Gue di depan rumah lo..
Buruan keluar elah lo dandan mau sekolah kayak mau dandang kondangan lama banget.
Rere segera mengambil tas dan berjalan menuruni anak tangga setelah membaca chat yang masuk ke ponselnya.
"Sarapan dulu." Titah Aldi saat melihat Rere.
"Nanti bang di sekolah, udah ya gue berangkat."
"Nggak minta gue anter?" Tanya Aldi sambil mengoleskan selai coklat di atas roti tawarnya.
"Nggak usah."
"Oh ya gue lupa, lo kan udah ada tukang ojek langgangan yang setia setiap hari jemputin lo." Ucap Aldi dengan seringai menggoda.
"Berisik lo!! Gue berangkat dulu." Jawab Rere sembari nyelonong pergi.
Pintu gerbang di bukanya. Terlihat Mungga tengah bertengger di moge dengan kedua mata menatap cewek yang baru saja keluar dari gerbang.
"Eh curut, Lo bego apa gimana. Lo kan bisa pencet bell rumah gue biar abang gue bukain gerbang."
"Orang gue pengennya nunggu lo di sini bukan di dalem rumah lo gimana?"
"Ishhh..."
Mungga terkekeh melihat ekspresi Rere. "Buruan naik."
Tanpa menjawab Rere segera mendudukan pantatnya senyaman mungkin di atas motor Mungga.
Keadaan hening beberapa saat sampai Rere membuka suara. "Kata lo setelah gue maafin lo, lo nggak bakal gangguin gue lagi?"
"Trus Kalo gue pengen gangguin lo tiap hari emang masalah?"
"Tolol ya masalah lah."
"Lo lupa kata-kata gue kemaren?"
"Apaan?" bohong Rere. Padahal Rere masih ingat betul dengan ucapan Mungga kemarin.
"Ishhh dasar es kutub masih muda udah pikun gimana tuanya. Untung lo cantik kalok nggak udah gue jeburin ke kali dah."
Rere memukul punggung Mungga dari belakang. "Gue nggak pikun."
"Oke sekarang gue aja yang pikun." Ucap Mungga dengan senyuman jahil di bibirnya.
Rere berdecak sebal, keheningan melanda keduanya sampai tak terasa mereka berdua telah sampai di depan gerbang sekolah SMA Mahardika.
Rere memukul-mukul bahu Mungga sebal. Ia tak mengerti dengan jalan pikiran orang yang memboncengnya saat ini.
"Stop woy. Udah nyampe!"
Keduanya sontak menjadi pusat perhatian. Meski biasanya sudah menjadi pusat perhatian, kini lebih drastis karena terdengar teriakan-teriakan dari para fans Mungga dan Rere yang berjibun ketika Mungga menghentikan laju motor dan membuka helmnya tepat di parkiran sekolah SMA Mahardika.
"Heh empunya coro, biasanya juga nganter gue sampe gerbang sekolah doang ngapa sekarang sampe masuk ke parkiran segala?" Kesal Rere sambil merapihkan rambut panjangnya yang agak berantakan.
"Pamer kegantengan gue dulu lah." Ucap Mungga dengan muka yang di imut-imutkan.
"Najis.. Udah sono pergi." Usir Rere.
Ia mulai merasa risih karena terus menerus mendengar teriakan dan bisik-bisik tetangga yang terlontar dari setiap murid.
"Iya deh gue pergi..ketemu lagi pulang sekolah ya by Re." Mungga menyunggingkan senyum lalu melambaikan tangan sekilas.
Rere menatap Mungga yang melajukan motor meninggalkan parkiran sekolah SMA Mahardika.
Rere berjalan ke arah koridor dengan langkah gedebak-gedebuk. Dia berhenti ketika merasakan atmosfer yang berbeda dari tatapan-tatapan dan sekilas bisikan-bisikan para fans Mungga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. M3 | munggaran
Teen FictionIni bukan cerita seorang good boy atau bad boy apa lagi cerita romance boy. Bukan. Ini hanya cerita manusia aneh, Mr. M3. Atau lengkapnya Muhammad Munggaran Meldrat. Mungkin dia sedikit gila, suka centil sana sini juga, tapi kadang otaknya berfungsi...