"Kenapa lo?"
Dimas terheran ketika melihat Mungga yang sedari tadi pagi sampai sekarang di kantin terus menerus mengecek layar ponselnya.
Mungga menghela nafas panjang. "Rere dim, kaya ngejauh gitu sama gue. Dari beberapa hari kemaren dia ngehindar, dan berhasil terus."
"Lo marahan?" Bobby nimbrung sembari menyuap seblak ekstra pedasnya.
Mungga menggeleng. "Gue rasa dia nggak bakal marah cuma gara-gara nggak gue kasih kabar karena hape gue di umpetin Salma atau gue katain dia pendek. Ada hal yang lain."
"Dia ngehindar dari lo? Beneran?" ucap Ferdio seraya membuka minuman kalengnya.
"Ya bener lah, chat gue cuma di read dari kemaren, di telpon nggak di angkat. Setiap gue jemput berangkat atau pulang sekolah dia selalu bisa ngehindarin gue."
"Mungkin gurita butuh Virgoun bro." ujar Bobby sambil terus menyuap seblak di mangkoknya.
Mungga,Dimas dan Ferdio saling bertatapan.
"Virgoun? Maksud lo?" Dimas mengerutkan dahi tak mengerti dengan arah pembicaraan Bobby.
"Virgoun, Bukti." Bobby menyeringai lebar. "Gini-gini, cewe kan suka gitu. Mungkin dia butuh bukti kalo lo beneran suka sama dia."
"Semerdeka lo deh Bob." ucap Ferdio acuh.
"Nggak sekalian minta surat cinta untuk starla." ucap Dimas yang merasa otak temannya itu tertinggal di rumah.
Bobby tertawa terbahak. "Bener kan."
Mungga malah mengacungkan kedua ibu jarinya. Sementara Dimas dan Ferdio hanya menggeleng-gelengkan kepala.
"Wah nenek lampir lo nyamperin tuh Mung."
Dimas menatap malas dua cewek yang memakai baju kurang bahan menghampiri meja mereka.
Mungga tidak menoleh ke arah seseorang yang tunjuk Dimas, ia sangat paham dan sedang malas beradu mulut sekarang.
"Awas lo." Usir cewek itu pada Bobby yang duduk di sebelah Mungga.
Bobby tidak merespon terus sibuk memainkan game onlinenya. Begitupun Mungga, Dimas dan Ferdio pun sama, tidak merespon apa pun. Mereka menganggap kedua cewek ini adalah mahluk halus yang tak kasat mata.
"Gue bilang awas." usirnya untuk ke dua kali.
"Ada yang ngomong ya?" tanya Bobby pada ketiga temannya.
"Nggak ada, mungkin perasaan lo doang." Dimas menjawab yang di sertai anggukan setuju dari Ferdio dan Mungga.
Cewek itu berdecak. "Kalian durhaka ya sama kakak kelas sendiri. Lo minggir dong Bob, gue mau duduk di samping Mungga."
"Hello tante, masih banyak kursi lain. Sana minggat, nggak bosen ya lo gangguin gue mulu tiap hari." ucap Mungga kesal.
"Nama gue Riska Mung, nggak usah panggil tante-tante lagi dong."
Mungga menatap malas Riska beserta cewek yang berada di samping Riska. Kakak kelas cabe-cabean yang selalu ngejar-ngejar Mungga sejak beberapa bulan yang lalu. Yah Mungga memang punya banyak mantan, tapi dia alergi pacaran dengan cewek di atas usianya dengan dandanan menor bak tante-tante seperti Riska ini.
Riska adalah kakak kelas Mungga yang akan melakukan apapun untuk mendapatkan hati Mungga. Bahkan dia selalu melabrak semua pacar Mungga hingga membuat mantan-mantan Mungga meminta putus. Entah mengapa dia merasa mempunyai hak atas Mungga yang notabenenya bukan siapa-siapanya.
"Bodo amat ya tante, nama lo siapa gue nggak peduli." Mungga acuh dan beralih melanjutkan memakan Baksonya yang hampir habis.
Dimas menatap keduanya dengan tajam. "Lo berdua udah dengerkan, Mungga itu nggak suka sama cewe macam lo. Tiap hari di usir juga nggak kapok-kapok heran gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. M3 | munggaran
Teen FictionIni bukan cerita seorang good boy atau bad boy apa lagi cerita romance boy. Bukan. Ini hanya cerita manusia aneh, Mr. M3. Atau lengkapnya Muhammad Munggaran Meldrat. Mungkin dia sedikit gila, suka centil sana sini juga, tapi kadang otaknya berfungsi...