20. Anniversary SMA Gupta Wijaya (2)

697 124 1
                                    

Rere menatap malas seseorang yang duduk di depannya saat ini. Satu-satunya orang yang ia hindari saat memasuki sekolah ini. Diko.

Rere celingak-celinguk, menyapu pandangan ke seluruh penjuru kantin. Menunggu Dilla dan Agnes yang belum juga datang dari toilet sejak 10 menit yang lalu. Padahal hanya seragam yang ketumpahan sedikit minuman yang berwarna, tapi Dilla akan betah berlama-lama di toilet. Apalagi Dilla pergi dengan spesies yang sama yaitu Agnes, dua manusia itu paket komplit yang betah berlama-lama di toilet untuk berdandan.

"Lo nggak suka gue ya samperin?" tanya Diko setelah meminum minuman bersoda di tangan.

Rere memutar bola malas, ia rasa pertanyaan itu tak penting untuk di jawab karna sudah jelas jawabannya. Rere merasa risi, karena sejak Diko datang dan duduk di mejanya keduanya menjadi pusat perhatian. Entah kenapa Rere pun tak mengetahuinya.

"Re? Apa lo nggak bisa bersikap biasa aja ke gue? Kalau lo terus begini gue jadi ngerasa makin bersalah."

"Gue udah bersikap biasa. Lagian ngapain kak Diko nyamperin gue? Ada butuh apa? Gue lagi istirahat. Tolong biarin gue istirahat dengan tenang." ucap Rere seakan mengusir Diko secara tidak langsung.

Diko mengangguk paham, ia tak berniat mengganggu waktu istirahat Rere. Ia hanya ingin melihat wajah Rere yang sudah jarang sekali ia temui. Hanya itu.

"Gue cuma pengen ketemu lo."

Diko beranjak dari kursinya. Memberanikan diri mengacak-acak puncak kepala Rere dengan gemas.

"Gue pergi. Nanti lo masih lanjut kepertandingan selanjutnya kan?"

Rere mengangguk. Pertandingan terus berlanjut. Baik dari tim Rere mau pun tim Mungga. Sudah masuk ke dalam delapan besar, tinggal beberapa langkah lagi Rere bisa membawa pulang tropi besar seperti tahun sebelumnya.

"Nanti gue sempetin nonton lo tanding." Diko tersenyum manis kemudian melangkah pergi.

Rere masih menjadi pusat perhatian bahkan saat Diko sudah pergi. Tatapan-tatapan aneh dari para siswa-siswi di kantin membuatnya sangat tak nyaman.

Brakkkk

Rere yang sedang memainkan ponsel mendongak menatap seseorang yang menggebrak keras mejanya, Riska. Riska berani menghampiri Rere setelah Rere tidak lagi bersama Mungga.

"Lo dasar cewek yang nggak tau malu ya?"

"Ada masalah?" jawab Rere santai.

"Lo udah deketin Mungga dan barusan lo berduaan sama Diko. Sok cantik lo." ucap Riska dengan nada tinggi sambil menunjuk Rere dengan telunjuknya.

Rere tak begitu menghiraukan. Ia hanya ingin beristirahat setelah berlarian mengejar bola di lapangan. Tapi sial, selalu ada manusia yang mengganggunya.

"Lo tuli hah? Pake jampi-jampi apa lo sampe Mungga bisa deket sama lo." Riska menggebrak meja sekali lagi.

"Tampar aja Ris, cewek kecentilan kayak dia butuh di kasih pelajaran." teman Riska berucap geram karena Rere tak menghiraukan keberadaannya dan Riska.

Suara tinggi Riska mengundang seluruh orang yang berada di kantin tak bisa tidak memandang ke arah sumber suara.

Riska sengaja menumpahkan es teh yang berada di meja Rere. Rere yang sudah mencoba bersabar akhirnya berdiri.

"Jawab kalau gue tanya."

"Apa urusannya sama lo kalau gue deket sama Mungga?" Rere mendongak menatap Riska yang lebih tinggi darinya, membalas santai dengan wajah datar.

"Urusannya sama gue? Gue suka sama Mungga dan lo nggak berhak deketin dia. Lo itu butuh kaca, lihat muka lo yang nggak memenuhi standar, body lo yang kerempeng dan tinggi lo yang nggak porposional. Nggak banget! Dan tadi lo berduan sama Diko. Dasar cewek murahan." hina Riska memandang Rere dari atas hingga bawah.

Mr. M3 | munggaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang