Kini Triplets sudah berkumpul di ruang tengah menunggu apa yang akan di bicarakan Bundanya.
"Bunda mau ngomong apa?" Tanya Dello.
"Ayah kalian tadi menelfon Bunda."
"Ayah bilang apa Bun. Apa benar Ayah punya istri di sana." Sela Quen membuat Dello dan Refan jengkel karena ucapan Quen membuat mood Bundanya jelek saja.
Kayla terdiam. Lagi-lagi Quen mengingatkan nya dengan apa yang tidak ingin dia dengar.
"Bunda gak tau." Benar sekali ucapan Quen membuat mood nya buruk
Dello dan Refan melototi Quen.
"Ups." Kata Quen menutup mulutnya karena baru sadar dia membuat kesalahan.
"Maaf Bunda, Quen cuna gak mau kita berharap terlalu banyak sama Ayah jika Ayah telah punya keluarga baru." Lirih Quen membuat suasana benar-benar canggung.
"Quen sepertinya memang Ratu membuat suasana hancur." Gerutu Dello dalam hati.
Kayla tersenyum pada Triplets, tepatnya senyum masam.
"Itu bukan urusan kita lagi sayang. Jika Ayah benar punya keluarga baru di sana kita tak punya hak menghambat kebahagiaannya." Kayla memberikan Quen pengertian.
"Sebenarnya Ayah mengatakan apa ke Bunda?" Refan mengalihkan pembicaraan.
Kayla menghembuskan nafas pelan.
"Ayah minta kita ke Jerman. Nenek ingin bertemu kalian." Ucap Kayla.
"Kenapa tidak nenek saja yang mengunjungi kita ke sini." Sela Quen.
"Keadaannya sedang tidak memungkinkan untuk berkunjung ke sini." Jelas Kay.
"Memangnya nenek kenapa Bun?" Dello bertanya.
"Nenek sakit dan baru bangun setelah koma selama seminggu."
Triple mengangguk.
"Apa kalian setuju?"
"Tapi sekolah kami gimana Bunda?" Tanya Refan.
"Bunda akan minta izin ke sekolah kalian. Paling lama kita di sana 10 hari." Jelas Kay.
"Baiklah." Jawab Triplets serempak.
"Persiapkan barang-barang yang akan kalian bawa." Perintah Kay.
Jerman
***Jordan dan Farah sudah sampai di Jerman untuk menemui Sita ibunya di rumah sakit.
"Kenapa Mama bisa seperti ini kak?" Tanya Jordan yang tak tega melihat sang ibu terkapar di rumah sakit dengan keadaan yang tidak baik.
"Aku juga tidak tau. Tiba-tiba saja dapat telfon jika Mama masuk rumah sakit karena di keroyok segerombolan wanita berpakaian seperti lelaki saat belanja di Mall." Jelas Jowan.
"Siapa yang melakukannya?"
"Orang suruhan ku masih mencari tahu dalang semua ini." Ucap Jowanes.
Jordan rasanya ingin sekali membunuh orang-orang yang telah membuat ibunya seperti ini.
"Kak." Sela Farah memotong pembicaraan Suaminya dan kakak iparnya itu.
Jordan dan Jowanes melihat ke arah Farah.
"Mama sedari tadi meminta di pertemukan dengan Kayla dan anak-anak." Ucap Farah.
Jowanes menganggukan kepalanya.
"Aku sudah menghubungi Kay memintanya datang bersama anak-anak." Jelas Jowanes.
"Baguslah." Sukur Farah.
"Tapi permintaan Mama membuatku tak yakin." Kata Jowanes lagi.
"Apa?" Penasaran Jordan.
"Mama meminta aku dan Kayla rujuk sebagai permintaan terakhirnya."
Jordan dan Farah melotot mendengar ucapan Jowanes.
"Permintaan terakhir?" Kata Jordan.
Jowanes mengangguk.
"Mama kalau bicara suka sembarangan." Kesal Jordan.
"Aku juga kesal mendengar Mama, tapi penjelasan Dokter membuatku sedikit takut kehilangan Mama." Lanjut Jowanes.
"Apa kata Dokter?" Tanya Farah.
"Mengalirlah penjelasa Dokter tentang kesehatan Mama mereka."
Farah menutup mulutnya menahan tangis, pasalnya dia mengira keadaan ibu mertuanya tak separah itu.
"Tapi apa Kayla akan setuju rujuk dengan mu kak?" Tanya Jordan sedikit tak yakin.
Jowanes memandang tak suka Jordan.
"Seharusnya kau mendukungku bukannya membuatku jadi pesimis begitu. Ini semua juga awalnya gara-gara kau." Kesal Jowanes.
KAMU SEDANG MEMBACA
BABY TRIPLETS
RomanceKalian anak Bunda, bukan anak haram. Biarlah mereka berkata apa, yang penting kalian bagi ku bagai bongkahan berlian bahkan lebih spesial dari itu. Follow ya gays... CERITA BARU MASIH SEPUTAR BABY...