Rere menuruni anak tangga, di lihatnya sosok wanita paruhbaya yang masih terlihat cantik sedang menyiapkan meja makan.
"Loh mama kapan pulang? kenapa nggak bangunin Rere, kan Rere bisa bantuin mama masak di dapur."
Irma tersenyum melihat anak bungsunya.
"Subuh tadi mama pulang, mama nggak tega bangunin kamu nyenyak banget tidurnya. Sini duduk mama masakin masakan kesukaan kamu nih."
Rere mengangguk dan segera duduk.
"Aldi mana? Hari ini nggak kuliah?" tanya Rere.
"Tadi subuh pas mama pulang dia abis gadang PS, katanya mumpung hari ini nggak ada dosen yang masuk. Jadi dia bakalan ngebo sampe dhuhur agaknya."
Rere menghela nafas kasar.
"Padahal sebelum Rere tidur juga udah ngomongin abang jangan main PS sampe malem banget. Abang nggak pernah mau dengerin, kebiasaan." Kesal Rere.
"Trus nanti Rere sekolah di anter mama dong?"
Irma tersenyum sambil menyodorkan piring berisi nasi beserta lauk pauk ke arah Rere.
"Iya nanti mama anterin."
Rere nyengir mendengar jawaban Irma. Sesaat kemudian keduanya sibuk dengan dentingan sendok yang terdengar dari meja makan keluarga Aji.
Aktifitas Rere terhenti ketika ia hendak melangkahan kaki ke luar rumah. di lihatnya sebuah frame besar yang terpasang di ruang tamu rumah itu.
Rere tersenyum kecut. "Mata gue panas."
Rere menunggu mamanya yang sedang bersiap-siap di depan teras sambil memainkan ponselnya. Saat bel rumahnya berbunyi beberapa kali ia berjalan menuju gerbang rumahnya.
"Siapa sih pagi-pagi gini." gumamnya.
Rere terlonjak saat membuka gerbang ketika melihat Mungga berdiri tepat di depannya sambil menyunggingkan senyum qudanya saat ia membuka gerbang. Untung Rere nggak jatoh trus salto.
Rere berusaha memperlihatkan raut wajahnya setenang mungkin.
"Lo ngapain di sini?" Tanya Rere dengan nada datar.
"Aduh tuan putri, kan gue kemaren udah bilang gue bakalan jemput lo hari ini."
Rere mengingat-ingat ucapan Mungga kemarin. dia berfikir omongan Mungga hanya omong kosong belaka seperti ocehan Mantra Master Limbadnya, ternyata dia serius.
"Gue nggak bakal mau di anter tukang ojek macam lo." Ketus Rere.
"Aishhh jangan salah tukang ojek kayak gue ini banyak peminatnya loh." Jawab Mungga yang masih mempertahankan senyum di bibirnya.
"Siapa Re?" Tanya Irma yang entah sejak kapan berdiri di belakang Rere.
"Loh kamu temen SMPnya Rere kalo nggak salahkan ya?" Tanya Irma melihat keberadaan Mungga.
"Iya tante, saya Mungga. dulu saya pernah ke sini pas jengukin Rere. Ingatan tante wahh luar biasa ya. Kayak sodara kembarnya joshua."
Irma hanya mengangguk mendengar ucapan Mungga yang ngaco. Kemudian mengarahkan kepalanya ke arah Rere.
"Pacarmu Re?" Goda Irma.
"Iya tante saya pacarnya Rere." Jawab Mungga enteng dengan nyengir tak berdosanya.
Seketika Rere mendelik.
"Apa sih lo nggak usah ngaku-ngaku."
"Bilang pengen di anterin mama, ini udah janjian di jemput pacarnya kok nggak bilang-bilang." Goda Irma lagi sambil tersenyum menggoda Rere.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. M3 | munggaran
Teen FictionIni bukan cerita seorang good boy atau bad boy apa lagi cerita romance boy. Bukan. Ini hanya cerita manusia aneh, Mr. M3. Atau lengkapnya Muhammad Munggaran Meldrat. Mungkin dia sedikit gila, suka centil sana sini juga, tapi kadang otaknya berfungsi...