25. Bunda dan Nadiva

692 117 2
                                    

Sedih dan duka yang di rasa bukan untuk di perlihatkan kepada orang banyak.
Bukan karna sok tegar,
tapi memang itulah cara agar diri kita terlihat baik-baik saja tanpa perlu di khawatirkan orang lain.

Bukan karna sok tegar,tapi memang itulah cara agar diri kita terlihat baik-baik saja tanpa perlu di khawatirkan orang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Muhammad Munggaran Meldrat


Saat Mungga mengatakan bahwa ia membeli dua bunga yang lain untuk orang yang paling ia sayang, hanya Salma orang yang pertama kali Rere fikirkan. Tapi tunggu, apakah benar bunga itu untuk Salma? Sedangkan Mungga dan Salma sudah seperti Tom and Jerry ketika bersama. Oke lupakan Salma yang kadang seperti singa ketika bersama Mungga. Lalu bunga yang satunya?

"Itu bunga buat siapa?"

"Mau jengukin orang sakit?"

"Siapa yang sakit?"

"Apa kakak lo?"

"Atau sodara lo?"

"Sakit apa?"

Sederet pertanyaan terus terucap dari bibir Rere. Entahlah Rere yang biasanya malas bicara sekarang menjadi cerewet hanya karena rasa penasaran akan bunga yang tadi di beli Mungga Sementara Mungga merespon pertanyaan Rere, ia hanya melirik Rere di kaca spion dengan senyuman yang tak bisa Rere artikan.

Rere mengerucutkan bibir sambil terus memegangi 3 bunga di jok belakang motor Mungga ketika Mungga terus terdiam yang membuatnya malah berfikir negatif tentangnya. Ingin rasanya ia menjejalkan bunga-bunga yang ada di tangannya ke mulut Mungga. Tapi ia tak akan melakukannya karena Bunga Lily yang saat ini ia pegang benar-benar indah.

Sementara itu pertanyaan terus menerus muncul di kepala Rere. Apa Mungga membeli bunga ini untuk pacarnya? Lalu untuk apa Mungga mengibarkan bendera PDKT padanya jika ia sendiri mempunyai pacar? Atau bunga ini untuk Dona? Atau Riska? Atau mantan-mantannya yang lain?

Pertanyaan tersebut terus mengitari isi kepala Rere sampai Mungga menghentikan laju motornya. Rere mendongak menatap tulisan besar yang tertera ketika mereka baru saja turun. Yaitu Tempat Pemakaman Umum.

Mungga menggandeng Rere agar mengikuti langkahnya memasuki area pemakaman. Lebih dalam memasuki area pemakaman membuat Rere agak sedikit takut dan mengeratkan genggamannya pada tangan Mungga.

Mungga dan Rere menghentikan langkah ketika sampai pada tujuan. Mungga berjongkok di samping salah satu nisan yang begitu terawat seperti nisan-nisan yang lain. Ketika Rere ikut berjongkok dan membaca nama yang tertera di nisan tersebut, Rere baru mengerti.

"Selamat sore Bunda." sapa Mungga seraya menyikirkan beberapa daun yang ada di atas makam Bundanya.

"Maaf Bun, udah seminggu lebih yah Mungga nggak dateng ke sini. Bunda pasti kangen kan sama anak Bunda yang paling gantengnya seindonesia raya ini." Mungga tertawa.

Mr. M3 | munggaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang