BAB 4

340K 20.5K 893
                                    

16 tahun kemudian.

Seorang pengusaha sukses yang di segani oleh pesaing-pesaingnya. Nampak sedang sibuk membolak balik berkas-berkas yang ada di kantor nya.

Ceklek..
Nampak seorang perempuan tidak muda lagi nampak masuk keruangan nya.

"Kenapa kamu tidak datang semalam?"tanya ibunya yang kelihatan kesal.

Pria itu hanya menatap datar ibunya.

"Sampai kapan kamu akan hidup menjadi duda, ini sudah 17 tahun. Mama sudah mempersiapkan gadis yang cocok untuk mu."

"Aku tidak akan menemui wanita itu." Kata nya datar.

"Baik, kalau gitu mama yang akan membawanya kemari."Mamanya Sita masih saja ngotot.

Orang itu adalah Jowanes mantan suami Kayla. Sudah bertahun-tahun berlalu, tetapi Jowanes tidak pernah menggandeng pasangan lagi.
Sampai-sampai timbul gosip yang megatakan bahwa dia sekarang membelok alias gay.

Sudah  16 tahun Jowanes dan keluarga Ivander pindah ke Jerman. Semenjak tidak ada titik terang mengenai kehilangan bayi nya Jordan dan Farah.

Farah dan Jordan sendiri belum mempunyai anak kembali, di karenakan kondisi kandungan nya yang lemah.

Dari itulah Sita nyonya besar Ivander ngotot sekali menjodohkan Jowanes dengan anak-anak temannya.

"Sudahlah Ma, berapa kali harus aku bilang. Tidak akan ada yang nama nya pernikahan lagi."Katanya tegas.

"Mama sudah tua Jowan, mama juga ingin menimang cucu."kata Sita lirih.

"Mama minta saja dengan Jordan."

"Kamu kan tau sendiri keadaan Farah, hanya kamu satu-satunya harapan mama. Kita butuh penerus keluarga Ivander Jowanes." Kata Sita.

Jowanes terdiam.

"Andai adik mu Gisel masih hidup, pasti dia sudah menikah dan mempunyai anak." Lirih Sita mengingat anak perempuannya yang meninggal karna kecelakaan.

Jowanes menghembuskan nafas nya lelah.
"Baiklah, aku akan fikirkan dulu." Kata Jowanes pasrah.

Mata Sita berbinar setelah mendengar ucapan putra sulung nya itu.

Di kediaman Jordan dan Farah.
***

"Maafkan aku ya kak, belum bisa menjadi istri yang sempurna." Katanya farah.

"Sudahlah, mungkin memang begini jalan hidup kita."Kata Jordan.

"Kira-kira Tian sudah sebesar apa ya kak, apa dia masih hidup?" Tanya Farah sambil mengeluarkan air mata nya.

Tian adalah nama bayi nya yang hilang.

Jordan memeluk tubuh Farah yang bergetar.
"Maafkan aku, mungkin ini semua karna karma ku. Karna telah membuat Kayla menderita." Kata Jordan lirih.

Farah menggelengkan kepalanya.
"Seperti yang kakak bilang, mungkin ini sudah jalan hidup kita.
Apa kakak tidak ingin mengungkapkan yang sebenarnya pada kak Jowanes?" Tanya Farah.

Farah melihat ke mata Jordan yang sendu.

"Ingin sekali, tapi aku belum siap dengan kemarahan Kak Jowanes nanti." Kata Jordan.

Farah menatap mata Jordan, dan mengusap pipi suaminya.

"Aku rasa, kita mungkin akan lega jika kakak mengungkapkan yang sebenarnya pada kak Jowanes.
Lagi pula, Aku selalu kepikiran, bagaimana Kayla membesarkan anak nya seorang diri." Kata Farah sendu.

"Menurut ku mungkin saja Kayla sudah menikah lagi, ini sudah 17 tahun mereka berpisah."kata Jordan

Farah menggelengkan kepalanya.
"Bagaimana jika Kayla sama seperti Kak Jowanes sekarang, bertahan dalam sendirian."kata Farah

Jordan terdiam, sungguh banyak sekali dosanya.
Menghancurkan rumah tangga kakaknya, menjauhkan seorang anak dari ayahnya.
Pantas saja tuhan juga memisahkan nya dengan putranya.

Jordan memeluk tubuh Farah lebih erat.
"Aku pasti akan mengungkapkan semua nya dalam waktu dekat ini." Katanya dengan bahu yang bergetar.

BABY TRIPLETS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang