Sinar matahari menerobos masuk lewat tirai jendela sedari tadi. Namun tak ada niatan bagi Rere untuk beranjak dari tempat tidurnya, kemalasannya memaksakan dirinya untuk tetap tinggal karena ngantuk masih menggelayut. Untung saja akhir pekan, hingga Rere bisa menghabiskan jam tidurnya menjadi lebih lama.
Matanya mengerjap ketika ponsel di atas nakas berdering. Namun sesaat kemudian terhenti, dan mulai berdering kembali hingga beberapa kali membuat Rere menyerah dan mengambil malas ponselnya.
"Halo? Re?"
Rere berdeham, mengucek matanya yang masih ingin terlelap. Meskipun kesadarannya belum terkumpul sempurna namun ia jelas bisa langsung mengenali suara si penelpon.
"Molor mulu lo bangun napa."
"Kenapa telpon? Ganggu." Rere menguap dan mengubah posisi tidurnya menjadi duduk bersila.
"Sengaja emang, pengen gangguin lo."
Rere kembali berdeham, yang menyebabkan terdengar kekehan di ujung telpon.
"Turun dong, pegel nih duduk mulu dari tadi."
"Ha?" Setelah terdiam beberapa saat Rere meloncat dari tempat tidur, berlari kecil menuju lantai satu.
Mungga terkekeh ketika melihat Rere masih bermuka bantal dengan rambut acak-acakan dan mengenakan piama berwarna Ungu.
"Gitu dong dari tadi kek."
"Lo dari kapan nunggu di sini?" Rere melangkah mendekati Mungga.
"Dari.. Kemarin mungkin."
Rere memukul lengan Mungga pelan. "Ih serius!"
"Duarius malah." ucap Mungga seraya menyengir lebar.
Rere mencubit lengan Mungga, cowok itu malah tertawa.
"Baru sejam, lagian lo jam segini masih tidur abis ronda malam lo?"
Rere terlihat terkejut. "Kenapa lo nggak bangunin gue, trus Bang Aldi kemana?"
"Dia lagi mandi, nggak tega gue bangunin lo."
Nggak tega? Terus kenapa tadi Mungga menelpon hingga kuping Rere penging karena deringan suaranya.
"Ngapain lo ke sini?"
"Mandi dulu gih, dandan yang cantik."
"Mau kemana?"
"Kemana aja asal sama lo." Mungga tersenyum seraya mendorong tubuh Rere pelan.
Rere merasakan hangat yang menjalar di seluruh wajahnya. Tanpa ingin Mungga mengetahui wajah bersemu merahnya, Rere segera menurut dan berlari menuju kamarnya.
Berselang 30 menit, Rere mengambil tas selempang dan keluar dari kamarnya. Entah apa yang terjadi hingga Rere mengacak-acak lemari pakaian hanya untuk mencari pakaian yang pas hingga ia butuh waktu lama untuk mempersiapkan diri.
Setelah Rere mengucapkan bahwa Mungga tidak boleh cepat menyerah untuk mendapatkan hatinya, Mungga semakin getol mendekati dan menghubunginya. Dan anehnya Rere mulai terbiasa dengan Mungga yang selalu ada di sisinya setiap saat.
Rere menguap.
"Lo mandi nggak sih?" tanya Aldi dengan wajah menyelidik.
"Dia bertapa bang, liat tuh udah jadi es kutub dari gua hantu." Mungga terkekeh ketika melihat mata panda Rere.
"Mandi lah." ketus Rere melangkah keluar.
Aldi menepuk pundak Mungga. "Salah gue sih, semalem gue suruh dia nemenin gue nonton film action sampe jam tiga malem."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. M3 | munggaran
Teen FictionIni bukan cerita seorang good boy atau bad boy apa lagi cerita romance boy. Bukan. Ini hanya cerita manusia aneh, Mr. M3. Atau lengkapnya Muhammad Munggaran Meldrat. Mungkin dia sedikit gila, suka centil sana sini juga, tapi kadang otaknya berfungsi...