Bab 41

239K 13.2K 496
                                    

Jowanes masih terpaku karena ucapan cerai dari mulut Kay tadi.

"Kak." Kata Farah menyentuh lengan Jowanes.

Jowanes mendongakan kepalanya memandang Farah.

"Jadi benar ini anak mu dengan wanita ini?" Tanya Farah dengan melirik Prisilla dan Dilla sinis.

Tapi Jowanes tak kunjung menjawab, hanya diam.

"Ikut aku." Kata Jowanes menyeret Prisilla dan Dilla di gendongannya tanpa menjawab pertanyaan Farah.

Jowanes terus berjalan keluar gedung Mall, Farah yang di cuekkan terpaksa pulang sendiri.

Saat di mobil.

"Itu istri dan anakmu?" Tanya Prisilla.

Jowanes mengangguk tanpa melirik Prisillia di sebelahnya.

"Maaf, karena aku semua jadi begini." Ucap Prisilla merasa bersalah.

"Tidak apa-apa. Tapi aku minta tolong padamu untuk menjelaskan pada istri dan anakku." Jawab Jowanes.

Prisilla menganggukkan kepalanya.

"Apa kau mencintainya?" Tanya Prisilla.

"Sangat. Dia adalah hidupku." Jawab Jowan pasti.

"Apa gadis tadi itu anak dari suami pertamanya?"

"Iya." Jawab Jowanes.

"Berarti dia anak tirimu?" Tanya Prisilla lagi.

"Dia putri kandungku, dan ibunya adalah perempuan yang dulu aku ceraikan saat hamil anakku, karena suatu kesalah pahaman. Kami juga baru menikah seminggu ini, maaf tak mengundangmu."

Prisilla tersenyum masam.
"Tak apa. Seharusnya aku yang merasa tak enak menemui suami orang tidak sepengetahuan istrinya." Ucap Prisilla sambil mengusap rambut Dilla yang tertidur di pangkuannya.

Prisilla.

Aku adalah Prisilla. Aku mengenal Jowanes sudah lama sekali. Dia adalah teman kakak ku sewaktu sekolah. Dari dulu saat dia main ke rumah, aku selalu memperhatikannya secara diam-diam. Tapi itu hanya jadi rahasiaku sampai saat ini.

Sampai saat aku pindah ke Malaysia, aku tak pernah bertemu dengannya lagi. Yang aku tahu dia telah menikah karena di jodohkan ayahnya.

Beberapa tahun kemudian, saat aku ikut berlibur ke Indonesia bersama kakakku dan suaminya.

Kami mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kakakku dan suaminya meninggal dunia, mereka meninggalkan seorang bayi perempuan yang aku beri nama Dilla. Yang lebih mengejutkanku orang yang menabrakku adalah supir pribadi Jowanes.

Saat itu dia mengatakan kalau dia sudah bercerai dengan istrinya. Aku senang saat mendengar statusnya, mungkin saja dia adalah jodoh yang di kirim Tuhan padaku.

Jowanes meminta maaf atas kecelakaan itu padaku dan berjanji membiayai kehidupan Dilla sampai dia dewasa.

Sampai dia pindah ke Jerman, kami jarang bertemu lagi tapi masih sering video call karena permintaan Dilla. Dia sangat menyayangi Dilla membuat Dilla merasakan dialah Ayahnya.

Dan sekarang disini lah aku, di Jerman. Dia mengajak makan siang saat aku dan Dilla mengunjunginya ke kantor. Di sana aku bercerita kalau keluarga istri kakakku meminta hak asuk Dilla karena salah satu anak mereka tidak bisa mempunyai anak.

Tiba-tiba saja seorang gadis remaja melabrak kami dan menuduhku merebut Ayahnya dari ibunya. Aku syok saat itu tak bisa berbuat apa-apa, gadis itu tidak memberi aku maupun Jowanes kesempatan untuk menjelaskannya. Sampai-sampai kedatangan Dilla yang memanggil Jowanes Dady membuat gadis itu tambah marah.

Wanita yang di belakang gadis itu, aku melihatnya menangis. Dan meminta cerai pada Jowanes tambah membuatku syok.

Kedatangan ku kesini untuk meminta bantuan agar bisa memenangkan hak asuh Dilla. Tetapi ternyata aku malah menjadi sumber kelacauan rumah tangga orang.

Di mobil, aku memberanikan diri menanyakan apakah dia mencintai istrinya.

Jawabannya malah tanbah membuat hati ku semaki hancur.

****

Author

Jowanes sudah sampai di depan mansionnya dan menyuruh Prisilla juga turun.

Sedangkan Dilla di dalam gendongan Jowanes. Di belakang mereka Farah juga baru datang dengan mobil yang dia bawa bersama Kayla dan Triplets tadi.

Tap

Tap

Tap

"Apa istri dan anak-anakku sudah pulang?" Tanya Jowanes pada salah satu Maid di mansion.

"Tadi sudah tuan. Tapi nyonya pergi lagi dengan Anak-anak tuan dengan membawa koper yang dulu mereka bawa kesini."

Deg

Jawaban maid membuat air mata Jowanes menetes.

Farah membelalakkan matanya terkejut.

Sedangkan Prisilla melihat air mata di ujung mata Jowan malah tambah merasa bersalah dan tambah membuat hatinya lebih hancur.

Jowanes memberikan Dilla ke pangkuan Prisilla.

"Kau tunggu di sini. Aku mau menyusul istri dan anak-anakku dulu." Kata Jowanes di angguki Prisilla.

"Siapkan kamar untuknya." Perintah Jowanes sebelum pergi meninggalkan mansion.

***

Setengah jam perjalanan Jowanes sudah sampai di Bandara.

Jowanes mengecek semua nama penumpang yang menuju ke Indonesia. Tapi tak di temukan nama Kay dan Triplets disana.

Sudah tiga jam Jowanes berdiam diri menunggu kedatangan Kay dan Triplets di Bandara tapi mereka tak kunjung datang.

Jowanes keluar dari bandara dan menelusuri jalan di kota itu. Siapa tahu saja dia bisa bertemu lagi dengan istrinya. Sampai tengah malam Jowanes masih belum juga menemukan Kayla.

Dengan berat hati Jowan pulang ke mansion dengan penampilan acak-acakkan.

Jordan, Farah dan Prisilla terkejut melihat penampilan Jowanes, tapi berusaha menetralkan kembali ekspresi mereka.

"Dady darimana, Dady main boneka yuk sama Dilla." Ucap Dilla di saat yang lain tegang melihat keadaan Jowan.

"Dady capek mau istirahat dulu, Dilla sama Mama saja ya." Tolak Jowan.

"Tapi Dilla pengennya sama Dady."

Jowanes berjalan ke kamarnya dan tak menghiraukan Dilla lagi yang bersedih karena di cuekkannya.

Hati Prisilla sakit saat melihat Jowan mengacuhkan Dilla. Tapi mereka memang bukanlah siapa-siapa Jowanes.

BABY TRIPLETS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang