“Kok kesini?” tanya Ivan dengan bingungnya. Pasalnya, Dhani meminta dirinya untuk mengantarkannya ke sebuah cafe yang agak ramai oleh para remaja, bukan pulang ke rumahnya.
“Kepo banget sih lo.” jawab Dhani dengan ketusnya.
“Ya elah, jutek banget sih jadi cewek nanti kalau nggak ada yang suka baru tahu rasa lo.” ucap Ivan dengan sinisnya.
“Bodo.”
Mendengar jawaban Dhani, Ivan hanya memutar bola matanya dengan malas. Ia benar-benar harus bersabar menghadapi satu cewek yang ada di hadapannya ini.
“Untung aja cantik, kalau nggak udah gua tinggalin dech.” ucap Ivan setengah berbisik.
Berhubung jarak duduk mereka yang tidak terpaut jauh, Dhani bisa mendengar semua ocehan Ivan dengan jelasnya.”Gua denger yah.” ucap Dhani dengan tatapan tatajamnya.
“Serem amat tuh tatapan lo. Ngeri gua lihatnya.” ucap Ivan bergidik ngeri.
“Kok lo tadi ada di pemakaman juga sih?” tanya Dhani mengalihkan pembicaraannya.
“Baru jengukin kakak gua.” jawabnya dengan snyum yang mampu memikat hati para cewek manapun.
“Udah lama?” tanya Dhani penasaran.
“Yah, lumayan.” jawabnya singkat.
Dhani hanya beroh ria mendengar jawaban Ivan. Ia tak tertarik sama sekali berbincang dengan cowok dihadapannya itu. Tapi entahlah, ia selalu saja bertemu cowok itu dimana pun ia berada.
“Kalau lo ngapain?” tanya Ivan mengerutkan keningnya. Sebenarnya ia tahu apa yang Dhani lakukan dipemakaman tadi. Yah, dialah yang memperhatikan Dhani diam-diam tadi.
“Jengukin seseorang.” jawab Dhani mengalihkan perhatiannya tak berani menatap manik mencurigakan dari seorang Ivan.
“Siapa?” tanya Ivan mencoba mengorek informasi yang keluar dari pengakuan Dhani sendiri.
“Se--” Belum sempat Dhani menjawab, kedua sahabatnya tahu-tahu sudah datang dan langsung menepuk bahunya dengan keras.
“Sorry sorry gua telat.” ucap Rana dengan napasnya yang terengah-engah.
“Tahu nih si Rana pakai pacaran segala sama si Delon.” ucap Rahma mengerucutkan bibirnya karena kesal.
“Kok gua sih? Lo juga iyha kali.” ucap Rana tak mau mengalah.
“Tapi gua kan inget waktu nggak kayak lo yang langsung lupa waktu dan berasa dunia milik berdua.” sindir Rahma dengan jelasnya.
“Ih apaan sih lo. Ngatain gua kayak lo nggak aja.” ucap Rana menjulurkan lidahnya.
Dhani hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kembali perdebatan kecil kedua sahabatnya itu.
“Ekhem.”
Dhani, Rahma serta Rana langsung menoleh ke sumber deheman itu. Rahma dan Rana mengerutkan keningnya melihat cowok asing yang duduk manis di hadapan Dhani itu. Mata mereka tidak berkedip sama sekali melihat Ivan yang bisa disebut ganteng itu.
“Sadar woyyy.” ucap Dhani melambai-lambaikan tangannya di depan wajah dua sahabatnya itu.
Rana dan Rahma hanya cengengesan menyadari reaksi mereka yang berlebihan itu. “Siapa nyet? Pacar lo?” tanya Rana menyelidik.
“Ihhh amit gua mau pacaran sama cowok tengil kayak dia.” jawab Dhani dengan ogah-ogahan.
“Heh, nggak usah gengsian dech lo. Jomblo aja belagu.” sindir Ivan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ramadhani (COMPLETED)
Novela Juvenil"Lo tahu kenapa gua milih judul itu ? Ramadhani. Dua nama yang nggak pernah bisa bersatu. Dua nama yang nggak akan pernah bisa bersama. Semuanya cuma ilusi kutu. Imajinasi gua terlalu tinggi. Karena tingginya gua bahkan sampai lupa sama takdir yang...