Chapter 20 - Kuah Bakso

252 11 0
                                    

Matahari sudah semakin naik. Dan efek panasnya sudah lebih dari siang tadi. Dhani masih sibuk membawa setumpuk kertas dari Ruang TU ke Ruang OSIS. Ia tak berhenti meretuki teman-temannya yang tak mau membantu dirinya. Terlebih Andri sudah memaksa Dhani untuk membawa kertas-kertas itu. Dhani memang masih melakukan aksi diamnya, tapi tetap saja. Saat kesal ataupun marah, sifat aslinya akan keluar dengan sendirinya.

Karena banyaknya kertas yang ia bawa di hadapannya, Dhani tak bisa melihat jalan dengan jelas. Terlebih ia sedang menuruni tangga menuju Ruang OSIS yang berada di lantai dasar.

Bruuuuk

Semua kertas yang ia bawa berhamburan kemana-mana. Entah sejak kapan ada tembok di tengah jalan seperti ini. Segera ia dongakkan kepalanya dengan tangan yang masih sibuk meraih kertas-kertasnya dengan menggerutu kesal.

"Kalau jalan lihat-lihat donk," kata Dhani dengan ketusnya.

Deg

Dadanya terasa sesak kala mengetahui siapa yang barusan menabraknya. Matanya terasa memanas sekarang. Matanya sudah tak kuasa menahan tangisnya yang ingin membuncah. Kenapa dia dipertemukan disaat ia belum siap seperti ini? Kenapa harus sekarang? Kenapa juga ia harus bertemu dengannya jika itu sama saja mengingatkannya pada Rama? Dhani tentu sudah mendengar rumor tentang kedatangan murid baru kemarin. Murid baru yang digadang-gadang adalah saudara kembar Rama. Dan tentunya ia baru tahu sekarang. Ia jelas-jelas menutup mata dan telinganya setelah kepergian Rama di hari itu. Mungkin saja orang tua Rama ataupun kedua sahabatnya pernah memberitahukan hal itu, tapi Dhani seolah tuli dengan semuanya. Segera dihapusnya air matanya itu dengan kasar dan langsung bergegas mengumpulkan semua kertasnya dan pergi ke Ruang OSIS.

Dhani berjalan dengan tergesa-gesa sampai tak menyadari ada apa di depannya. Beberapa kali ia menabrak beberapa siswa yang masih berlalu lalang di koridor sekolah. Ia hanya menyunggingkan senyumnya seolah berkata maaf pada mereka dan langsung bergegas melanjutkan langkahnya.

Setelah sampai, Dhani langsung meletakkan semua kertas itu di depan Andri karena dia telah memerintahnya. Beberapa anggota OSIS terlihat bingung kala menatap muka Dhani yang terlihat sembab. Hidungnya juga terlihat merah yang sangat menandakan bahwa ia baru saja menangis. Tapi mereka langsung mengurungkan niatnya untuk bertanya karena ini masih waktunya rapat.

Dhani langsung duduk di tempatnya dengan perasaan yang masih kalut. Ditatapnya Andri yang masih sibuk menjelaskan suatu hal. Tapi Dhani tak bisa fokus sama sekali karena apa yang baru saja terjadi padanya. Ia masih tidak percaya bahwa ia akan bertemu seseorang yang sangat ia rindukan selama ini, tetapi beda raga. Ia tak percaya dengan semua ini.

Ia menatap arah depannya dengan tatapan kosong. Raganya memang sedang duduk manis di Ruang OSIS, tapi pikirannya entah melayang kemana. Hingga ia sadar karena teriakan seseorang yang sangat memekakkan telinganya.

"KALAU MAU MELAKUN. MENDING KELUAR AJA. KAMU BISA FOKUS NGGAK SIH DHANI? SEMUANYA DISINI SEDANG FOKUS MENDENGARKAN PENJELASAN SAYA, TAPI KAMU MALAH SIBUK MELAMUN," kata Andri dengan emosi yang sudah meninggi.

"Hmmmm, ma--maaf kak," kata Dhani tergagap.

***

Suasana rumah terlihat hening. Hanya suara televisi yang berhasil mengisi kekosongan ini. Dhani menatap layar plasma itu dengan tidak bersemangat. Ia tidak tertarik sedikit pun dengan semua acara yang disiarkan di layar plasmanya itu. Ia sudah merasa bosan berdiam diri di kamarnya. Ia juga merasa tidak mood untuk membaca novel yang belum sempat ia selesaikan.

Ia masih menatap kosong layar plasma itu kala bel rumah berbunyi membuyarkan semua lamunannya. Segera ia bangkit dari duduknya dan meletakkan stoples keripik kentang yang tadi sempat ia makan di atas meja. Ia mulai melangkahkan kakinya menuju pintu utama dan segera membukakkan pintu. Tapi anehnya, tak ada siapa pun disana. Kosong. Mungkin hanya orang iseng yang ingin menjahilinya, atau kedua sahabatnya itu. Segera ia membalikkan badanya dan tak sengaja menendang sebuah kotak yang tergeletak di lantai. Diambilnya kotak itu dan langsung dibawanya masuk ke dalam rumah.

Ramadhani (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang