Seorang gadis turun dari kamarnya yang berada di lantai dua rumahnya. Berpakaian SMA lengkap dengan rambut panjang yang masih setengah kering.
"Ati-ati turunnya." Ucap aldi yang melihat adiknya turun dari tangga dengan tergesa-gesa.
"Buruan bang. Gue piket kudu pagi berangkatnya." Jawabnya tanpa mendengarkan ucapan Aldi.
Rere menarik tangan aldi yang tengah menikmati roti dengan selai coklatnya.
"Bwentar gue uabwisin dulwu."
Pinta Aldi dengan mulut penuh roti yang di makan dengan terburu-buru.
"Gue tunggu di depan bang." Ucap Rere dengan nada agak tinggi meninggalkan abangnya yang sibuk mencari air minum.
Aldi keluar dari rumahnya. Di dapati Rere yang tengah menyender di badan mobilnya sibuk dengan aktifitas ponselnya.
"Ayo masuk." Ajak Aldi yang di sertai anggukan Rere.
Aldi menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang di tengah jalanan ibukota yang sibuk setiap paginya.
Kepalanya bergerak sembilan puluh derajat menatap Rere yang sedari tadi terus sibuk dengan aktifitas di ponselnya.
"Rambut lo ga di keringin dulu sih Re? risih gue liatnya." Ucap Aldi yang melihat rambut Rere yang masih setengah kering.
"Gak sempet, nanti juga kering sendiri." Jawab Rere datar dengan mata yang masih menatap layar ponselnya.
"Hair dryer lo rusak lagi?"
"Nggak lah."
"Lo belum makan kan?"
"Nanti."
Aldi mendengus pelan. Sikap dingin rere sejak dulu memang tidak pernah berubah. Kadang bisa jadi anak mandja yang kelewatan mandja nya, kadang juga bisa jadi seseorang yang sifat dingin dan bermulut sangat pedas.
"Dasar cewek." Gumam Aldi dalam hatinya.
"Lo kudu gue suapin dulu ato gmna, lo tau nanti gue yang kena amuk mama kalo mama lo kayak gini kan." Kesal Aldi dengan mata yang masih menatap lurus ke arah jalan.
Rere menghentikan aktifitas ponselnya. Beralih menatap aldi yang sedang menyetir.
"Derita lo lah bang." Jawabnya enteng.
Aldi melirik Rere. "Demi apa Reinata? Lo adek gue bukan sih? awas lo ya gue aduhin mama duluan lo biar lo kena amuk mama."
"Sana aduhin. Dasar anak mama." Ucap Rere dengan nada datar.
"Ya masih mending gue lah, gue anak mama yang menurunkan sifat ganteng dari wajah cantiknya mama dan sifat baik hati gue yang kelewat batas manusia. Dari pada lo anak papa, sifat dingin lo persis sikapnya papa tau nggak."
Mendengar ucapan Aldi mood Rere langsung memburuk. Ia menundukan kepalanya dalam dalam hingga setengah wajah ayunya tertutup rambut panjang yang masih setengah kering.
Aldi menengok adik yang ada di sampingnya. Melihat Rere Aldi sendiri merasa bersalah karena sudah mengucapkan kalimat yang menurut Rere adalah kalimat pantangan yang seharusnya tidak ia ucapkan.
"Maaf Re.."
Tangan aldi menggapai puncak kepala Rere, mengelusnya.
"Maafin abang Re."
Rere mendongakkan kepalanya. Memberanikan diri membalas tatapan aldi yang sedari tadi memperhatikannya.
"Gapapa bang, Ngga usah di bahas lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. M3 | munggaran
Teen FictionIni bukan cerita seorang good boy atau bad boy apa lagi cerita romance boy. Bukan. Ini hanya cerita manusia aneh, Mr. M3. Atau lengkapnya Muhammad Munggaran Meldrat. Mungkin dia sedikit gila, suka centil sana sini juga, tapi kadang otaknya berfungsi...