Cinta? Mungkin benar rasa itu sudah benar-benar hadir. Sebuah rasa aneh, lucu, dan benar-benar membuat Dhani gila karenanya. Mungkin tak hanya Dhani, tapi mungkin saja Rama merasakan hal itu juga.
Memang, kehadiran kedua sahabatnya itu tak kunjung membuat Dhani lupa akan masalahnya. Tapi semuanya sekarang berubah setelah rasa cinta itu ada. Rasa cinta yang tak pernah disadari kehadirannya. Sebuah rasa yang tak disadari kapan kehadirannya. Dan sebuah rasa yang mungkin telah berhasil membuat Dhani benar-benar mengalihkan kebahagiaannya. Yah, dia bahagia sekarang. Mungkin bahagia itu memang tak kekal, tapi tak ada salahnya bukan untuk menikmatinya? Yah, dia menikmati semua waktu yang ia habiskan bersama Rama. Tak peduli berapa waktu yang ia bisa habiskan, tapi semuanya terasa abadi untuk Dhani. Jika saja waktu bisa ia kontrol, ingin sekali ia menghentikan waktunya saat bersama Rama agar ia bisa merasakan bahagia tanpa harus memikirkan beban yang ada.
Entahlah, Dhani sendiri masih tak mengerti kenapa ia bisa berubah dengan semudah ini. Hati yang dulu ia tutup rapat-rapat, kini telah terkunci kembali oleh seseorang yang benar-benar istimewa. Hati yang dulu serasa mati telah kembali hidup kala ia bertemu dengan Rama malam itu. Semuanya memang aneh. Dan tak bisa dipungkiri, semuanya itu memang nyata.
Membuka hati untuk orang yang baru merupakan hal yang sulit. Tapi entah kenapa itu lain bagi Rama. Kehadirannya sungguh tak bisa dihindari lagi. Dan jika ingin meminta, ingin sekali Dhani meminta agar Rama tak pernah dihilangkan dalam hidupnya. Karena dia lah, sekarang ia mempunyai semangat hidup yang berarti. Karena dia lah, sekarang ia merasa tak sendiri lagi. Dan karena dia lah, Dhani bisa merasakan arti sebuah cinta yang sesungguhnya, bukan cinta palsu.
"WOI DHANI!" panggil Rana tepat di samping telinga Dhani.
"Ish enggak perlu teriak gitu kali juga gua denger. Bisa tuli nih telinga gua." kata Dhani sambil mengusap-usap telinganya.
"Lagian lo ngelamun aja. Ngelamunin apa sih?" tanya Rana penasaran.
"Gua tahu nyet, lo cinta sama dia. Tapi jangan sampai gila gitu juga kali nyet." kata Rahma sewot.
"Yah, gila karena cinta." kata Delon yang entah sejak kapan sudah ikut bergabung di bangku mereka.
"Heh ngaco banget deh lo pada. Secinta-cintanya gua sama Rama enggak mungkin kan gua sampai gila." kata Dhani tidak terima.
"Yakin enggak tergila-gila?" tanya Rama memastikan.
"Kalau enggak emangnya kenapa?" tanya Dhani balik.
"Yah, bakalan aku bikin tergila-gila deh." jawabnya santai.
"Ish apaan."
"Gini-gini juga suka kan?" tanya Rama dengan senyum mengejeknya.
"Tau ahhh." kaya Dhani mengalihkan perhatiannya pada siomay yang ada di depannya.
"Hahah, lucu juga lihat lo berdua pacaran. Pakainya aku-kamu lagi. Sweet banget deh. Gua juga mau dong." kata Rahma sambil menyikut lengan Dhani.
"Sana, sama Dino aja. Ogah gua sama lo." kata Dhani merasa jijik.
"Ogah gua sama cowok yang tampangnya kayak Dino." tolak Rahma dengan mengerucutkan bibirnya.
"Ileeeeh sok-sokkan lo. Gini-gini aja lo cinta kan?" tanya Dino kepedean.
"Makan noh cinta." kata Rahma sambil memasukkan sesendok penuh siomay ke mulut Dino.
"Enak Rah, lagi dong." kata Dino antusias.
Dhani, Rama, dan semua sahabatnya langsung tertawa melihat aksi kedua remaja itu. Tawa mereka menggema di seluruh kantin sampai membuat siswa lain kebingungan. Bahkan tak ayal, ada yang berusaha mendekat supaya mereka bisa mendengar apa yang sedang mereka bicarakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ramadhani (COMPLETED)
Novela Juvenil"Lo tahu kenapa gua milih judul itu ? Ramadhani. Dua nama yang nggak pernah bisa bersatu. Dua nama yang nggak akan pernah bisa bersama. Semuanya cuma ilusi kutu. Imajinasi gua terlalu tinggi. Karena tingginya gua bahkan sampai lupa sama takdir yang...