Bab 16

316K 17.8K 724
                                    

Jerman.

Di Jerman keluarga Ivander yang baru saja mendapat kabar keadaan di Jakarta dari Jowanes berkumpul di ruang tengah mansion mereka.

"Kalau Dello itu bukan anak Kay dan Jowan kok bisa ya mereka mirip begitu?"heran mama Jowan

Jordan hanya mengangangkat bahu acuh.

Tapi berbeda dengan Farah, fikirannya seolah mendadak kacau.

"Kak boleh Farah minta seauatu?"tanya Farah

"Apa?"heran Jordan melihat tingkah istrinya.

"Tolong cari tau tentang Dello itu."cicit Farah pelan tapi masih di dengar kedua orang di depannya.

"Memang ada apa dengan anak itu?"kata ibu mertuanya heran.

Farah menghembuskan nafas pelan.
"Aku merasa dialah putra ku yang hilang."lajut Farah.

Ucapan Farah membuat mertua dan suaminya menegang. Kecurigaan Farah seolah menjawab pertanyaan mertuanya tadi, kenapa Dello bisa mirip dengan Quen dan Refan jika mereka bukan kembar.

Tapi itu semua tetaplah masih perkiraan sebelum mendapat bukti yang kuat.

****

"Aaaaak ucap Jowan menyuapkan nasi goreng ke mulut Quen."

"Quen makan sendiri aja Ayah."kata Quen yang malu di lihat para maid mension itu dengan tersenyum geli.

"Jangan pikirkan mereka, ayo aaaAakK."kata Jowan lagi.

Quen sangat malu di perlakukan seperti balita, padahal kan yang sakit itu kakinya bukan tangan nya. Tapi tak bisa di pungkiri hati Quen menghangat mendapat kasih sayang dari Jowan walau sedikit berlebihan.

Jowanes gemas sekali melihat anak nya yang cemberut di perlakukan seperti balita. Tapi apa salahnya, dulu dia tidak bisa memanjakan putrinya seperti ini akibat kebodohannya sendiri. Jadi ini adalah salah satu penebus atas ketidak adaannya dalam pertumbuhan nya Quen selama ini.

"Quen kenyang, kita tempat Bunda aja ya Yah."pinta Quen.

Jowan menggangguk tanda setuju.

Sesampainya di rumah sakit, Jowan melihat sesuatu yang membuat tangan nya mengepal menahan emosi.

Seorang pria menggenggam tangan Kay sekali-kali mengecumnya.

"Uncle Dion." Sapa Quen.

Dion membalikan badannya.

"Hi Quen."sapa balik Dion

"Yang lain mana ya uncle?"heran Quen

"Mereka pulang sebentar katanya mau mandi."Jawab Dion

Quen mengangguk mengerti.

"Uncle gak kerja? Kalau iya gak apa-apa Quen aja yang jaga bunda sama Ayah." Ucap Quen

"A ayah?" Dion tergagap mendengar ucapan Quen dan melihat ke arah Jowan.

"Jowanes Ivander." Ucap Dion reflek.

Tidak heran, siapapun di kalangan bisnis pasti mengenal siapa itu keluarga Ivander. Apalagi dengan seorang Jowanes. Pebisnis handal terkenal si Asia maupun Dunia. (author kelewatan menghayal)

Jowan mengulurkan tangannya, berusaha sesopan mungkin di depan putrinya walau sebenarnya ingin sekali menonjok wajah Dion.

"Mantan suami Kayla." Ucap Jowan.

Uluran tangannya dibalas Dion.
"Dion teman Kayla."ucap Dion singkat.

Ada perasaan tidak enak di hati Dion. Sepertinya mantan suami Kay masih mencintai mantan istrinya itu, Jowan adalah lawan yang berat, baik di dunia bisnis atau bidang percintaan. Tapi dia harus sportif siapa yang akan di pilih Kay nantinya.

"Baiklah Quen, uncle permisi ada meting sebentar lagi."ucap Dion dan melirik Jowan.

Quen dan Jowan mengangguk.
"Makasi udah jaga bunda, hati-hati uncle." Ucap Quen dann setelah itu tinggallah Quen dan Jowan di ruangan itu.

Drrrt.....drrt.....

Hp Jowanes berdering, Jowan mengangkat nya sambil berjalan ke luar ruangan.

"Hallo."

"_______

"Apa kau yakin?"tanya Jowan bertanya pada lawan telvonnya.

"________

"Baiklah akan aku usahakan."Ucapnya.

Jowan menutup teleponya dan menghembuskan nafas pelan.

Kini Dello juga sudah ada di ruang rawat inap Kay.

"Abang Quen lapar."Ucap Quen manja.

"Biar ayah cari makanan dulu ya."sela Jowan.

Quen menggeleng.
"Quen ke kantin rumah sakit aja sama bang Dello. Ayah jaga bunda aja."ucap Quen

Jowan hanya mengangguk.

Sudah hampir satu jam Quen dan Dello meninggalkan ruangan ini tak kunjung kembali membuat Jowan cemas. Mau mencari tapi takut meninggalkan Kay sendirian.

Ceklek.

Masuklah Bu Ira dan Refan.

"Ayah."sapa Refan.

"Hi Jagoan."balas Jowan

"Quen mana tuan?"tanya Buk Ira

"Tadi katanya ke kantin cari makan sama Dello tapi sudah hampir satu jam."jawab Jowan.

"Ya udah biar Refan liat dulu." Kata Refan

"Ayah ikut."sela Jowan.

Di perjalanan menuju kantin rumah sakit orang tampak berlari ke arah kantin membuat Jowan dan Refan heran.

"Ada apa mereka berburu pergi ke arah kantin rumah sakit?" Tanya Refan

"Entahlah."jawab Jowan.

Sesampai di depan kantin mata Refan dan Jowan melotot melihat keadaan kanti yang kacau balau.

Di sudut kantin Dello tampak adu jontor dengan seorang laki-laki.

Tak jauh dari Dello, Quen adu mulut dengan seorang ibuk-ibuk berdandan menor.

"Enak saja bilang kami anak haram. Anak anda yang anak haram."ketus Quen ke ibuk itu.

"Enak saja kamu bilang anak saya anak haram. Kamu tuh anak haram, liat saja ibu mu punya anak 3 tapi suaminya tidak pernah keliatan."balas ibuk-ibuk itu tak kalah ketus.

"Kami itu punya Ayah, ganteng lagi. Gak kayak suami anda udah gendut, botak. Pakai hidup lagi."kata Quen terus membalas cacian ibuk itu.

Jowan dan Refan tersenyum geli mendengar ucapan Quen.

Tangan ibuk itu terangkat ingin menampar Kay, Jowan berlari ingin mencegat tangan ibuk itu tapi kalah cepat dengan Dello.

Dello memegang tangan ibuk itu dengan mata memerah menahan emosi. Refan dan Jowan berhenti di tempat ingin tau apa yang akan mereka lakukan.

Dello menghempaskan tangan ibuk menor itu kasar membuat tangan orang itu terbanting ke meja.

"Brengsek, lo berani nyentuh mama gue."kata anaknya yang adu jontor dengan Dello tadi.

"Jangan pernah layangkan tangan anda pada adik saya." Kata Dello tanpa menghiraukan umpatan anak ibuk menor itu.

Jowanes terharu melihat pembelaan Dello pada Quen. Padahal dia sudah tau kalau Quen itu bukanlah adik kandungnya.

"Adik kamu itu sudah kurang ajar menghina suami saya."ketus ibuk itu.

"Bukankah kalian yang duluan cari masalah pada kami."jawab Dello datar.

"Eh bule kampung. Yang gue bilang sama mama gue itu kenyataan. Kalian anak haram gak punya ayah. Palingan nyokap lu main sama bule di tepi jalan."jawab anak ibuk itu kurang ajar.

Sudah cukup, Jowan tidak bisa melihat ini lebih lama lagi. Dan menghampiri mereka.

"Ada apa ini?" Tanya Jowan datar.

"Jowanes Ivander." Reflek ibuk itu berteriak melihat kehadiran Jowan.

"Ayah." Kata Quen.

Ibuk menor dan anaknya terbengong mendengar Quen menyebut Jowan ayah.

BABY TRIPLETS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang