Chapter 1 - Hujan

3.3K 106 24
                                    

"Sial, hujannya makin deras lagi." pekik Dhani dengan lirihnya.

Berkali-kali Dhani mengusap wajahnya yang semakin basah oleh tetesan hujan yang semakin deras. Berkali-kali juga ia memeluk dirinya sendiri karena dinginnya angin malam yang mulai membelai tubuh mungilnya. Angin malam juga mulai menampar-nampar wajahnya dengan perlahan. Adzan maghrib sudah berkumandang di mana-mana, tapi sampai di situ ia belum menemukan cara agar bisa pulang ke rumahnya.

Berkali-kali ia meminta pertolongan. Tapi tak ada satu pun orang yang bersedia menolongnya. Banyaknya kendaraan yang berlalu lalang hanya melintasi kegelisahannya saja. Ia semakin gelisah. Bagaimana caranya ia pulang sekarang? Ditatapnya wajah salah satu seniornya itu yang terlihat biasa saja. Yah, mungkin dia sudah terbiasa pulang setelat ini. Tapi ini pertama kalinya untuk Dhani yang sangat membuatnya tidak akan terbiasa.

Detik demi detik ia lewati, tapi belum ada satu pun kendaraan yang bersedia menolongnya. Ia hampir frustasi. Ia menangis dalam diamnya. Bukannya takut mengkhawatirkan orang rumah, tapi lebih karena ia takut hanya berduaan saja di tengah hujan yang mengguyur malam ini. Ia takut dengan dirinya sendiri. Karena ia sadar, takkan pernah ada orang yang mengkhawatirkannya.

Dhani masih saja sibuk berkelana dalam lamunanya. Karena terlalu sibuknya, ia sampai tidak menyadari sudah ada sebuah motor yang berhenti tepat di depannya.

"Hey, lo bisa anterin adek gua pulang kan?" tanya senior Dhani dengan cepatnya.

Cowok yang ditanyai itu pun hanya diam seribu bahasa mendengar pertanyaan dadakan yang dilontarkan oleh Arif, senior Dhani. Ia hanya berkali-kali melirik Dhani dan Arif secara bergantian. Ia belum juga menjawab pertanyaan Arif tadi, tentu saja itu karena ia merasa bimbang. Merasa jengah menunggu, Arif langsung saja mendorong Dhani untuk segera menaiki motor cowok itu.

"Lo pulang aja sama dia, ini udah malam." perintahnya singkat tapi kentara sekali dengan ucapan tak terbantahkannya.

"Eht, terus kakak gimana?" tanya Dhani dengan bingungnya.

"Enggak perlu khawatirin gua, gua pasti pulang kok." jawabnya sembari mendorong 'lagi' Dhani sampai ia hampir menubruk cowok di depannya.

Entah mengapa, Dhani hanya mengangguk saja menuruti permintaan seniornya. Dengan segera, ia langsung menaiki motor cowok itu dengan semua kegelisahan yang mengikutinya. Tanpa menunggu, motor itu pun sudah melaju menorobos derasnya hujan yang membuat malam semakin terasa kelam..

Tapi bukannya mereda, hujan itu justru semakin deras. Entah sudah berapa kali gadis itu menggigil kedinginan. Maklum saja, sudah sejak sore tadi Dhani kehujanan dan sampai sekarang pun dia harus pulang dengan hujan-hujanan.

"Lo bawa jaket enggak?" tanya cowok itu sedikit berteriak supaya pertanyaannya bisa didengar oleh Dhani.

"Enggak." jawab Dhani dengan singkatnya.

Tanpa disuruh, cowok itu pun menepikan motornya dan langsung turun dari motornya, tentu saja juga diikuti Dhani. Tanpa diduga, cowok itu melepaskan jaket yang melekat ditubuhnya dan memberikannya pada Dhani.

"Nih pakai! " perintah cowok itu dengan tegasnya.

"Enggak perlu. Gua udah terlanjur basah kuyup juga." tolak Dhani dengan cepatnya.

"Ayo cepet pakai!" perintahnya sekali lagi dengan nada suara yang sedikit membentak.

"Gua kan udah bilang, gua udah terlanjur basah kuyup jadi enggak ada gunanya juga pakai jaket lo. Enggak bakalan mempan ngangetin badan gua." kata Dhani menegaskan.

"Gua cuma enggak mau lo masuk angin." kata cowok itu berterus terang.

"Apa peduli lo?" tanya Dhani menaikkan sebelah alisnya.

Ramadhani (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang