Mungga tiba-tiba merasakan ketidaknyamanan dalam dirinya ketika seseorang memanggilnya. Ia paham betul dengan pemilik suara yang terkesan lembut itu.
"Dona?"
Dona tersenyum ketika Mungga menoleh ke arahnya, kemudian beralih duduk tepat di samping kanan Mungga.
"Lama nggak ketemu ya? Makin ganteng aja lo." Ucapnya kemudian tanpa memperhatikan Rere yang duduk di depannya.
Mungga menghela nafas. Kemudian tersenyum miring. "Masih inget sama gue lo."
"Ya kali gue lupa sama jodoh gue sendiri."
Mungga berdecak. "Demi master limbad yang udah berani ngomong dan pidato di depan pengangguran yang sedang demo di depan istana negara. Lo ngapain duduk di samping gue?"
Dona terkekeh. "Lo nggak berubah ya, suka-suka gue dong mau duduk dimana. Salah ya kalo gue duduk di sini bareng lo?"
"Salah lah." sinis Mungga.
Rere hanya terdiam memperhatikan keduanya dengan malas. Mungga tampak tak nyaman dengan Dona yang tiba-tiba duduk di samping Mungga. Ia tau betul jika Dona adalah mantan pacar Mungga sejak SMP yang sudah berpacaran lama sampai akhirnya mereka berpisah. Rere masa bodo, ia sendiri tak ingin tau mengapa keduanya memutuskan untuk berpisah.
"Loh Re lo juga di sini ternyata baru nyadar gue." Tanya Dona saat menyadari keberadaan Rere.
Rere hanya tersenyum kikuk tanpa menjawab kemudian mulai sibuk pada layar ponselnya.
"gue disini dari tadi elah katarak mata lo." gumam Rere dalam hatinya.
Seketika itu Rere mendadak mentulikan pendengarannya, ia sama sekali tidak peduli dengan pembicaraan Mungga dan Dona.
"Nggak usah nutupin kesalahan lo, lo dulu ninggalin gue demi Angga yang tajir melintir itu. Dan sekarang lo minta balikan sama gue saat pacar lo itu bangkrut?" ucap Mungga dengan penekanan di setiap katanya.
Rere mendadak mendongakan kepala saat Mungga mengatakan kata-kata dengan nada agak tinggi. Apa Rere nggak salah dengar? Bukankah Angga yang dulu sekelas dengannya saat kelas X tidak lebih kaya dari Mungga? Bahkan bisa di katakan kekayaan Mungga 2 kali banyaknya dari kekayaan Angga.
Rere nampak berfikir, mengingat kata-kata yang Dona ucapkan sebelumnya. Tapi hasilnya nihil. Ia benar-benar tidak mendengarnya. Rere benar-benar penasaran sekarang.
"Gue udah berubah Mung. Percaya sama gue, gue udah usaha ngedeketin lo dari sebulan yang lalu tapi nggak pernah lo respon."
Dona mengela nafas kemudian menyambung ucapannya. "Apa segitunya gue nyakitin perasaan lo?"
Mungga tersenyum sinis. "Lo pikir sendiri. Kenapa lo ngajak gue balikan? Gara-gara lo tau gue anak orang kaya?"
"Bu..bukan Mung. Gue beneran sayang sama lo kok. Bukan karna harta lo. Gue tau semenjak lo putus dari gue lo sering gonta-ganti cewe. Tapi lo nggak pernah sayang sama cewe mana pun karna gue."
Mungga berdecih. "Kepedean lo jadi cewek. Gue udah sayang sama seseorang saat ini. Dan maaf di hati gue nggak ada satu pun celah yang tersisa buat lo" ucap Mungga sambil menatap Rere.
Mata Mungga dan Rere bertemu, entah kenapa tiba-tiba jantung Rere berdetak lebih cepat saat mendengar perkataan Mungga.
Dengan wajah yang terasa memanas Rere segera menghindar menoleh ke arah lain menyembunyikan wajah merah padamnya."Lo bohongkan? Lo bilang gue cinta pertama lo jadi pasti sampe sekarang pun lo masih sayang sama gue." Kekeh Dona tak mau mengalah.
Mungga tak memperdulikan pertanyaan Dona.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. M3 | munggaran
Teen FictionIni bukan cerita seorang good boy atau bad boy apa lagi cerita romance boy. Bukan. Ini hanya cerita manusia aneh, Mr. M3. Atau lengkapnya Muhammad Munggaran Meldrat. Mungkin dia sedikit gila, suka centil sana sini juga, tapi kadang otaknya berfungsi...