawab vibra. Salsa nampak bingung. Pasalnya, ia kemaren tidak melihat vibra. Ia mengira bahwa orang berbadan besar itu membawanya.

"Lo yakin vib? Bukannya lo kemaren dibawa sama orang itu ya?" Tanya salsa bingung. Tampak pada wajah vibra seperti panik. Tetapi,ia tetap memasang wajah seperti tidak terjadi apa apa.
"Oh iya sa, gue lupa ngerjakin tugas. Gue duluan ya!" Ucap vibra mengalihkan pembicaraan dan segera pergi dari kelas salsa. Salsa mengernyitkan dahinya. Ia bingung dengan tingkah laku vibra hari ini.

Ia pun menggelengkan kepalanya dan segera memasuki kelasnya.
Tanpa mereka sadari. Nathan sedari tadi menguping pembicaraan salsa dan vibra
Aneh. Batin nathan.

              -------------------------------
Bel istirahat sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Nathan dan kedua sahabatnya segera menuju ke kantin untuk mengisi perutnya.

"Nat,lo pesen apa biar gue yang antri" tanya andi

"Samain aja".

"Eh ndi, gue juga sama ya. Bakso 1 sama jus jeruk 1" ucap kevin sambil menyengir tidak jelas.
"Apaan lo. Gue kan gak nanya. Pesen aja sendiri." Ucap andi.

"Ah ayolah ndi. Lo kan the best. Pesenin ya?" Ucap kevin sambil memasang puppy eyesnya. Justru, membuat andi jijik padanya.

Pletak.. andi menjitak dahi kevin.
"Jijik gue. Iya iya gue pesenin" ucap andi dan segera pergi memesan makanannya.

Dikelas salsa dan kedua temannya sedang bercanda ria tentang kpop,shopping,kucing tetangganya yang mati,dsb. Mereka tidak kekantin karna mereka sudah kenyang. Dan lebih memilih berdiam dikelas.
"Gue mau nanya nih" ucap cindy.
"Kalo nanya nanya aja. Biasanya aja langsung blak blak an tuh mulut" ucap karin dan dibalas tawaan salsa.

"Ngomong ngomong nih. Gue cocok gak sama manu rios?" Tanya cindy sambil mengedipkan kedua matanya.

"Sejak kapan?" Tanya salsa. Cindy pun pura pura berpikir sambil mengetuk dagunya.
"Sejak ladang gandum ditumpahin coklat lembut dan jadilah coco crunch" jawab cindy asal. Membuat karin dan salsa melongo.

"Kenapa ada yang salah ya?" Tanya cindy polos.

Love Choice (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang