Ponsel yang berada di nakas terus menjerit sejak sepuluh menit yang lalu.
Seorang wanita yang masih mengenakan daster mendatangi sebuah ruangan yang sedari tadi berisik menimbulkan suara yang mengganggu.
"Woy bangun! lo mau gue banjur air paceran hah!"
Suara Salma melengking sambil menendang-nendang pintu kamar adiknya dengan anarkis.
Tak ada jawaban, seperti hanya ponsel yang hidup di dalam kamar itu.
"Ponsel lo berisik bego sampe bangunin anak gue tau nggak!!"
Amarahnya kini semakin meninggi yang di sertai lengkingan yang lebih tinggi pula karna belum ada jawaban apa pun.
Pintu kamar terbuka dengan pelan, memperlihatkan seorang laki-laki dengan rambut tak teratur dengan kaos putih plus kolor bermotif kotak-kotak yang berwarna hijau.
"Alarm di ponsel lo beralih fungsi buat gangguin orang lain ya." sinis salma dengan penekanan di setiap kalimatnya.
"Ya gue ga kedengeran kali kak, ah. Lagian gue lagi mimpi indah bareng Master Limbad ngapa lo gangguin sih." Jawabnya ngaco sambil mengumpulkan nyawanya yang berceceran dengan menyunggingkan senyum tak berdosanya.
Salma mendengus kesal.
"Muhammad Munggaran Meldrat.. Kuping lo dulu beli tanah abang ya. Ya kali kedenger dari sabang sampe merauke gitu. Lagian percuma amat lo masangin alarm di ponsel lo kalau ujung-ujungnya gue juga yang bangunin hah. Dasar kuping panci." Celoteh Salma dengan panjang kali lebar kali tinggi di bagi alas.
Mungga menyipitkan matanya, menyelidik. Kemudian mendengus-dengus berlagak seperti Roy kiyoshi.
"Lo ngapain bawa-bawa pisau kak? lo ga berniat buat bunuh gue kan? tapi kenapa hidung ajaib gue mencium aura bebauan pembunuh nih."
Salma mencubit lengan adiknya sekuat tenaga. Ia tidak bisa lagi menahan amarahnya
Mungga meringis memegang lengannya "Sakit bego."
"Iya lo anak ajaib monyet. gue emang pengen banget bunuh adek pemalas kayak lo, sayangnya gue masih mau di juluki sebagai kakak yang baik hati nan suka menabung. Sana mandi kesiangan lo ntar."
"Elahh iya iya crewet amat, gue santet juga lo pake mantranya Master Limbad. Btw daster lo bagus deh kak pantes deh jadi TKW di luar negri biar hidup gue tentram gak ada yang gangguin mulu." Jawabnya nyelonong masuk ke kamar mandi sambil cekikikan.
Salma hanya bisa mengelus-elus dadanya, kepalanya mendadak mau meledak melihat otak adiknya yang sepertinya agak bergeser. Ralat,ternyata emang udah miring 190°.
"Sabar..sabar.. Untung lo adek gue."
***
Lima belas menit kemudian Mungga muncul di ruang makan dengan pakaian putih abu-abu plus dasi di leher yang belum di simpulnya. Tak lupa dengan rambut jambul bak jambul katulistiwa yang di tata apik menggunakan pomade.
Karina merasakan tangan yang melingkar di perutnya.
"Selamat pagi nyonya Meldrat yang umurnya udah tua tapi tetep kelihatan cantik."
"Pagi-pagi udah ngerjain Salma ya kamu? Nggak bosen berantem mulu?" Jawab Karina yang sibuk menyiapkan sarapan tanpa membalas sapaan selamat pagi dari anaknya.
Mungga melepas tangannya beralih menggeser tempat duduk yang berada di depan Karina dan mendaratkan bokong di sana.
"Idih ngadu apa itu si nenek lampir ke mama? Lah Salma kemana ma? papa juga pagi-pagi gini udah gak ada, apa udah berangkat ke kantor?" pertanyaan Mungga beruntun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. M3 | munggaran
Teen FictionIni bukan cerita seorang good boy atau bad boy apa lagi cerita romance boy. Bukan. Ini hanya cerita manusia aneh, Mr. M3. Atau lengkapnya Muhammad Munggaran Meldrat. Mungkin dia sedikit gila, suka centil sana sini juga, tapi kadang otaknya berfungsi...