Bab 23

281K 16.1K 608
                                    

"Anda bisa dengar sendirikan alasan putri saya melakukan itu." Ucap Jowan dengan lantang.

Jowan melirik ke orang tua Diva.

"Saya akan menanggung semua kerugian termasuk biaya rumah sakit anak anda."

Orang tua Diva tidak dapat berbicara apa-apa, Quen yang di anggap anak haram dan berasal dari keluarga yang ekonominya biasa seperti yang dikatakan anaknya ternyata keturunan keluarga Ivander.

Jowan menghampiri Quen yang masih sesegukan. Memeluk Quen.

"Maafin Queen ayah hiks...hiks." Ucap Quen dalam pelukan Jowan.

Jowan mengecup pucuk kepala Quen.
"Quen gak salah sayang, jangan nangis lagi ok." Jowan menenangkan anaknya.

"Ayo pulang." Ajak Jowan dan mereka berlalu melewati orang tua Diva dan Guru bk itu.

Sesampainya dekat pintu Jowan berbalik melihat guru bk Quen yang masih terdiam.

"Tolong sampaikan kepada Syafri Adnan untuk menghubungi saya." Ucap Jowan membuat tubuh guru bk itu menegang.

Syafri Adnan adalah pemilik sekolah swasta tempat Quen bersekolah saat ini.

Guru Bk itu mengangguk ragu untuk menjawab Jowanes.

Entah apa yang akan Jowan bicarakan pada Syafri Adnan itu hanya dia dan author yang tau.

Kini mereka telah sampai di rumah sakit.
Jowan mengantarkan Quen ke tempat Kay, mungkin saja anaknya itu butuh bundanya saat ini.

"Ini kenapa?" Tanya Kay heran melihat putrinya baru saja datang langsung menghambur memeluknya.

Quen hanya diam sambil sesegukan.

Kay menatap Jowan meminta penjelasan apa yang terjadi.

"Begini________." Mengalirlah cerita dari mulut Jowan.

Kay membuang nafas kasar. Ini memang biasa terjadi.

"Maafkan ayah ya nak." Kata Jowan mengusap pelan kepala Quen yang dalam pelukan Kay.

Hatinya perih melihat keadaan anaknya yang selalu di hina sebagai anak haram. Padahal mereka punya orang tua yang jelas dan anak yang hadir di sebuah pernikahan. Bukan anak yang diluar nikah.

"Maaf sekali lagi, ini karna dampak kebodohan ku dulu." Ucap Jowan lirih memandan sendu Kay.

Kayla tak merespon ucapan Jowanes.

"Ayah." Quen suara quen memecah keheningan.

Jowan memandang Quen begitu juga Kay.

"Hmm." Dehem Jowanes.

"Kenapa ayah meminta pemilik sekolah Quen menghubungi ayah?" Tanya Quen yang sebenarnya sudah penasaran sedari tadi.

Jowanes tersenyum pada Quen.

"Untuk membeli sekolah mu." Jawab Jowanes enteng membuat mata Kay dan Quen melotot.

"Tapi buat apa?" Tanya Quen lagi.

"Biar bisa membungkam mulut orang-orang yang menghina my Quen nya ayah." Jawab Jowan.

"Aduuh." Jerit Jowanes.

"Kenapa kau melempar ku dengan bantal." Ucap Jowan yang sebal pada Kayla.

Bukannya takut, Kay malah melotot pada mantan suaminya itu.

"JANGAN AJARI ANAKKU HIDUP SEPERTI MU." Bentak Kayla.

"Ajari bagaimana?" Tanya Jowan tak mau kalah.

"JANGAN SEKALI-KALI MENGAJARKAN MEREKA BAHWA SEMUA BISA DI BELI DENGAN UANG." Lantang Kay.

"Kan memang begitu." Jawab Jowanes dengan tampang tidak berdosa membuat Kay makin jengkel.

Quen yang sedari tadi menangis malah terkekeh melihat Jowan dan Kay bertengkar.

"Dasar orang kaya." Kesal Kay.

***

Sehari setelah itu..

Jordan dan Farah sedang berada di rumah sakit.
Jordan sudah memegan sebuah amplop bertuliskan logo rumah sakit.

"Ayo bukak kak." Pinta Farah.

Jordan mengangguk setuju.

Jantung mereka berdebar-debar saat mulai membaca hasil tes itu.
Semakin kebawah, semakin kebawah tertulis.

KECOCOKAN 99%.

Air mata mereka jatuh melihat hasil tes DNA yang telah keluar itu.

"Aku benar kan kak hik...hiks dia anakku." Ucap Farah yang tak tahan menahan air matanya.

Begitu pula Jordan langsung memeluk istrinya.

"Kau benar sayang. Dello anakku. Anak kita." Lirih Jordan menggangguk di dalam pelukan Farah.

"Aku ingin anakku kak, aku ingin anakku kembali padaku." Kata Farah

BABY TRIPLETS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang