Tawaan keras menggema diseluruh ruangan. Dan itu membuat salsa dilanda kebingungan, rasa panik dan takut dengan orang itu. Jantungnya semakin berdetak cepat. Salsa memejamkan matanya untuk meredakan rasa takutnya.
'Apa ini alasan nathan supaya gue menjauhi vibra.' Batin salsa.
Salsa menerawang jauh dari kejadian waktu itu. Disaat nathan berkata jujur dan justru ia malah tidak mempercayainya. Ia sekarang terjebak rasa bingung. Antara mempercayai perkataan nathan atau orang dihadapannya ini. Tapi, hatinya mengatakan bahwa nathan berkata benar. Ia juga mulai berpikir keras tentang kejadian disaat ia akan diculik dan juga saat nathan pulang dengan luka lebam.
Ia mulai mempercayai itu semua. Ia menyesal tidak mempercayai perkataan nathan waktu itu. Bukannya ini yang dimaksud 'penyesalan selalu ada diakhir'. Salsa mengakui itu.
Tawa yang sedaritadi menggema kini terhenti dan digantikan dengan senyuman miring.
Kini vibra melangkahkan kaki perlahan mendekati salsa. Tubuh salsa bergetar. Ia merasa tidak nyaman sekarang. Vibra pun berjongkok dan menatap wajah salsa dengan senyuman miringnya.
"Hay sahabat terbaikku" ucap vibra lembut namun terkesan sinis. Salsa pun memberanikan diri untuk menatap vibra.
"L-lo mau ngapain?" Tanya salsa dengan tatapan yang tak kalah sinis.
"Gak ada kok, cuma mau 1 macam" jawab vibra mengangkat sebelah alisnya.
Vibra semakin mendekat kepada salsa.
"Apa lo tau gue mau ngapain sama lo" bisik vibra sambil memegang lembut pipi salsa. Salsa pun semakin takut dengan perlakuan vibra.
"Jangan sentuh gue dengan tangan kotor lo" sinis salsa. Vibra pun berpura pura terkejut dan akhirnya menepuk tangannya keras sambil tertawa jahat.
"Lo lucu salsa. Lucu banget. Sampai gue gak tega buat nglakuin sesuatu ke lo" ucap vibra.
Vibra pun kembali mendekat kearah salsa dan memandang lekat wajah salsa.
"Lo tau kenapa gue nglakuin ini. Karna gue punya dendam sama keluarga licik lo" jelas vibra. Salsa pun terkejut dengan ucapan vibra. Apa maksudnya? Siapa yang dimaksud keluarga licik itu?.
"Ma-maksud lo apa?" Tanya salsa bergetar. Vibra pun kembali menjauh dan menghadap membelakangi salsa.
"Jadi, keluarga licik lo gak beritau lo. Emang licik"
"Keluarga lo udah ngrebut kebahagiaan gue. Mereka juga ngrenggut nyawa satu satunya orang yang gue sayang. Kakak gue. Lo pasti tau kakak gue kan. Gue pernah bilang sama lo kalo kakak gue meninggal karna kecelakaan. Tapi,itu semua bullshit. Yang sebenarnya bukan itu sa. Bukan"
"Kakak gue depresi karna tekanan dari keluarga lo. Apalagi orangtua lo. Dulu kakak gue adalah orang yang bertanggungjawab. Gue gak tau apa yang orangtua lo lakuin sampai kakak gue depresi. Tapi, dengan keadaan kakak gue, gue semakin kehilangan semangat hidup sa. 5 bulan kemudian setelah kakak gue depresi berat. Akhirnya ia meninggalkan gue. Gue gak iklas sa. Gue terlalu sayang sama dia" jelas vibra yang kini meneteskan airmatanya. Salsa yang mendengar itupun seakan tak percaya.
Ia juga ikut meneteskan airmatanya. Ia juga ikut merasakan apa yang vibra rasakan. Tapi, kenapa ia harus membalas dendam padanya? Vibra mengusap kasar airmatanya dan menghadap salsa sepenuhnya.
"Kenapa lo nangis salsa. Apa lo merasa kasian sama gue. IYA KAN!" ucap vibra.
"Maafin orangtua gue vib. Mereka pasti punya alasan lain vin" ucap salsa terisak.
"Apa lo bilang? Alasan lain. Hahaha bullshit. Bahkan lo gaktau kenapa mereka nglakuin itu" ucap vibra tertawa kecil namun terkesan sinis. Lalu ia menatap tajam salsa dan berjalan mendekatinya.
"Kenapa lo nangis. Gue gak butuh rasa kasian lo" ucap vibra sambil memegang kedua pundak salsa erat. Sampai salsa meringis kesakitan.
"Aw sa-sakit vib" rintih salsa.
"Lo bilang sakit sa? Iya? Terus bagaimana dengan rasa kehilangan yang gue alami. Justru lebih sakit yang gue alami sa. Gue" kata vibra yang semakin erat memegang kedua pundak salsa.
"Ma-maafin g-gue vib. Maafin kedua ortu gue" mohon salsa
"Lo bilang maaf? Nggak sa. Nggak. Hahaha. Maaf. Apa dengan kata maaf akan mengembalikan keadaan? Nggak sa" ucap vibra tertawa renyah.
Nafas vibra semakin naik turun. Ia mengepalkan tangannya kuat jika ia harus mengingat masa menyedihkan itu. Tiba tiba vibra menjambak rambut indah salsa dengan kuat.
"Aargh sakit vib.lepas. UDAH CUKUP VIB" teriak salsa. Vibra pun semakin menjadi jadi.
"Gue gak akan puas sa camkan itu" ucap vibra lalu mengeluarkan sebuah cutter.
"Vi-vib lo mau apa" ucap salsa ketakutan.
"Lo mau tau apa yang akan gue lakuin. Gue mau balas rasa sakit gue ke lo" ucap vibra dengan mendekatkan cutter itu kepipi salsa.
"Vib ja-jangan. ARRGH" cutter vibra pun menembus pipi mulus salsa. Kini darah segar keluar dari pipinya. Vibra semakin tertawa keras. Ketika vibra hendak menyilet tangan salsa. Tiba tiba seseorang datang menendangnya dari belakang.
"JANGAN SAKITIN DIA. BRENGSEK LO" emosi nathan sambil menendangi tubuh vibra. Vibra pun juga ikut tersulut emosi.
Nathan segera menghampiri salsa.
"Sa. Lo gapapakan. Bertahan sa. Gue selalu ada buat lo" ucap nathan tulus sambil memegang kedua pipi salsa. Lantas, salsa merasa bersalah dengan apa yang ia lakukan selama ini. Salsa pun membelakan matanya.
"NATHAN AWASS!!" Teriak salsa. Nathan tersungkur kelantai. Vibra sengaja mendorong nathan. Dan menginjak tubuhnya kencang.
"ARGHH" rintih nathan. Vibra pun tertawa kencang.
"NATHAN!! Vib lepasin nathan vib. Dia gak salah" mohon salsa.
Vibra pun semakin mengencangkan injakannya. Dengan sekuat tenaga nathan mencoba untuk melawan. Disaat vibra agak mengendorkan injakannya. Nathan segera menarik kaki vibra dan menahan tangannya dibelakang.
Nathan sudah membabi buta untuk menghabisi vibra. Disaat vibra sudah lemah. Ia menuju ke salsa dan melepaskan ikatannya.
"Nathan lo gapapa?" Tanya salsa khawatir. Nathan tersenyum kecil dan mengusap lembut airmata salsa.
"Lo gakusah khawatir. Yang penting setelah ini lo harus kabur dari sini. Gak usah peduliin gue" suruh nathan membuka ikatan salsa. Salsa pun semakin mengencangkan tangisannya dan berhambur kepelukan nathan. Nathan yang tak siap menerima pelukan dari salsa agak tersentak kebelakang. Untungnya dia dapat menahannya.
Ia juga ikut membalas pelukan salsa. Vibra yang lemah pun mencoba untuk bangkit dan mengambil sebuah tongkat kayu.
"NATHAN!!" Teriak salsa. Lantas, nathan pun menoleh.
Disaat vibra hendak mengangkat kayu itu keatas. Tiba tiba seseorang memukulnya dari belakang terlebih dahulu dan membuat vibra tersungkur kelantai"Pak bawa dia sekarang" suruh orang itu. Ya orang itu adalah kevin dan andi. Sebelumnya mereka memang sudah memberitahu polisi dan melacak tempat kejadian. Untung saja kevin dan andi datang tepat waktu.
"Kevin!! Andi!! Bawa salsa kerumah sakit" suruh nathan. Ia sekarang merasa lemah karna injakan dan dorongan dari vibra tadi.
"Tapi, nat lo juga luka. Lo juga harus ikut sama kita" kekeuh kevin.
"Nggak. Gue bisa sendiri. Salsa lebih butuh kalian. Cepat Bawa salsa. Jangan peduliin gue" suruh nathan lemah.
Salsa kembali menitikkan airmatanya. Ia merasa ini adalah salahnya.
"Nathan lo harus ikut sama kita.
Gue jadi ngrasa bersalah. Ini semua salah gue." Ucap salsa terisak. Nathan pun menggeleng lemah."Nggak sa. Ini bukan salah lo. Sekarang lo ikut mereka ya? Sshh" ringis nathan dan..
Bruuk
"NATHAN!!" Ucap mereka serempak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Choice (End)
Teen FictionIni adalah kisah seorang dua insan dengan kepopulerannya yang menghadapi kisah luka liku kehidupan yang menurut mereka adalah sebuah takdir yang mungkin bisa mereka paksa terima. Bagaimana kisah dua insan tersebut? Apa yang terjadi dengan kisah mere...