Suasana kelas terlihat sangat ramai sekarang. Berhubung para guru sedang rapat untuk UAS besok, jadi semua kelas sedang jamkos. Lalu nikmat mana lagi yang harus mereka dustakan? Seperti sebuah surga bagi anak SMK terutama saat jamkos. Semua anak sudah berhamburan kesana kemari. Ada yang berkumpul di pojokan ‘menonton’ sesuatu hingga mambuat wajah mereka geli tidak karuan. Ada anak cewek yang sudah membentuk lingkaran membicarakan gosip yang sedang up date. Ada anak yang masih setia dengan buku bacaan di tangannya. Ada anak yang masih sibuk dengan handphonenya masing-masing.
Dhani sedang sibuk dengan pikirannya sendiri sekarang. Semua perkataan Adit masih terngiang di kepalanya. Sayang? Apa dia sedang mengkode dirinya? Kenapa ia jadi memikirkan hal itu sekarang? Apa mungkin dia sudah mulai membuka hatinya lagi?
Hidupnya sekarang seperti abu-abu, susah di tebak. Bisa hitam, bisa juga putih. Kenapa hatinya jadi tidak menentu seperti ini ? Semua yang terucap dari bibir Adit seakan berhasil menyita seluruh kosentrasi Dhani. Apa mungkin yang ia katakan itu benar ? Apa mungkin ia harus membuka hatinya lagi untuk ‘seseorang’? Apa mungkin ia harus mempercayakan lagi kata cinta itu pada ‘seseorang’?
Entahlah. Ia merasa bingung sekarang. Ia merasa bimbang dengan hatinya sendiri. Melupakan Rama? Itu merupakan hal yang sulit bagi Dhani. Tapi kenapa pikirannya selalu bekerja dengan keras untuk melupakan Rama? Apa karena sekarang ada sosok Adit di sisinya? Apa karena kehadiran Adit itu membuat Dhani tidak berpengaruh lagi dengan kepergian Rama? Tapi nyatanya tidak, kehadiran Adit justru mempersulit proses Dhani untuk melupakan seorang Rama. Tapi, ada satu yang membuat Dhani bingung, kenapa ia selalu merasa nyaman saat ia bersama Adit?
“Permisi, kakak Kak Dhani ya?” tanya anak cowok yang sepertinya merupakan junior Dhani. Bisa di lihat wajahnya menyiratkan rasa kegugupan dan ketakutan yang sangat kentara.
“Iyha, kenapa dek?” tanya Dhani dengan nada yang melembut.
“Ini, ada titipan buat kakak.” jawabnya singkat. Tak lupa, ia melengkungkan senyum simpulnya untuk menetralkan rasa gugupnya. Siapa sih yang tidak gugup bertemu seorang Dhani? Walaupun dia bukan anak yang populer, tapi tak bisa di pungkiri bahwa dia itu merupakan incaran para cowok di sekolah ini.
“Dari siapa?” tanya Dhani sembari mengambil kotak itu. Dahinya mengernyit bingung mengira-ngira siapa yang telah memberinya koak ini.
“Ng--nggak tahu kak. Tadi saya dapet ini dari teman cewek kelas sebelah katanya di suruh kasih ke Kak Dhani.” jawabnya sedikit gugup.
“Oh gitu. Ya udah, makasih ya.” ucap Dhani tersenyum simpul. Tentu saja itu senyum palsu. Jelas-jelas hatinya masih terlihat rapuh sekarang.
Anak cowok itu pun berlalu meninggalkan Dhani. Dalam hati, Dhani terus bertanya-tanya siapakah yang telah mengiriminya kotak itu. Baru saja ia ingin membuka kotak itu, tapi seruan seseorang membuatnya berhenti melanjutkan niatnya.
“Cieeeee yang dapet hadiah dari fans. Bagi-bagi donk Dhan.” ucap Anton mengedipkan sebelah matanya.
“Atau jangan-jangan itu dari yang pengin PDKT sama lo kaleee Dhan.” ucap Aldo tersenyum jahil.
“Alah, bilang aja lo iri Do. Lo kan nggak pernah berani ngasih gituan ke Dhani.” ejek Anton dengan sinisnya.
“Heh kampret, ngomong apa sih lo. Ngaco mulu dech.” kata Aldo menjitak kepala Anton dengan kerasnya.
Tanpa menghiraukan ringisan kesakitan Anton yang begitu memekakkan telinga, Dhani langsung membuka kotak itu. Kotak itu berisi sebuah roti rasa coklat dan sekotak susu coklat kesukaannya. Dahinya mengernyit bingung melihat isi dari kotak itu. Terutama setelah membaca sebuah notes yang ada di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ramadhani (COMPLETED)
Teen Fiction"Lo tahu kenapa gua milih judul itu ? Ramadhani. Dua nama yang nggak pernah bisa bersatu. Dua nama yang nggak akan pernah bisa bersama. Semuanya cuma ilusi kutu. Imajinasi gua terlalu tinggi. Karena tingginya gua bahkan sampai lupa sama takdir yang...