Pagi pun tiba. Sinar matahari menyilaukan seseorang yang sedang meringkuk dibalik selimut hangatnya. Ia mengerjap ngerjap menyesuaikan cahaya dari balik tirainya. Namun, ketika ia hendak mencoba bangun. Tiba tiba badannya terasa sakit. Ia bingung, tidak biasanya ia seperti ini.
Salsa mencoba untuk bangun lagi. Tapi kepalanya semakin terasa berputar. Ia mencoba untuk menyibakkan selimutnya. Dan ternyata, bercak merah tampak jelas diselimutnya mungkin badannya dan kepalanya yang sakit adalah efek dari menstruasi.
Kemudian, seorang laki laki masuk kekamar salsa, siapa lagi kalo bukan nathan. Nathan pun mengernyitkan dahinya ketika melihat salsa yang meringis kesakitan sambil memegang kepalanya. Ia pun langsung menghampirinya.
"Lo kenapa?" tanya nathan.
"Kepala gue sakit banget nat" ringis salsa. Lalu nathan pun menempelkan tangannya ke dahi salsa. Tapi, nathan tidak merasakan panas di tangannya.
"Lo mau ke dokter?" tanya nathan. Salsa pun menggelengkan kepalanya lemah.
"Nggak usah nat, udah biasa kok. bentar lagi juga sembuh"
Nathan pun mendengus kesal karna gadis didepannya ini sangat keras kepala. Ketika nathan ingin keluar dari kamar salsa. Ia mendengar ringisan salsa yang sedang memegangi perutnya.
"Sa, lo gapapa? kita kerumah sakit aja ya?" panik nathan. Salsa pun tetap menggelengkan kepalanya lemah.
"Nggak usah nathan"
"Tapi, keadaan lo parah banget sa" kekeuh nathan
"Please, panggilin Bi Ijah aja" ucap salsa lemah. Nathan pun mengangguk dan segera beranjak dari kamar salsa.
Bi Jinah pun akhirnya memasuki ruang kamar salsa.
"Ada apa non? non salsa sakit?" tanya bi jinah yang tak kalah panik.
"Bi, salsa minta tolong ambilin roti di laci dong" suruh salsa. Bi ijah pun mengerti dengan suruhan anak majikannya. Bi jinah pun berpikir bahwa salsa sedang datang bulan.
"Ini non. Non salsa lagi datang bulan?" tanya bi jinah sambil menyodorkan benda kecil itu kepada salsa. Salsa pun hanya mengangguk.
"Bi, salsa kekamar mandi dulu. mau bersihin selimut juga" ucap salsa sambil beranjak dari kasurnya walaupun kepalanya masih terasa sakit. Bi jinah pun mengangguk dan beranjak dari kamar salsa. Nathan yang sedari tadi menunggu diluar pun segera menoleh ketika bijinah keluar dari kamar salsa.
"Bi, salsa kenapa?" tanya nathan panik. bi jinah pun menanggapinya dengan tersenyum.
"Biasa den" Nathan pun bingung dengan ucapan bi jinah. Pasalnya salsa tadi juga mengatakan bahwa itu hal biasa. Ia sangat tak mengerti dengan ucapan kedua orang itu.
Bi jinah pun seakan mengerti dengan ekspresi nathan pun segera menjelaskan.
"Non salsa lagi datang bulan den." Nathan pun terkejut dan akhirnya menganggukan kepalanya bertanda bahwa ia mengerti. "Tapi, kepalanya sama perutnya yang sakit?" tanya nathan bingung."Itu memang efeknya den" jelas bi jinah. Nathan pun mengangguki penjelasan bi jinah.
"Yaudah den bibi kembali ke dapur ya?" ucap bi jinah.
"Bi, tolong ambilin makanan sama obat juga. Nanti biar nathan yang bawa" ucap nathan dan dibalas anggukan oleh bi jinah.
Salsa pun keluar dari kamar mandinya. Ia memutuskan untuk merebahkan badannya karna badannya yang terasa tambah sakit. Nathan pun memasuki kamar salsa sambil membawa nampan yang berisikan makanan dan obat untuk salsa.
"Sa, lo makan dulu gih" ucap nathan lembut. Salsa yang mendengar nathan langsung membuka matanya.
"Ntar aja Nat. Gue masih pusing" tolak salsa.Nathan pun menghela napas.
"Kalo lo gak makan, lo tambah sakit sa" kekeuh nathan. Salsa pun kesal karna menurutnya nathan sangat pemaksa."Lo tuh kenapa sih nat? tiba tiba peduli banget sama gue?"
"Dijahatin salah,dibaikin salah. Emang cewek selalu benar" gumam nathan yang bisa terdengar oleh salsa.
"APA LO?" Nathan pun terkejut akhirnya menggelengkan kepalanya cepat.
"Please, makan ya sa! nanti gue ajak lo ke mall" bujuk nathan. salsa pun tetap menggelengkan kepalanya.
"Emngnya lo siapa gue? seenaknya banget nyuruh nyuruh gue. Lagian gue bukan anak kecil" ucap salsa sebal.
"Yaudah mulai sekarang Valentina Salsabilla jadi pacar gue" ucap nathan secara tiba tiba. Salsa pun membulatkan matanya.
"Nggak, apa apaan lo. GUE.GAK.MAU""Tapi sayangnya gak ada penolakan. So, lo harus nurut ama gue" ucap nathan tersenyum miring. Salsa pun tidak habis pikir dengan otak nathan. Mengapa ia tiba tiba jadi sangat pemaksa. Apa mungkin ia kejedot pintu kamarnya?
"Ihh lo tuh apaan sih. Gue bilang nggak ya nggak nathan" kekeuh salsa.
"Lo nurut sama gue atau gue___" ucap nathan sambil menggantungkan kalimatnya sambil menaiki kasur salsa.
"Eh-eh lo mau a-pa nat" gugup salsa. Pasalnya nathan mendekatkan wajahnya sampai tak ada jarak sekalipun.
"Mau cium pipi lo itu. atau mungkin yang lain" ucap nathan tersenyum smirk.Hembusan nafas nathan sangat terasa di wajah salsa.
"Lo tuh kenapa sih nat." ucap salsa sambil mendorong bahu nathan. Tapi, nihil. Tenaga nathan jauh lebih kuat dibanding dengannya."Nurut atau cium?" ucap nathan. Salsa pun hanya mengangguki bertanda bahwa ia ingin menuruti nathan.
"Bagus. Anak pinter" kekeh nathan sambil mengacak acak rambut salsa. Aalsa hanya mengerucutkan bibirnya. Nathan pun terkekeh sambil menyuapi salsa. Salsa pun hanya bisa menurut pada nathan.
"Nat, udah kenyang" tolak salsa karna ia sungguh merasakan diperutnya seperti bercampur aduk.
"Oke, sekarang minum obat" suruh nathan sambil menyodorkan obat pada salsa.
Salsa pun akhirnya meminum obat itu dan segera menyuruh nathan pergi dari hadapannya.
"Sekarang lo pergi. Gue mau istirahat" ketus salsa. Nathan pun akhirnya beranjak dari kasur salsa sebelum ia keluar. Ia kembali membalikkan badannya lalu menghampiri salsa. Salsa pun menaikkan satu alisnya.
Tiba tiba nathan memajukan wajahnya lalu mencium pipi salsa sekilas. Salsa pun terkejut dengan perlakuan nathan. Langsung menatap tajam ke arah nathan. "NATHAN!!" teriak salsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Choice (End)
Teen FictionIni adalah kisah seorang dua insan dengan kepopulerannya yang menghadapi kisah luka liku kehidupan yang menurut mereka adalah sebuah takdir yang mungkin bisa mereka paksa terima. Bagaimana kisah dua insan tersebut? Apa yang terjadi dengan kisah mere...