39. Senja

909 43 28
                                    

Semua orang yang duduk di bus seketika heboh ketika bus tiba-tiba berhenti mendadak.

"Apa sih tiba-tiba ngerem mendadak gini, baru juga berangkat." gerutu Dilla.

Hari ini sekolah Rere sedang mengadakan study wisata yang di adakan setiap tahun di setiap angkatan.

"Bang, jalan dong jalan! Dari tadi udah nunggu sejam, ini udah jalan malah berhenti." Dilla terus menggerutu ketika bus tak kunjung berjalan kembali.

Rere yang duduk di sebelah Dilla hanya bisa menggelengkan kepala ketika melihat Dilla yang terus menggerutu.

"Bang jal-" ucapan Dilla terpotong ketika tiba-tiba seseorang berdiri di samping kursinya.

Dilla menatap Rere yang sama terkejutnya ketika melihat seseorang yang berdiri dekat kursinya.

"Eh, gue ini manusia asli ya bukan kaleng-kaleng. Gitu amat ngeliatinnya."

Itu Munggaran, dia yang tiba-tiba menghalangi jalan bus dengan mobilnya. Pantas saja semua orang yang berada di bus seketika heboh entah membicarakan apa.

"Ngapain lo di sini?" tanya Dilla penasaran.

"Minggir dong, gue mau duduk di samping bebeb gue."

"Idihh mana ada, gue udah duduk di sini ya. Lagian lo anak dari mana bisa-bisanya masuk bus sekolah gue?"

"Mau nggak?"

"Nggakkk."

Mungga menunjuk keluar bus dengan dagunya, Dilla yang mengikuti arah pandang Mungga seketika menyengir lebar ketika melihat Dimas yang tengah bersender di mobil Mungga seraya melambai-lambaikan tangan.

"Nyengir lo, awas!"

Dengan gesit Dilla bergegas beranjak dan turun dari bus.

"Hai beibbb." sapa Mungga girang seraya mencubit kedua pipi Rere.

Rere yang masih bingung hanya bisa diam ketika Mungga mencubit pipinya.

"Kenapa sih? Nggak suka nih gue ada di sini?"

"Lo mau ikut?"

Mungga menggangguk girang.

"Gimana bisa?"

Mungga menepuk-nepuk dadanya membanggakan diri.

"Muhammad Munggaran Meldrat gitu lo, apa sih yang nggak bisa gue lakuin." ucap Mungga seraya menaik-turunkan alis.

Rere hanya tersenyum geli seraya memukul lengan Mungga pelan. Tanpa di jelaskan pun Rere sudah paham, pasti Mungga memaksa kepada kepala sekolahnya agar ia bisa ikut berstudy wisata bersama. Sifat Mungga yang selalu kekeh kalau menginginkan apa pun itu sudah Rere kenali jelas saat ini. Bahkan meski pun kepala sekolah Rere adalah saudara Mungga, menurut Rere keberanian Mungga dalam memaksakan kehendak kepada kepala sekolahnya yang terkenal galak itu patut di acungi jempol kaki.

"Udah bilang tante?"

Mungga mengangguk.

"Om Hendra?"

Mungga menyengir.

"Orangnya lagi di Jerman Re, biarin lah nanti juga tau, yang penting gue udah ikut study wisata sekolah lo."

"Tante.. Ngizinin lo ikut?"

"Enggak."

Lagi-lagi Rere memukul lengan Mungga dan Mungga malah tertawa.

"Iya iya mama ngizinin dong, atas kehendak Munggaran yang maha benar ini nggak ada yang bisa ngehalangin gue buat selalu ada di dekat lo."

"Idih receh." ucap Rere berpura-pura geli padahal di dalam hatinya sedang banyak kupu-kupu yang ingin merusuk keluar.

Mr. M3 | munggaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang