Chapter 5 - Telat

634 29 16
                                    

Koridor sekolah sudah terlihat sepi. Sepertinya semua kelas sudah mulai pembelajaran. Dhani segera mempercepat langkahnya menuju kelasnya. Dan hal itu membuatnya hampir saja jatuh terpeleset jika saja tak ada orang yang dengan cepat memegangi bahunya.

"Eggak usah buru-buru kenapa? Lagian kelas lo belum masuk." kata Rama dengan santainya.

"Eht, sok tahu amat sih lo. Ngapain lo disini? Kelas lo kan di gedung seberang. Udahlah, gua mau masuk." kata Dhani sambil berlalu meninggalkan Rama.

"Eht tunggu. Ini handphone lo tadi jatuh di deket motor gua." katanya sambil menyodorkan handphone Dhani.

"Oh gitu. Thanks ya." Dhani langsung berlalu pergi meninggalkan Rama tanpa menyadari satu hal yang ia lewatkan.

Untung saja Bu Yati belum masuk ke kelas Dhani. Jika sudah, maka tamatlah riwayat Dhani. Bisa-bisa dia disuruh lari keliling lapangan 20 putaran lalu setelahnya disuruh membersihkan toilet perempuan dan mengerjakan tugas tambahan. Sepertinya, hari ini Dhani sedang beruntung. Yah, kecuali perihal keterlambatannya pagi ini.

Segera ia menyandarkan punggungnya lelah di tempat duduknya. Diembuskannya napasnya pelan-pelan. Tangannya tak berhenti berkibas-kibas di depan wajahnya yang terlihat kepanasan. Sesekali, ia juga mengusap peluh yang mengalir di dahinya dengan kasar.

"Untung aja Bu Yati belum dateng, kalaue nggak habis deh lo nyet." kata Rana mengembuskan nepasnya.

"Haha, bener juga tuh Ran. Untung gua masih selamat." kata Dhani dengan napas terengah-engahnya.

"Lagian lo tumben banget sih Dhan, telat sampai selama ini?" tanya Rahma heran.

"Gua kemarin enggak bisa tidur, jadi gua bangunnya kesiangan."

"Makanya, jangan mikirin Rama mulu jadinya bisa tidur nyet." ledek Rahma.

"Rama siapa Ran? Gua kok enggak tahu sih." kata Rahma dengan bingungnya.

"Aduh, lo udah lupa? Itu lho, cowok yang nganterin Dhani waktu malam itu. Dan juga, yang kemarin kita lihat lagi duduk di motor waktu pulang." jelas Rana.

"Oh itu, pantes aja si Dhani mikirinnya sampai gitu amat. Ganteng, keren gitu." kata Rahma histeris.

"Ihhh, lo berdua bisa enggak sih sehari aja enggak bikin gua pusing? "

"Maklum lah nyet, kita kan juga ikut seneng kalau temen kita yang udah jomblo satu abad ini bakal punya gebetan baru." ledek Rahma.

"Eht inget, lo berdua juga jomblo kali." kata Dhani sambil menjitak kedua sahabatnya itu.

***

Akhirnya, bel istirahat berbunyi juga. Dhani sudah tidak kuat menahan cacing-cacing di perutnya yang sudah tidak sabaran ingin diberi makan. Maklum saja, dia tidak sarapan pagi ini. Jadi yah, akan segila itu seorang Dhani kalau sedang kelaparan. Segera, ia menarik kedua sahabatnya dan menyeretnya menuju kantin sekolah.

Setelah sampai, Dhani langsung memesan bakso lengkap dengan satu gelas jus alpukat. Sementara kedua sahabatnya itu memilih untuk memesan masing-masing satu mangkok batagor dan satu gelas jus jeruk. Setelah mendapatkan makanannya, mereka segera duduk di salah satu bangku depan pemilik bakso.

"Lo enggak makan berapa bulan si nyet, makannya sampai gitu amat." kata Rahma terheran-heran.

"Gua tadi pagi enggak sarapan, makanya laper banget."

"Etdah, oh ya gua mau cerita soal Rama yang kemarin." kata Rana membuka percakapan.

"Dia ngomong apa aja?" tanya Dhani tak mengalihkan pandangannya dari mangkuk baksonya.

Ramadhani (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang