Salsa memegang tangan nathan dan tersenyum tipis.
"Lo gak salah nat. Jangan salahin diri lo. Disini.kita yang sama sama.salah. kita juga sama sama bodoh. Tapi kita udah akuin itu" ucap salsa yang wajahnya masih dibanjiri airmata yang terus mengalir.
Nathan mengusap airmata salsa lembut. Dan membawa wajah salsa mendekat kewajahnya. Kini wajah mereka sudah saling menempel. Bahkan hembusan nafas mereka sangat terasa.
"Sekali lagi maafin gue sa. Gue gatau perasaan lo. Sa apa lo sanggup dengan keputusan gue. Gue mau batalin itu tapi udah gakbisa diubah lagi sa. Maafin gue kalo keputusan gue buat lo.sakit hati" ucap nathan yang masih menempelkan dahinya dengan salsa.
"Gue nerima keputusan yang lo.ambil nat. Gue juga gak boleh egois. Lagipula ini salah kita berdua. Tapi gue masih belum sanggup ngeliat kepergian lo nanti" ucap salsa. Nathan pun mengangguk dan mencium kening salsa lama.
"Gue kira lo kayak cewek lainnya yang gak ngebolehin cowoknya pergi. Tapi lo beda sa. Gue beruntung udah jatuh cinta sama lo. Gue cuma butuh lo percaya sama gue sa. Hati gue tetap sama lo. Gue cuma cinta sama lo. Walaupun jarak yang akan memisahkan kita. Kita harus saling percaya satu sama lain. Lo mau kan percaya sama gue sa?" Tanya nathan meyakinkan. Salsa pun.memandangi wajah nathan yang terlihay tulus padanya.
"Gue percaya sama lo nat. Gue yakin suatu hari nanti gue akan ketemu lo lagi. Doakan saja agar kita ditakdirkan bersama".ucap salsa dan diangguki.oleh nathan.
Nathan segera membawa salsa kepelukannya lagi. Kali.ini ia hanya ingin menghabiskan waktunya berdua dengan salsa sebelum jarak memisahkan mereka.
"Sa!" Panggil nathan yang masih memeluk salsa. Salsa pun menatap keatas dan berdehem.
"Nanti lo ada acara gak?".Tanya nathan yang ikut memandang wajah salsa yang begitu dekat dengannya. Salsa pun menggeleng sambil tersenyum tipis.
"Jam 7 nanti dandan yang cantik ya. Gue mau ajak lo.kesuatu tempat." Ucap nathan. Salsa pun sempat mengerutkan dahinya.
"Kemana? Lo mau bikin kenangan bahagia sebelum ninggalin kesedihan gitu?" Canda salsa. Nathan pun terkekeh dan melepaskan pelukannya beralih memegang kedua pundak salsa.
"Bukan gitu sa. Gue cuma mau ngabisin waktu berdua sebelum besok gue gak ada disini." Kata nathan.
"Sama ajalah. Ogeb bener sih" kesal salsa mengerucutkan bibirnya dan justru membuat nathan gemas dan menarik mulut salsa.
"Lucu banget sih. Jangan buat wajah gemesin. Nanti gue malah buat gue kangen" canda nathan. Pipi salsa pun terasa memanas dan menimbulkan rona merah. Ia mengalihkan pandangannya kedepan.
"Yaiyalah gue kan emang ngangenin. Biarin gue gini supaya lo gak jadi pergi"
Nathan justru semakin gemas dan menarik pipi chubby salsa.
"Ciee pipinya merah. Jadi pengen halalin deh. Nanti ya. Tungguin abang pulang nanti abang halalin deh" canda nathan diiringi tawaanya karna ia sudah berhasil membuat pipi salsa semakin memerah.
Salsa semakin kesal dan memukuli lengan nathan.
"Apaan sih lo. Gak jelas banget. Receh tau nggak" kesal salsa."Gapapa receh yang penting pipi lo merah" ucap nathan yang mengencangkan tawanya. Salsa pun mendengis kesal dan meninggalkan nathan yang masih menertawainya itu.
"Lho kok gue ditinggal. Tungguin dong" ucap nathan konyol dan menyusul salsa yang mendahuluinya.
Salsa mempercepat langkahnya sebelum nathan menyusulnya. Tapi terlambat nathan tiba tiba memeluknya dari belakang dan membuat salsa semakin malu dengan perlakuan nathan.
"Nat lepasin malu tau nggak. Nanti.kalo.diliatin gimana?" Risih salsa sambil memberontak melepaskan pelukan nathan.
"Gak ada yang liat kok. Lagipula ini kan udah sepi. Gue juga bisa lebih dari ini" bisik nathan yang terkesan menyeramkan bagi salsa.
"Jangan macam macam. Gue panggilin pak satpam biar diusir" ancam salsa.
"Nggak kok bercanda yaudah yuk pulang keburu hujan nanti" ucao nathan melepaskan pelukannya dan menggemgam lembut tangan salsa.
Salsa pun mengangguk dan tidak menepis tangan nathan. Justru ia sangat nyaman dengan genggaman tangan nathan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Choice (End)
Teen FictionIni adalah kisah seorang dua insan dengan kepopulerannya yang menghadapi kisah luka liku kehidupan yang menurut mereka adalah sebuah takdir yang mungkin bisa mereka paksa terima. Bagaimana kisah dua insan tersebut? Apa yang terjadi dengan kisah mere...