Chapter 22 - Dia

230 9 0
                                    

Suasana kantin terlihat ramai seperti biasanya. Dhani masih saja menggerutu kesal sedari tadi. Ia tak henti-hentinya mengomel tidak jelas kepada Delon dan Dino yang tadi sudah mengejeknya habis-habisan. Tidak cukup di kelas tadi, mereka juga melancarkan aksinya menggoda Dhani lagi di kantin seperti sekarang.

"Diemm dech lo. Nggak cukup apa ngledek gua habis-habisan?" tanya Dhani dengan melotot.

"Nggak cukup. Lucu aja lihat muka lo yang kesel gitu." jawab Delon dengan santainya.

"Kalau kesel gitu, nanti lama-lama cinta lo." goda Dino sekali lagi.

"Amit-amit. Nggak bakal sudi dech gua." tolak Dhani dengan gerutuannya.

"Nanti kemakan omongan sendiri baru tahu rasa lo nyet." kata Rahma dengan santainya.

"Bodo amat, emang gua pikirin." kata Dhani acuh dan lebih memilih memakan siomaynya dibanding meladeni ledekan sahabatnya itu.

"Yah, berarti udah jelas donk. Kalau lo nggak bakal nolak kalau nanti lo beneran cinta sama si Adit." kata Rana membuka percakapan itu lagi.

"Tau ahhh, gua kesel sama lo pada. Seneng banget ngledekin gua. Tahu sendiri kan gua gimana sama tuh anak." kata Dhani masih sibuk mengunyah siomaynya.

"Yah, tahu si. Lo bakal tetep cinta sama seorang Rama dan nggak bakal buka hati lo buat orang lain." kata Dino dengan muka datarnya.

"Tapi, nggak nutup kemungkinan kalau hati lo bakal kebuka sendiri karena perintah Rama." kata Delon menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Kok Rama sih?" tanya Rana heran.

"Separuh hati Dhani kan udah keisi sama jiwanya Rama. Masa lo nggak maksud sih?" tanya Delon mulai jengkel.

"Ahhh iyha, gua lupa kalau Rama sendiri yang nyuruh Dhani biar buka hatinya, termasuk buat si Adit." kata Rahma sembari mengingat-ingat isi surat Rama.

"Buka hati buat orang asing itu nggak semudah buka pintu buat tamu." celetuk Dhani setelah selesai menghabiskan siomaynya.

"Kan nggak ada yang tahu. Coba aja dulu." kata Dino terlihat santai.

"Ogah, males gua." tolak Dhani dengan ketusnya.

"Kok gitu sih? Emangnya lo mau ngejomblo terus sampai lulus?" tanya Rana tidak terima.

"Ya suka-suka gua donk. Hati, hati gua." jawab Dhani dengan acuhnya.

"Ealah nyet, nyet. Kita juga tahu itu hati lo. Tapi emangnya lo mau jadi obat nyamuk terus sampai lulus nanti?" tanya Rahma tersenyum miring.

"Ohhhh jadi ceritanya ngledek nih mentang-mentang punya pacar." kata Dhani dengan juteknya.

"Bukannya ngledek neng Dhani, tapi kita nggak tega aja lihat lo ngejones terus." kata Dino meluruskan.

"Jangan panggil gua neng. Lagian, gua cukup bahagia kok hidup ngejomblo, bukan ngejones." kata Dhani menekankan kata terakhirnya.

***

"Duh si Rana sama Rahma kemana sih lama amat, lama-lama gua tinggal nih mereka," gerutu Dhani dengan kesalnya.

Dhani menghentakan kakinya ke lantai dengan kerasnya. Ia sudah merasa kesal menunggu dua sahabatnya itu yang entah sedang apa di dalam toilet. Ya kali mereka anu sampai selama ini. Lama-lama Dhani bisa jamuran ini.

Tinggal menunggu beberapa menit, bel masuk sekolah akan berbunyi. Tapi kedua sahabatnya belum juga keluar dari toilet. Baru saja ia hendak masuk ke dalam toilet, tapi pintu toilet sudah dibuka dengan kerasnya. Refleks, Dhani yang berada di belakang pintu langsung terhuyung ke belakang karena pintu sudah dibuka. Pintu itu menampar wajah Dhani dengan kerasnya.

Ramadhani (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang