BAB 10

355K 19.8K 601
                                    

Rumah Sakit

Setelah bangun dari koma. Quen sekarang sedang makan di suapi Kayla bubur dari rumah sakit.

"Udah bun." Quen menolak suapan dari Kayla.

"Quen harus makan nak, kamu baru bangun dari koma dan melewati masa kritis mu."Kata Kayla dengan terus memasukan bubur ke mulut Quen.

Quen menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Quen gak mau bubur ini bunda, gak enak."

"Makanan orang sakit itu memang gak ada yang enak.
Makanya makan biar cepat sembuh."Ngotot Kayla.

Quen hanya bisa pasrah membuka mulutnya.

"Bunda Dello dan Refan kok gak kelihatan?"

"Mereka semalam bunda suruh pulang, kasihan nenek di rumah gak ada yang nemenin."

Quen mengangguk mengerti.

Tok....tok... Tok

Ceklek

Masuklah dokter wanita dan juga seorang perawat.

"Pagi Quen, gimana sudah enakan belum?" Tanya dokter

Quen tersenyum
"Pagi Dokter.
Udah sih, tapi kepala aku masih ada pusing nya."

"Itu wajar di fase pemulihan." Dokter menyuruh perawat mengukur tensi dan mengganti perban di kepala dan kaki Quen.

"Dokter bagaimana dengan kaki anak saya?"tanya Kayla

"Ada sedikit retak di pergelangan kakinya, Quen harus memakai kursi roda dulu untuk sementara." Jelas Dokter.

"Apa yang bisa dilakukan untuk mempercepat pemulihan kakinya Dok?" Tanya Kayla lagi.

"Tunggu dulu beberapa minggu ini, setelah itu baru kita lakukan tetapi."

Kayla mengangguk mengerti

"Baiklah kami permisi dulu." Dokter pamit.
.
Di lain tempat tetapi masih di rumah sakit yang sama.

Keluarga Ivander tengah berjalan di lorong rumah sakit bermaksud mengambil hasil tes DNA.

Kini surat berlogo rumah sakit ternama tersebut sudah berada di tangan Jowanes.

Jowanes sangat gugup, dengan pelan membuka surat hasil tes itu.

Perlahan membaca dan terus sampai di bawah

99 % COCOK

Deg......

Setetes air  keluar dari sudut mata Jowanes.

Melihat ekspresi yang di tunjukan Jowan membuat Jordan, Farah dan Sita penasaran.

"Bagaimana?" Tanya  Sita

"99% COCOK" Jawab Jowanes.

Membuat Sita menyesal telah memperlakukan Kayla dengan buruk.

Tak jauh beda dengan Jordan, penyesalannya semakn dalam karena membuat ketiga anak kakak nya hidup tanpa figur seorang Ayah.

"Ayo kita jenguk anakmu." Ajak Sita

Jowanes mengangguk
"Tapi jangan sampai Kayla tahu kalau aku telah melakukan tes DNA. Setidaknya tidak sekarang."Ucap Jowanes.

Mereka telah sampai di depan kamar rawat Kay.

Farah mengetok pintu itu

Tok. Tok

Ceklek

Kayla mematung melihat kedatangan keluarga Ivander.

"Kay boleh kami masuk, kami ingin melihat anak mu yang tak sengaja kami tabrak kemarin." Ucap Farah.

Kay mengangguk kikuk dan memberi jalan untuk mereka masuk.

Sita nampak membawa buah-buahan.

Quen mengerinyitkan dahi melihat siapa yang datang ke kamar rawat inapnya.
Karena baru sekali ini bertemu dengan mereka.

"Bunda siapa mereka?"Tanya Quen heran.

"Mereka mere___."Kayla tidak tau harus menjawab apa.

Jowanes berjalan mendekati Quen
"Kami ingin meminta maaf, mobil kami lah yang tidak sengaja menabrak mu kemaren." Jowanes bersuara.

Quen baru mengerti.
"Tidak apa-apa uncle, Quen juga yang salah karena tidak hati-hati."Jawab Quen tersenyum pada Jowanes.

Ada rasa sedih dirasakan Jowan saat Quen memanggilnya uncle.

"Gadis yang baik."Sela Farah.

Sedangkan Sita hanya memandang Quen dengan sendu, karena dengan melihat Quen serasa Gisella hidup lagi

Ceklek

Masuklah Dello sendirian.

Dello tersenyum sopan pada Keluarga Ivander.

"Quen sudah bangun."Kata Dello melihat Quen tersenyum padanya.

Quen merentangkan tangan nya ingin di peluk Dello.

Dello pun berjalan kearah quen dan memeluk adiknya.

"Dasar adik nakal, sudah di larang ikut camping masih aja ngeyel. Beginikan jadinya." Omel Dello sambil mencium kening Queen.

Quen hanya nyengir gak jelas.

"Mana abang Refan?" Tanya Quen.

"Lagi nemani nenek, nanti sore baru kesini." Jelas Dello.

Jowanes dan keluarga Ivander lainnya memandang iri kepada anak-anak Kayla melihat kedekatan mereka.

"Bunda tadi om Dion ke rumah cari bunda." Kata Dellon tiba-tiba.

Jowanes bertanya-tanya dalam hati siapa Dion

"Mau ngapain." Tanya Kayla

"Gak tau, katanya sih cuma kangen bunda aja."

Jawaban Dellon membuat Jowanes mengepalkan tangan nya.

"Tidak ada yang boleh miliki Kayla selain aku." Batin Jowanes.

"Saya permisi." Kata Jowanes tiba-tiba yang tak kuasa menahan emosi.
Lebih baik dia keluar dari ruangan ini.

Kayla melihat kepergian Jowanes dengan bingung.
"Kenapa dengan nya?" Batin Kayla bertanya.

Tak lama yang lain juga pamit pada Kayla.

BABY TRIPLETS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang