Dhani tengah duduk manis di ruang makan rumah Adit yang terlihat sederhana tapi menarik ini. Ia seperti akab diinterogasi habis-habisan oleh kedua orang tua Rama, orang yang pernah mengisi relung hatinya beberapa saat. Wajah manis serta menenangkan Rani dan Putra tak sedikit pun menyurutkan rasa penasaran Dhani sekarang. Tak hanya penasaran, ia telah mencoba mati-matian menahan rasa gugup serta canggung yang ia rasakan sekarang.
Sesekali Dhani meneguk salivanya dengan kasar sembari mengalihkan perhatiannya ke obyek lain. Ia tak sanggup menatap manik dua orang yang sangat tenang di hadapannya sekarang. Entah sudah berapa kali ia bergumam dengan kesal dalam hatinya, sampai seseorang datang menghampirinya.
"Kamu darimana aja sih, kasihan tuh si Dhani udah kelaparan," kata Putra dengan mencoba memasang wajah kesalnya.
"Palingan juga kamu yang lapar kok malah nyalahin Adit sih," kata Rani tersenyum geli.
"Hehe tahu aja kamu," kata Putra tersenyum miring.
"Ma pa nggak usah gitu dech, ada tamu juga," kata Adit mencoba mengingatkan kedua orang tuanya itu.
"Dhani itu bukan tamu, dia udah seperti putri mama sendiri," sangkal Rani sembari mengambil piring Dhani.
"Cewek jutek gitu kok dibilang putri," cibir Adit dengan sinisnya.
"Jutek gitu aja adikmu suka, kamu juga suka kan?" tebak Putra sambil menyuap makanannya.
Mendengar perkataan ayahnya itu, Adit langsung tersedak seketika. Dengan gelagapan, ia langsung mencari air minum di sekitarnya.
"Ahahahahah, nggak usah kepedean dech lo. Lagian gua nggak bakal minat sama kutu kebo kayak lo. Rasain noh karma lo udah ngatain gua," kata Dhani sembari menerima piring yang disodorkan Rani.
"Kutu kebo? Ternyata kamu udah punya nama kesayangan ya Dhan? Kalau buat Rama apa coba?" tanya Putra penasaran.
"Nggak om, percuma aja saya sayang sama kutu kebo kayak dia. Buat Rama, nggak ada panggilan khusus kok. Rasa sayang saya nggak perlu diutarakan. Dia udah cukup peka kok," jawab Dhani dengan senyum tipisnya.
"Kok percuma sih? Siapa tahu aja untung. Kalau Rama peka, emangnya si Adit apa? Pekok?" tanya Rani ikut menyahut.
"Mana ada untung om, yang ada saya sial terus kalau ketemu dia. Saya mah nggak ngarep-ngarepin apa-apa dari si kutu kebo ini. Saya cuma pengin dia nggak gangguin saya aja," jawab Dhani dengan santainya.
"Emangnya kenapa kalau Adit deket-deket?" tanya Rani penasaran.
"Saya risih kalau deket sama dia," jawab Dhani asal ceplos.
"Sesulit itu ya kamu buat nerima Adit?" tanya Putra yang sudah bisa menebak apa jawaban Dhani.
"Hmmm, sorry om tante. Maksud Dhani nggak gitu kok," jawab Dhani dengan kikuk.
"Tenang aja Dhan, lagian kamu benci sama Adit aja tante nggak peduli kok," kata Rani mencoba meyakinkan Dhani.
"Sebenarnya anak mama itu aku apa cewek jutek ini sih?" tanya Adit yang merasa geram.
"Anak mama itu cuma Dhani sekarang. Rama aja nggak pernah nganggep kamu kakak kok," jawab Rani dengan entengnya.
"Ish mama apaan sih," kata Adit dengan kesalnya.
"Papa aja terpaksa nganggep kamu anak karena Rama yang minta," kata Putra tersenyum jahil.
"Kok kalian gitu banget sih," kata Adit menghentakkan gelas minumnya sedikit membanting.
"Gitu aja ngambek. Lo itu laki beneran apa jadi-jadian sih?" tanya Dhani dengan heran.
"Ngomong apa lo hah? Ngaca dulu donk kalau mau ngomong," jawab Adit sedikit melotot.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ramadhani (COMPLETED)
Teen Fiction"Lo tahu kenapa gua milih judul itu ? Ramadhani. Dua nama yang nggak pernah bisa bersatu. Dua nama yang nggak akan pernah bisa bersama. Semuanya cuma ilusi kutu. Imajinasi gua terlalu tinggi. Karena tingginya gua bahkan sampai lupa sama takdir yang...