Rere terus menerus ngambek diam dan mengunci diri di kamar sampai Irma, mamanya turun tangan untuk membujuk Rere agar ia mau pergi keluar menemani Mungga. Butuh waktu hampir satu jam untuk membujuk Rere. Sampai Aldi memarahinya karena Mungga sudah lama menunggu baru Rere mau keluar dari kamar dan keluar bersama Mungga. Tentu saja dengan syarat Mungga harus menuruti segala permintaan Rere saat keluar bersama nanti.
Mungga tak habis pikir Rere yang terlihat sangat cuek dan tak peduli bisa bersikap seperti anak kecil kalau ia sedang marah. Sisi lain Rere Mungga lihat sekarang.
Sepanjang perjalanan Rere hanya terdiam dengan mulut yang terus komat kamit menggerutu kesal. Mungga hanya tersenyum ketika melihat Rere di kaca spionnya, terlihat sangat menggemaskan menurut Mungga.
"Ngapain lo liat-liat gue!" Ketus Rere ketika mendapati Mungga yang sedang memperhatikannya dari kaca spion.
"tercyduk ya gue berasa masuk tipi, masih marah sama gue? Mama lo aja nyuruh lo have fun buat hari ini masa cemberut melulu."
"Serah gue lah."
Tidak ada percakapan lagi diantara keduanya karena Mungga sudah memparkirkan sepeda motornya di sebual Mall besar di Ibu Kota.
"Ngapain lo ngajak gue ke sini?"
"Mancing ikan."
Rere mencubit tangan Mungga keras sampai Mungga mengaduh sakit.
"Sakit Re, gue ngajak lo kesini mau belanja lah lo aneh juga kalo tanya."
"Belanja?"
"Iya mama gue empat hari lagi ulang tahun, gue pengen beli kado buat dia. Karena gue bingung cewek sukanya yang kayak gimana makanya gue ngajak lo."
Rere hanya mengangguk, sesaat kemudian Mungga menarik tangan Rere untuk masuk ke dalam Mall.
"Beli apa ya? Gue bingung masa?"
"Mama lo sukanya apa?"
Mungga menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Sukanya sih banyak makanya gue bingung."
"Hih gimana sih."
Mungga hanya menyunggingkan senyum quda andalannya.
"Nyengir lagi lo. Ke atas coba banyak barang buat cewe di atas."
Mungga mengikuti langkah Rere, menaiki eskalator untuk naik ke lantai dua dimana banyak terdapat aksesoris wanita. Mungga menghentikan langkah di depan toko jam tangan yang bermerk.
"Gue beliin jam tangan aja kali ya. Mama gue suka pake jam-jam yang begituan."
Keduanya masuk ke dalam, Rere sempat terperangah dengan jam-jam mewah dan bermerk yang begitu banyak di dalam. Namun sedetik kemudian ia kembali memasang wajah datar setelah Mungga terkekeh melihat raut wajah Rere.
Mungga meminta Rere untuk memilihkan kado ulang tahun, karena Mungga benar-benar tak tahu menahu tentang segala pernak-pernik cewek.
"Yang ini bagus, Alexandre Christie. Tapi harganya mahal." Rere menujukan sebuah jam tangan merk ternama yang indah setelah ia mengelilingi toko.
"Oke deh gue ambil ini, males pusing-pusing."
"Lo beneran mau beli ini? Gue cuma ngasih saran loh, harganya..."
"Gampang soal harga mah bentar gue bayar dulu."
Rere sempat tersentak, jam itu adalah jam merk Alexandre Christie tipe 6339ma Titanium Limited Edition yang harganya membuat Rere bergidik ngeri, bahkan kalau ia menabungkan seluruh uang jajannya dalam setahun ia tak akan bisa mengumpulkan uang sebanyak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. M3 | munggaran
Teen FictionIni bukan cerita seorang good boy atau bad boy apa lagi cerita romance boy. Bukan. Ini hanya cerita manusia aneh, Mr. M3. Atau lengkapnya Muhammad Munggaran Meldrat. Mungkin dia sedikit gila, suka centil sana sini juga, tapi kadang otaknya berfungsi...